Thag 608-631
Bab Dua Belas
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Sujato & Jessica Walton
ShortUrl:
Edisi lain:
Pāḷi (vri)
- Seseorang harus berlatih dengan baik dalam hal moralitas, Karena di dunia ini, ketika moralitas Dikembangkan dan dilatih dengan baik, Maka itu akan memberikan segala keberhasilan.
- Menginginkan tiga jenis kebahagiaan- Pujian, kemakmuran, Dan kebahagiaan di surga setelah meninggal dunia – Para bijaksana harus menjaga moralitas.
- Yang berperilaku baik memiliki banyak teman, Karena pengendalian diri mereka. Tetapi seseorang yang tanpa moralitas, berperilaku buruk, Menyingkirkan teman-temannya.
- Seseorang yang berperilaku buruk memiliki Reputasi buruk dan nama buruk. Seseorang yang bermoral selalu memiliki Reputasi baik, kemasyhuran, dan pujian.
- Moralitas adalah titik awal dan landasan; Ibu di depan Segala kualitas baik: Oleh karena itu kalian harus memurnikan moralitas.
- Moralitas adalah batasan dan pengekangan, Kenikmatan bagi batin; Tempat di mana semua Buddha menyeberang: Oleh karena itu engkau harus memurnikan moralitas.
- Moralitas adalah kekuatan tanpa tandingan; Moralitas adalah senjata terbaik; Moralitas adalah hiasan terindah; Moralitas adalah jubah tempur yang menakjubkan.
- Moralitas adalah jembatan yang kuat; Moralitas adalah aroma tanpa tandingan; Moralitas adalah wewangian terbaik, Yang menguar ke segala penjuru.
- Moralitas adalah perlengkapan terbaik; Moralitas adalah perbekalan tak tertandingi dalam perjalanan; Moralitas adalah kendaraan terbaik, Yang membawamu ke segala arah.
- Dalam kehidupan ini mereka dikritik; Setelah meninggal dunia mereka tidak berbahagia di alam rendah; Si dungu tidak berbahagia di mana pun, Karena mereka tidak memiliki moralitas.
- Dalam kehidupan ini mereka termasyhur; Setelah meninggal dunia mereka berbahagia di surga; Seseorang yang memiliki pemahaman berbahagia di manapun, Karena mereka memiliki moralitas.
- Moralitas adalah yang terbaik dalam hidup ini, Tetapi seseorang yang memiliki pemahaman adalah yang tertinggi Di antara manusia dan para dewa, Menaklukkan dengan moralitas dan pemahaman.
- Aku terlahir dalam keluarga rendah, Miskin, dan sedikit makanan. Pekerjaanku rendah – Aku membuang bunga-bunga layu.
- Dijauhi orang-orang, Aku tidak dihiraukan dan diperlakukan dengan jijik. Aku rendah hati, Dan menghormat banyak orang.
- Kemudian aku bertemu Sang Buddha, Yang dihormati oleh Saṅgha para bhikkhu, Pahlawan besar itu Memasuki ibukota Magadhā.
- Aku menurunkan galah pemikulku Dan mendekat untuk memberi hormat. Demi belas kasih padaku, Manusia tertinggi itu berdiri diam.
- Ketika aku telah bersujud di kaki Sang Guru, Aku berdiri di satu sisi, Dan memohon kepada Yang Termulia di antara semua makhluk Untuk memperoleh pelepasan keduniawian.
- Kemudian Sang Guru, karena bersimpati, Dan memiliki belas kasihan terhadap seluruh dunia, Berkata kepadaku, “Marilah, bhikkhu!” Itu adalah penahbisan penuh bagiku.
- Menetap sendirian di dalam hutan, Tanpa malas, Aku melakukan apa yang dikatakan oleh Sang Guru, Ketika Sang Penakluk menasihatiku.
- Pada jaga pertama malam itu, Aku mengingat kehidupan-kehidupan lampauku. Pada jaga pertengahan malam itu, Aku memurnikan mata-batinku. Pada jaga terakhir malam itu, Aku mencabik-cabik kumpulan kegelapan.
- Pada akhir malam itu, Menjelang matahari terbit, Indra dan Brahmā datang Dan bersujud kepadaku dengan tangan dalam sikap añjalī.
- “Hormat kepadamu, yang berdarah murni di antara manusia! Hormat kepadamu, yang tertinggi di antara manusia! Kekotoran-kekotoranmu telah berakhir – Engkau, Tuan, layak menerima persembahan.”
- Ketika Beliau melihatku dihormati Oleh kumpulan para dewa, Sang Guru tersenyum, Dan berkata sebagai berikut:
- “Melalui praktik keras dan melalui kehidupan suci, Melalui pengekangan dan dengan menjinakkan: Dengan ini seseorang menjadi suci, Ini adalah kesucian tertinggi.”