easter-japanese

  1. Tidak ada kehidupan yang kekal, Dan tidak ada kondisi yang bertahan selamanya. Kelompok-kelompok unsur kehidupan terlahir kembali Dan mati, lagi dan lagi.
  1. Mengetahui bahaya ini, Aku tidak tertarik untuk terlahir kembali Dalam kehidupan apapun juga. Aku telah membebaskan diri dari segala kenikmatan indriawi, Dan mencapai akhir kekotoran
  1. Engkau tidak dapat hidup dengan berpuasa, Tetapi makanan tidak mengarah menuju kedamaian batin. Melihat bagaimana jasmani ini ditopang oleh makanan, Aku mengembara, mencari.
  1. Mereka mengetahui ini adalah rawa, Penghormatan dan pemujaan dari keluarga-keluarga terhormat ini; Anak panah halus, sulit dicabut; Adalah sulit bagi seorang jahat untuk meninggalkan kehormatan.
  1. Seekor monyet naik ke gubuk kecil Berpintu lima, Ia berkeliling, mengetuk Setiap pintu, lagi dan lagi.
  1. Berhentilah monyet, jangan lari! Segalanya telah berbeda sekarang; Engkau telah tertangkap oleh kebijaksanaan – Engkau tidak akan pergi jauh.
  1. Gubukku di tepi sungai Gangga Terbuat dari tiga helai daun palem. Mangkukku adalah kendi pemakaman, Jubahku adalah kain buangan.
  1. Dalam dua musim hujan pertamaku Aku hanya mengucapkan satu kata. Pada musim hujan ke tiga, Kumpulan kegelapan tercabik.
  1. Bahkan seseorang dengan tiga pengetahuan, Yang telah menaklukkan kematian, Dan tanpa kekotoran, Dipandang rendah karena tidak terkenal Oleh orang-orang dungu yang tanpa kebijaksanaan.
  1. Tetapi seorang yang memperoleh makanan dan minuman Dihormati oleh mereka, Bahkan jika mereka berkarakter buruk.
  1. Ketika aku mendengar Sang Guru Membabarkan Dhamma, Aku tidak melihat adanya keraguan Pada sang penakluk, yang maha-mengetahui.
  1. Pemimpin rombongan perjalanan, pahlawan besar, Kusir terbaik. Aku tidak ragu Dalam sang jalan atau latihan.
  1. Bagaikan hujan yang merembes ke dalam Rumah beratap buruk, Nafsu merembes ke dalam Pikiran yang tidak terkembang.
  1. Bagaikan hujan yang tidak merembes ke dalam Rumah beratap baik, Nafsu tidak merembes ke dalam Pikiran yang terkembang dengan baik.
  1. Kelahiran kembali telah berakhir bagiku, Ajaran Sang Penakluk telah terpenuhi, Apa yang mereka sebut “jala” telah ditinggalkan, Kemelekatan untuk terlahir kembali Dalam kehidupan apapun juga telah dilepaskan.
  1. Aku telah sampai pada tujuan Yang karenanya aku telah meninggalkan keduniawian Dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah: Akhir dari segala belenggu.
  1. Para bijaksana tidur dengan bahagia Ketika mereka tidak melekat pada para perempuan; Karena kebenaran sulit ditemukan di antara mereka, Dan seorang yang harus selalu dijaga.
  1. Kenikmatan indriawi, engkau telah dibantai! Kami tidak lagi berutang padamu. Sekarang kami pergi ke nibbāna, Di mana tidak ada lagi dukacita.
  1. Pertama-tama seseorang membunuh dirinya sendiri, Kemudian seseorang membunuh orang lain. Seseorang membunuh dirinya sendiri, benar-benar mati, Bagaikan seseorang yang membunuh burung dengan bangkai burung sebagai umpan
  1. Warna seorang suci bukan di luar; Seorang suci berwarna di dalam. Siapapun yang melakukan perbuatan buruk Orang demikian adalah sungguh gelap, Sujampati.
  1. Adalah dari keinginan untuk belajar maka pembelajaran tumbuh; Ketika engkau terpelajar, maka pemahaman tumbuh; Melalui pemahaman, maka engkau mengetahui tujuan; Mengetahui tujuan membawa kebahagiaan.
  1. Manfaatkanlah tempat-tempat tinggal yang sunyi! Berlatihlah untuk terlepas dari belenggu-belenggu! Jika engkau tidak menemukan kesenangan di sana, Menetaplah di tengah-tengah Saṅgha, waspada dan penuh perhatian.
  1. Orang-orang yang bertindak kasar – Menyerang orang-orang, Mengikat mereka, Menyakiti mereka dalam segala cara – Mereka diperlakukan dengan cara yang sama; Perbuatan mereka tidak lenyap.
  1. Perbuatan apapun yang dilakukan seseorang, Apakah untuk kebaikan atau pun untuk kejahatan, Mereka adalah pewaris dari setiap Perbuatan yang mereka lakukan.
  1. Siang dan malam berlalu, Dan kehidupan adalah singkat. Vitalitas kehidupan tersia-sia, Bagaikan air di sungai kecil.
  1. Tetapi selagi melakukan perbuatan-perbuatan buruk Si dungu tidak menyadari – Bahwa hal itu akan menjadi lebih pahit kelak; Ya, akibatnya akan buruk baginya.
  1. Jika seseorang yang tersesat di tengah samudra, Merayap naik ke atas kayu kecil, mereka akan tenggelam; Demikian pula, bahkan seorang yang baik akan tenggelam Jika mereka bersandar pada orang malas. Maka hindarilah mereka yang malas, tanpa kegigihan.
  1. Sebaliknya, berdiamlah dengan para bijaksana – Terasing, mulia, Teguh, berlatih jhāna, Dan selalu bersemangat.
  1. Orang melekat pada orang; Orang bergantung pada orang; Orang disakiti oleh orang; Dan orang menyakiti orang;
  1. Apalah gunanya orang, Dan segala sesuatu yang diciptakan orang? Pergi, tinggalkanlah orang-orang ini, Yang telah menyakiti begitu banyak orang.
  1. Ada seorang perempuan hitam besar yang tampak seperti gagak. Ia mematahkan tulang paha, pertama satu kemudian yang lainnya; Ia mematahkan tulang lengan, pertama satu kemudian yang lainnya; Ia memecahkan tengkorak bagaikan mangkuk-dadih, dan kemudian – Ia memasangkannya kembali Dan duduk di sebelahnya.
  1. Ketika seorang dungu membangun kemelekatan, Si dungu itu kembali pada penderitaan, lagi dan lagi. Maka semoga ia yang memahami tidak membangun kemelekatan Semoga aku tidak pernah lagi bebaring dengan tengkorak pecah!
  1. Ketika kepalamu tercukur, Dan engkau terbungkus oleh jubah luar, Engkau akan memiliki banyak musuh Ketika engkau menerima makanan dan minuman, Jubah dan tempat tinggal.
  1. Mengetahui bahaya ini, Ketakutan besar dalam kehormatan, Seorang bhikkhu harus meninggalkan keduniawian dengan penuh perhatian, Dengan sedikit kepemilikan, dan tidak penuh keinginan.
  1. Dalam hutan Pācīnavaṃsa Kumpulan orang-orang Sakya, Setelah meninggalkan banyak harta kekayaan, Puas dengan apapun yang masuk ke dalam mangkuk mereka
  1. Bersemangat, teguh, Selalu kuat dalam usaha; Setelah melepaskan kepuasan duniawi, Mereka bersenang dalam kepuasan Dhamma.
  1. Aku menggunakan pikiranku dengan tidak bijaksana, Aku ketagihan pada perhiasan. Aku angkuh, tidak konsisten, Tersiksa oleh keinginan pada kenikmatan indriawi.
  1. Tetapi berkat bantuan Sang Buddha, Kerabat Matahari, yang begitu terampil dalam berbagai cara, Aku berlatih dengan bijaksana, Dan mencabut segala kemelekatan dari pikiranku Untuk terlahir kembali.
  1. Jika mereka memuji seseorang Yang tidak memiliki samādhi, Pujian itu adalah sia-sia, Karena mereka tidak memiliki samādhi.
  1. Jika mereka mencela seseorang Yang memiliki samādhi, Celaan itu adalah sia-sia, Karena mereka memiliki samādhi.
  1. Aku telah sepenuhnya memahami kelompok-kelompok unsur kehidupan, Aku telah melepaskan ketagihan; Aku telah mengembangkan faktor-faktor pencerahan, Dan aku telah merealisasikan akhir kekotoran.
  1. Setelah sepenuhnya memahami kelompok-kelompok unsur kehidupan, Setelah merenggut penenun jaring, Setelah mengembangkan faktor-faktor pencerahan, Aku akan merealisasikan nibbāna, tanpa kekotoran.
  1. Raja itu bernama Panāda, Yang tiang pengorbanannya keemasan. Tingginya enam belas kali lebarnya, Dan berpuncak seribu.
  1. Dengan seribu panel, dan seratus bola-hiasan, Berhiaskan panji-panji, yang terbuat dari emas; Di sana, tujuh kali enam ratus Para dewa musik menari.
  1. Sebagai seorang bhikkhu, penuh perhatian dan bijaksana, Teguh dalam kekuatan dan kegigihan, Aku mengingat lima ratus kappa Dalam satu malam.
  1. Dengan mengembangkan empat penegakan perhatian, Tujuh faktor pencerahan Dan jalan mulia berunsur delapan Aku mengingat lima ratus kappa Dalam satu malam.
  1. Tugas dari seorang kegigihannya kuat; Tugas dari seorang yang berfokus pada pencerahan: Itu akan kulakukan, aku tidak akan gagal – Lihatlah kegigihan dan usahaku!
  1. Ajarkan aku sang jalan, Jalan yang memuncak dalam tanpa-kematian. Aku akan mengetahuinya dengan kebijaksanaan, Seperti sungai Gangga mengetahui lautan.
  1. Tukang cukur datang Untuk mencukur kepalaku. Aku mengambil cermin Dan melihat tubuhku.
  1. Tubuku tampak kosong; Aku buta, tetapi kegelapan meninggalkan aku. Rambutku yang indah telah dipotong. Sekarang tidak ada lagi kelahiran kembali Ke dalam kehidupan apapun juga.
  1. Aku meninggalkan lima rintangan Agar aku dapat merealisasikan keamanan dari gandar; Dan aku mengambil Dhamma sebagai cermin, Untuk mengetahui dan melihat diri sendiri.
  1. Aku memeriksa seluruh tubuh ini Semuanya, dalam dan luar. Internal dan eksternal, Tubuhku tampak kosong.
  1. Walaupun seekor kuda berdarah murni tersandung Ia segera berdiri kembali dengan kokoh; Ia bahkan lebih bersemangat lagi, Dan menarik beban tanpa rintangan.
  1. Demikian pula, aku adalah seorang yang memiliki penglihatan, Seorang siswa Sang Buddha! Kalian harus mengingatku sebagai seorang yang berdarah murni, Putra sejati Sang Buddha.
  1. Ayo Nandaka, mari kita pergi Mengunjungi penahbis kita. Kita akan mengaumkan auman singa Di hadapan yang terbaik di antara para Buddha.
  1. Sang Bijaksana memberikan kita pelepasan keduniawian Demi belas kasihnya, agar kita dapat merealisasikan Akhir dari segala belenggu – Sekarang kita telah mencapai tujuan itu.
  1. Ini adalah bagaimana para bijaksana mengaum: Bagaikan singa di gua-gua di gunung, Para pahlawan, pemenang dalam pertempuran, Setelah menaklukkan Māra dan bala tentaranya.
  1. Aku telah melayanni Sang Guru; Aku telah menghormati Dhamma dan Saṅgha; Aku bahagia dan gembira, Karena aku telah melihat putraku bebas dari kekotoran.
  1. Aku duduk di dekat orang-orang bijaksana, Dan sering belajar Dhamma Apa yang kupelajari, kupraktikkan, Memasuki jalan yang memuncak dalam tanpa-kematian.
  1. Aku telah membunuh keinginan untuk terlahir kembali Dalam kehidupan apapun juga, Keinginan demikian tidak ada padaku lagi. Sebelumnya tidak ada, dan tidak akan ada padaku, Dan tidak ada padaku sekarang.
  1. Ketika aku menjadi seorang bhikkhu Dalam ajaran Sang Buddha, Dengan melepas, aku naik; Aku terbebas dari alam kenikmatan indria.
  1. Kemudian, di bawah pengawasan Sang Buddha tertinggi, Pikiranku terbebaskan. Aku tahu bahwa kebebasanku tidak tergoyahkan, Karena semua belenggu telah berakhir.
  1. Semua rumah adalah tidak kekal; Berulang-ulang, dalam segala jenis alam, Aku telah mencari pembangun-rumah ini – Kelahiran kembali berulang-ulang adalah penderitaan
  1. Aku telah melihat engkau, pembangun-rumah Engkau tidak akan membangun rumah lagi. Semua kasaumu telah patah, Bubung atapmu telah terbelah. Pikiranku terbebaskan dari batasan-batasan: Jatuh berantakan dalam kehidupan ini.
  1. Yang Mulia, Yang Suci di dunia ini Sang bijaksana sedang masuk angin. Jika ada air panas, Berikanlah kepada Sang Bijaksana, Brahmana.
  1. Aku ingin memberikannya kepada seorang Yang dihormati oleh mereka yang layak dihormati, Dipuja oleh mereka yang layak dipuja, Dan dihargai oleh mereka yang layak dihargai.
  1. Aku telah melihat siswa-siswa awam yang telah menghapalkan khotbah-khotbah, Mengatakan, “Kenikmatan indriawi adalah tidak kekal”; Tetapi mereka dengan penuh gairah terpikat Oleh anting-anting berhias permata, Menginginkan anak-anak dan istri.
  1. Sejujurnya, mereka tidak mengetahui Dhamma, Walaupun mengatakan, “Kenikmatan indriawi adalah tidak kekal”; Mereka tidak memiliki kekuatan untuk memotong nafsu mereka, Maka mereka terikat pada anak-anak, istri, dan kekayaan.
  1. Langit hujan, langit merintih, Aku menetap sendirian di dalam lubang menakutkan. Tetapi sewaktu Aku menetap sendirian di dalam lubang menakutkan itu. Aku tidak takut, tidak gentar, tidak merinding.
  1. Ini adalah kondisi normalku, Ketika aku sedang menetap sendirian di dalam lubang menakutkan. Aku tidak takut, tidak gentar, tidak merinding.
  1. Pikiran siapakah yang bagaikan karang, Kokoh, tidak bergetar? Bebas dari keiginan di tengah-tengah hal-hal menyenangkan, Tanpa kekacauan di tengah-tengah hal-hal mengacaukan? Pada seorang yang pikirannya terkembang seperti ini, Dari manakah penderitaan akan datang?
  1. Pikiranku bagaikan karang, Kokoh, tidak bergetar, Bebas dari keiginan di tengah-tengah hal-hal menyenangkan, Tanpa kekacauan di tengah-tengah hal-hal mengacaukan. Padaku dengan pikiran terkembang seperti ini, Dari manakah penderitaan akan datang?
  1. Malam, dengan hiasan bintang-bintang, Bukan hanya untuk tidur. Mereka yang sadar akan mengetahui Bahwa malam juga untuk terjaga.
  1. Jika aku terjatuh dari punggung gajah Dan terinjak oleh gajah di belakang, Lebih baik aku mati dalam peperangan, Daripada hidup dalam kekalahan.
  1. Seseorang yang telah meninggalkan keduniawian Dari kehidupan rumah tangga karena keyakinan, Meninggalkan kelima jenis kenikmatan indriawi, Tampak begitu menyenangkan, menggembirakan pikiran – Semoga mereka mengakhiri penderitaan.
  1. Aku tidak mendambakan kematian; Aku tidak mendambakan kehidupan; Aku menunggu waktuku, Sadar dan penuh perhatian.
  1. Aku merapikan jubah di bahuku, Berwarna tunas mangga muda; Kemudian aku memasuki desa untuk menerima dana makanan, Sambil duduk di atas leher seekor gajah!
  1. Tetapi ketika aku turun dari gajah itu, Aku tergerak oleh inspirasi – Pertama-tama aku terbakar, tetapi kemudian aku menjadi damai; Aku merealisasikan akhir penderitaan.
  1. Orang ini, “nasi-kain kotor”, ia memang kain kotor. Tempat ini dibangun untuk berlatih jhāna, Bagaikan jambangan kristal yang penuh sampai ke bibirnya Berisi minuman tanpa-kematian, Yang ke dalamnya ada cukup Dhamma telah dituangkan.
  1. Jangan mengantuk, kain-kotor – Aku akan menampar telingamu! Mengantuk di tengah-tengah Saṅgha? Engkau tidak belajar apapun.
  1. Oh, Buddha! Oh, Dhamma! Oh, kesempurnaan-kesempurnaan Sang Guru! Di mana seorang siswa dapat melihat Dhamma itu untuk mereka sendiri.
  1. Melalui tidak terhitung banyaknya kappa Mereka memperoleh identitas; Ini adalah akhirnya, Jasmani terakhir mereka; Yang bertransmigrasi melalui kelahiran dan kematian, Sekarang tidak ada lagi kelahiran kembali Ke dalam kehidupan apapun juga.
  1. Bhikkhu muda itu Yang menekuni ajaran Sang Buddha, Terjaga di antara mereka yang terlelap – Hidupnya tidak sia-sia
  1. Maka semoga para bijaksana menekuni Kepercayaan, perilaku bermoral, Keyakinan, dan pandangan terang ke dalam Dhamma, Mengingat ajaran para Buddha.
  1. Indria-indria siapakah yang telah menjadi tenang, Bagaikan kuda yang dijinakkan oleh seorang kusir? Yang telah meninggalkan keangkuhan dan kekotoran, Menjadi sedemikian sehingga bahkan para dewa iri pada mereka?
  1. Indria-indriaku telah menjadi tenang Bagaikan kuda yang dijinakkan oleh seorang kusir Aku telah meninggalkan keangkuhan dan kekotoran, Menjadi sedemikian sehingga bahkan para dewa iri padaku.
  1. “Kulitmu buruk tetapi hatimu baik, Mogharāja, engkau selalu memiliki samādhi. Tetapi pada malam-malam musim dingin, begitu gelap dan dingin, Bagaimanakah engkau akan bertahan, bhikkhu?
  1. “Aku mendengar bahwa semua orang Magadha Memiliki beras berlimpah. Aku akan menggelar tempat tidurku di bawah atap jerami, Seperti mereka yang hidup nyaman.”
  1. Seseorang tidak boleh menghalangi orang lain dari Saṅgha, Juga tidak boleh keberatan terhadap mereka; Dan juga tidak mencela atau meninggikan suara Terhadap seseorang yang telah menyeberang ke pantai seberang. Seseorang tidak boleh memuji diri sendiri di tengah-tengah kumpulan, Melainkan tanpa keangkuhan, terkendali dalam ucapan, Dan berperilaku baik.
  1. Bagi seorang yang melihat tujuan, yang begitu samar dan halus, Yang memiliki pemikiran yang bermanfaat dan kerendahan hati, Dan melatih perilaku etis Sang Buddha, Adalah tidak sulit untuk mencapai nibbāna.
  1. Merak-merak berkicau Dengan jambul dan ekornya yang indah, Leher kebiruan dan wajah yang menawan, Lagu merdu dan kicauan mereka, Bumi besar ini penuh dengan rumput dan embun, Dan langit penuh dengan awan-awan indah.
  1. Seseorang yang berlatih jhāna adalah bahagia dalam pikiran, Dan penampilan mereka menggembirakan; Meninggalkan keduniawian dalam ajaran Sang Buddha Adalah mudah bagi seorang yang baik. Engkau harus merealisasikan keadaan tertinggi dan tidak berubah itu, Begitu murni, halus, dam sulit dilihat.
  1. Pikiran yang angkuh, ketagihan pada kenikmatan, Menusuk dirinya sendiri dengan pancangnya sendiri, Pikiran itu hanya pergi ke mana Terdapat pancang, papan pemotong.
  1. Aku nyatakan engkau pikiran setan! Aku nyatakan engkau pikiran busuk! Engkau telah menemukan guru yang begitu sulit ditemui – Jangan mengalihkan aku dari tujuan
  1. Bertransmigrasi selama waktu yang begitu lama, Aku telah melalui berbagai kelahiran kembali, Tanpa melihat kebenaran-kebenaran mulia, Seorang buta yang tidak tercerahkan.
  1. Tetapi ketika aku menjadi tekun Transmigrasi dari kelahiran ke kelahiran menjadi hancur; Semua kelahiran kembali telah terpotong; Sekarang tidak ada lagi kelahiran kembali Ke dalam kehidupan apapun juga.
  1. Di bawah Pohon Bodhi, Hijau cerah dan tumbuh, Dengan penuh perhatian, persepsiku Menjadi satu dengan Sang Buddha.
  1. Itu adalah tiga puluh satu kappa yang lalu Ketika aku memperoleh persepsi itu; Dan adalah karena persepsi itu Maka aku merealisasikan akhir kekotoran.