A i 33
Satu Hal - Sub Bab Ketiga
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Edisi lain:
Indonesia (bodhi)
“Para bhikkhu, ada satu orang yang muncul di dunia ini demi bahaya banyak orang, demi ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia. Siapakah satu orang itu? Yaitu seorang yang menganut pandangan salah dan memiliki perspektif keliru. Ia mengalihkan banyak orang dari Dhamma sejati dan menegakkan Dhamma yang buruk pada mereka. Ini adalah satu orang yang muncul di dunia ini demi bahaya banyak orang, demi ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia.”2
“Para bhikkhu, ada satu orang yang muncul di dunia ini demi kesejahteraan banyak orang, demi kebahagiaan banyak orang, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan banyak orang, para deva dan manusia. Siapakah satu orang itu? Yaitu seorang yang menganut pandangan benar dan memiliki perspektif benar. Ia mengalihkan banyak orang dari Dhamma yang buruk dan menegakkan Dhamma sejati pada mereka. Ini adalah satu orang yang muncul di dunia ini demi kesejahteraan banyak orang, demi kebahagiaan banyak orang, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan banyak orang, para deva dan manusia.”3
“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu tercela selain daripada pandangan salah. Pandangan salah adalah hal terburuk yang tercela.”
“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu orang pun yang bertindak sedemikian demi bahaya bagi banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia, selain daripada manusia kosong Makkhali.4 Seperti halnya sebuah perangkap yang dipasang di muara sungai akan membawa bahaya, penderitaan, kemalangan, dan bencana bagi banyak ikan, demikian pula, manusia kosong Makkhali adalah ‘perangkap bagi orang-orang’5 yang telah muncul di dunia ini demi bahaya, penderitaan, kemalangan, dan bencana bagi banyak makhluk.” [34]
“Para bhikkhu, seorang yang mendorong [orang lain] dalam Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan buruk, dan orang yang ia dorong, dan orang yang, setelah didorong demikian, kemudian mempraktikkan sesuai itu, semuanya menghasilkan banyak keburukan. Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan buruk.”
“Para bhikkhu, seorang yang mendorong [orang lain] dalam Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan baik, dan orang yang ia dorong, dan orang yang, setelah didorong demikian, kemudian mempraktikkan sesuai itu, semuanya menghasilkan banyak kebaikan. Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan baik.”
“Para bhikkhu, dengan Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan buruk, maka jumlah secukupnya harus diketahui oleh si pemberi [pemberian], bukan oleh si penerima.6 Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan buruk.”
“Para bhikkhu, dengan Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan baik, maka jumlah secukupnya harus diketahui oleh si penerima [pemberian], bukan oleh si pemberi.7 Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan baik.”
“Para bhikkhu, siapa pun yang membangkitkan kegigihan di dalam Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan buruk, maka ia akan berdiam dalam penderitaan. Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan buruk.”
“Para bhikkhu, siapa pun yang malas di dalam Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan baik, maka ia akan berdiam dalam penderitaan. Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan baik.”
“Para bhikkhu, siapa pun yang malas di dalam Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan buruk, maka ia akan berdiam dalam kebahagiaan. Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan buruk.”
“Para bhikkhu, siapa pun yang membangkitkan kegigihan di dalam Dhamma dan disiplin yang dibabarkan dengan baik, maka ia akan berdiam dalam kebahagiaan. Karena alasan apakah? Karena Dhamma itu dibabarkan dengan baik.”
“Para bhikkhu, seperti halnya bahkan sejumlah kecil tinja adalah berbau busuk, demikian pula Aku tidak memuji bahkan sejumlah kecil penjelmaan, bahkan hanya selama sejentikan jari.”8
(329)
“Para bhikkhu, seperti halnya bahkan sejumlah kecil air kencing adalah berbau busuk … (330)
sejumlah kecil air ludah adalah berbau busuk … (331)
sejumlah kecil nanah adalah berbau busuk … [35]
… (332)
sejumlah kecil darah adalah berbau busuk, demikian pula Aku tidak memuji bahkan sejumlah kecil penjelmaan, bahkan hanya selama sejentikan jari.”
Ee menghitung ini sebagai vagga XVIII, yang dinamai “Makkhali.” ↩︎
Mp: “Devadatta bersama dengan enam guru [non-Buddhis] dan yang lainnya yang sejenis.” Untuk pandangan-pandangan keenam guru ini, baca DN 2.16-33, I 52-59. ↩︎
Mp: “Ketika seorang Buddha tidak muncul, ini adalah seorang Bodhisatta dalam peran raja pemutar roda dan yang lainnya yang sejenis. Ketika seorang Buddha telah muncul, ini adalah seorang Buddha dan para siswaNya.” ↩︎
Makkhali Gosāla adalah salah satu dari enam guru sezaman dengan Sang Buddha. Ia adalah pendiri (atau mungkin hanya seorang guru terkenal) dari para Ājīvaka (atau Ājivika). DN 2.20, I 53-54 menganggap doktrin tanpa penyebab (ahetukavāda) berasal darinya, yang mana menurutnya tidak ada penyebab bagi kekotoran atau pemurnian makhluk-makhluk, yang tidak memiliki kekuatan, pengendalian-diri, atau kapasitas untuk pilihan bebas. ↩︎
Manussakhippaṃ. Mp: “Ia telah muncul di dunia bagaikan jala ikan bagi orang-orang, untuk mencegah mereka mencapai sang jalan menuju surga dan kebebasan.” ↩︎
Dāyakena mattā jānitabbā no paṭiggāhakena. Mp: “Seseorang harus memberi sesuai takaran. Seseorang tidak boleh memberikan semuanya, secara berlebihan. Ia [Sang Buddha] tidak mengatakan ‘seseorang tidak boleh memberi,’ melainkan ‘seseorang harus memberi sedikit, secukupnya.’ Mengapakah? Karena bahkan jika seseorang memberi semuanya, secara berlebihan, maka ia tidak mencapai [sebagai buah dari pemberiannya] kondisi seorang manusia, atau kelahiran kembali di alam surga, atau pencapaian nibbāna. Penerima tidak perlu menerima secukupnya. Mengapakah? Karena ia tidak perlu menerima secukupnya ketika benda-benda diberikan kepadanya semuanya; ia tidak mempraktikkan kesedikitan keinginan dengan berdasarkan pada penerimaan secukupnya.” ↩︎
Paṭiggāhakena mattā jānitabbā. Mp: “Orang yang menerima harus menentukan batas. Bagaimanakah? Dengan memperhitungkan si penyumbang, benda yang diberikan, dan kapasitasnya. Karena jika benda yang akan diberikan banyak, dan penyumbang ingin memberikan sedikit, maka dengan mempertimbangkan si penyumbang, ia harus menerima sedikit. Jika hanya sedikit yang akan diberikan, dan si penyumbang ingin memberikan banyak, maka dengan mempertimbangkan benda yang akan diberikan, ia harus menerima sedikit. Jika benda yang akan diberikan banyak, dan si penyumbang ingin memberikan banyak, maka dengan mempertimbangkan kapasitasnya, ia harus menerima secukupnya. Dengan mengetahui kecukupan, maka penerima memenuhi praktik berkeinginan sedikit. [Dengan cara ini] maka mereka yang tidak mendapat bagian akan mendapat bagian, dan perolehan yang didapat tetap stabil. Mereka yang tanpa keyakinan memperoleh keyakinan; mereka yang berkeyakinan menjadi meningkat keyakinannya; ia menjadi teladan bagi banyak orang; dan ia membantu mempertahankan kelangsungan Ajaran untuk waktu yang lama.” ↩︎
Mp menjelaskan bahwa setelah Sang Buddha membabarkan khotbah tentang kelahiran kembali makhluk-makhluk, dengan mengatakan bahwa ada sembilan individu “yang terbebas dari neraka, alam binatang, dan alam hantu menderita” (baca 9:12), Beliau mempertimbangkan: “Jika para bhikkhu, ketika mendengarkan khotbah ini, berpikir: ‘Kami terbebas dari neraka, dan seterusnya,’ maka mereka mungkin berpikir bahwa tidak ada gunanya berusaha untuk mencapai jalan dan buah yang lebih tinggi. Biarlah Aku mendorong rasa keterdesakan dalam diri mereka.” Mp mengemas kata-kata, “Aku tidak memuji bahkan sejumlah kecil penjelmaan,” dengan: “Aku tidak memuji kelahiran kembali di alam kehidupan mana pun bahkan selama waktu yang singkat” (appamattakampi kālaṃ bhave paṭisandhiṃ na vaṇṇayāmi). ↩︎
Ce dan Ee menghitung ini sebagai empat sutta terpisah, sedangkan Be menggabungkannya menjadi satu. ↩︎