M iii 287
Enam Landasan Besar
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Edisi lain:
Pāḷi (vri)
1.
DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
2.
“Para bhikkhu, Aku akan membabarkan khotbah kepada kalian tentang enam landasan besar. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang Kukatakan.” – “Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
3.
“Para bhikkhu, ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat mata sebagaimana adanya,1 ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat bentuk-bentuk sebagaimana adanya, ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat kesadaran-mata sebagaimana adanya, ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat kontak-mata sebagaimana adanya, ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya sebagaimana adanya, maka ia terbakar oleh nafsu pada mata, pada bentuk-bentuk, pada kesadaran-mata, pada kontak-mata, pada [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya.
“Ketika ia berdiam dengan terbakar oleh nafsu, terbelenggu, tergila-gila, dengan merenungkan kepuasan, maka kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan dibangun untuknya di masa depan;2 dan ketagihannya – yang membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan nafsu, dan kesenangan pada ini dan itu – meningkat. Gangguan pada jasmani dan [288]
batinnya meningkat, siksaan pada jasmani dan batinnya meningkat, demam pada jasmani dan batinnya meningkat, dan ia mengalami penderitaan jasmani dan batin.
4-8.
“Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat telinga sebagaimana adanya … Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat hidung sebagaimana adanya … Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat lidah sebagaimana adanya … Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat badan sebagaimana adanya … Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat pikiran sebagaimana adanya … ia mengalami penderitaan jasmani dan batin.
9.
“Para bhikkhu, ketika seseorang mengetahui dan melihat mata sebagaimana adanya,3 ketika seseorang mengetahui dan melihat bentuk-bentuk sebagaimana adanya, ketika seseorang mengetahui dan melihat kesadaran-mata sebagaimana adanya, ketika seseorang mengetahui dan melihat kontak-mata sebagaimana adanya, ketika seseorang mengetahui dan melihat [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya sebagaimana adanya, maka ia tidak terbakar oleh nafsu pada mata, pada bentuk-bentuk, pada kesadaran-mata, pada kontak-mata, pada [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya.
“Ketika ia berdiam dengan tidak terbakar oleh nafsu, tidak terbelenggu, tidak tergila-gila, dengan merenungkan bahaya, maka kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan berkurang baginya di masa depan; dan keinginannya – yang membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan nafsu, dan kesenangan pada ini dan itu – ditinggalkan. Gangguan pada jasmani dan batinnya ditinggalkan, siksaan pada jasmani dan batinnya ditinggalkan, demam pada jasmani dan batinnya ditinggalkan, [289]
dan ia mengalami kenikmatan jasmani dan batin.
10.
“Pandangan seseorang yang seperti ini adalah pandangan benar. Kehendaknya adalah kehendak benar, usahanya adalah usaha benar, perhatiannya adalah perhatian benar, konsentrasinya adalah konsentrasi benar. Perbuatan jasmaninya, ucapannya, dan penghidupannya telah dimurnikan sebelumnya.4 Dengan demikian Jalan Mulia Berunsur Delapan menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan. Ketika ia mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, maka empat landasan perhatian juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; empat jenis usaha benar juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; empat landasan kekuatan batin juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; lima indria juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; lima kekuatan juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; tujuh faktor pencerahan juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan. Kedua hal ini – ketenangan dan pandangan terang – muncul dalam dirinya berpasangan dengan seimbang.5 Ia sepenuhnya memahami melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya melalui pengetahuan langsung. Ia meninggalkan melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditinggalkan melalui pengetahuan langsung. Ia mengembangkan melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus dikembangkan melalui pengetahuan langsung. Ia menembus melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.6
11.
“Dan apakah hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya melalui pengetahuan langsung? Jawabannya adalah: kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan, yaitu, kelompok unsur bentuk materi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur kesadaran yang terpengaruh oleh kemelekatan. Ini adalah hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya melalui pengetahuan langsung.
“Dan apakah hal-hal yang harus ditinggalkan melalui pengetahuan langsung? Ketidak-tahuan dan ketagihan pada penjelmaan. Ini adalah hal-hal yang harus ditinggalkan melalui pengetahuan langsung.
“Dan apakah hal-hal yang harus dikembangkan melalui pengetahuan langsung? Ketenangan dan pandangan terang.7 Ini adalah hal-hal yang harus dikembangkan melalui pengetahuan langsung. [290]
“Dan apakah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung? Pengetahuan sejati dan kebebasan.8 Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
12-14.
“Ketika seseorang mengetahui dan melihat telinga sebagaimana adanya … Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.9
15-17.
“Ketika seseorang mengetahui dan melihat hidung sebagaimana adanya … Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
18-20.
“Ketika seseorang mengetahui dan melihat lidah sebagaimana adanya … Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
21-23.
“Ketika seseorang mengetahui dan melihat badan sebagaimana adanya … Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
24-26.
“Ketika seseorang mengetahui dan melihat pikiran sebagaimana adanya … Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.”
Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
MA: Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat mata melalui pengetahuan pandangan terang dan pengetahuan sang jalan. ↩︎
Yaitu, ketagihan yang muncul dan berdiam pada mata dan bentuk-bentuk, dan seterusnya, menggenggamnya dengan kemelekatan, dan ini menghasilkan kamma yang dapat menghasilkan lima kelompok unsur kehidupan yang baru dalam kehidupan berikutnya. ↩︎
Ketika seseorang mengetahui dan melihat melalui pandangan terang dan sang jalan. ↩︎
Delapan faktor sang jalan yang disebutkan di sini tampaknya berhubungan dengan porsi awal atau lokiya dari sang jalan. MṬ mengidentifikasikannya dengan faktor-faktor yang dimiliki oleh seseorang pada pengembangan pandangan terang tingkat tertinggi, persis sebelum munculnya jalan lokuttara. Pada tingkat ini hanya lima faktor jalan yang sebelumnya yang bekerja secara aktif, ketiga faktor dalam kelompok moralitas telah dimurnikan sebelumnya melalui meditasi pandangan terang. Tetapi ketika jalan lokuttara muncul, seluruh delapan faktor muncul bersamaan, ketiga faktor dalam kelompok moralitas menjalankan fungsi untuk melenyapkan kekotoran yang bertanggung-jawab atas pelanggaran moral dalam ucapan, perbuatan, dan penghidupan. ↩︎
MA mengatakan bahwa ini merujuk pada kemunculan ketenangan dan pandangan terang secara bersamaan dalam jalan lokuttara. Ketenangan hadir di bawah kelompok konsentrasi benar, pandangan terang hadir di bawah kelompok pandangan benar. ↩︎
Ini adalah empat fungsi yang dijalankan oleh jalan lokuttara: memahami sepenuhnya kebenaran penderitaan, meninggalkan penyebab penderitaan, menembus lenyapnya penderitaan, dan mengembangkan jalan menuju lenyapnya penderitaan. ↩︎
Di sini ketenangan dan pandangan terang mewakili keseluruhan Jalan Mulia Berunsur Delapan. ↩︎
MA mengidentifikasikan “pengetahuan sejati” sebagai pengetahuan jalan Kearahattaan, “kebebasan” sebagai buah Kearahattaan. Di sini hal-hal ini mengambil tempat yang biasanya disediakan untuk Nibbāna, lenyapnya penderitaan yang sebenarnya. ↩︎
Paragraf ini dan tiap-tiap paragraf berikutnya mengulangi keseluruhan teks pada §§9-11, dengan perubahan hanya pada organ indria dan objeknya.` ↩︎