M iii 253
Penjelasan tentang Persembahan
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Edisi lain:
Pāḷi (vri)
1.
DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.
2.
Kemudian Mahāpajāpatī Gotamī membawa sepasang jubah baru dan mendatangi Sang Bhagavā,.1 Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, sepasang jubah baru ini telah dipintal oleh saya, ditenun oleh saya, khusus untuk Sang Bhagavā. Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menerima persembahanku ini demi belas kasih.”
Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Persembahkanlah kepada Sangha, Gotamī. Jika engkau mempersembahkannya kepada Sangha, maka baik Aku maupun Sangha telah dihormati.”2
Untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, … menerima ini demi belas kasih.”
Untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Persembahkanlah kepada Sangha, Gotamī. Jika engkau mempersembahkannya kepada Sangha, maka baik Aku maupun Sangha telah dihormati.”
3.
Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menerima sepasang jubah baru ini dari Mahāpajāpatī Gotamī. Mahāpajāpatī Gotamī telah sangat berjasa kepada Sang Bhagavā, Yang Mulia. Sebagai adik ibuNya, ia adalah perawatNya, ibu tiriNya, seorang yang memberiNya susu. Ia menyusui Sang Bhagavā ketika ibuNya meninggal dunia. Sang Bhagavā juga telah sangat berjasa bagi Mahāpajāpatī Gotamī, Yang Mulia. Adalah berkat Sang Bhagavā maka Mahāpajāpatī Gotamī telah berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha. Adalah berkat Sang Bhagavā maka Mahāpajāpatī Gotamī menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari kebohongan, dan menghindari arak, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Adalah berkat Sang Bhagavā maka Mahāpajāpatī Gotamī memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, dan ia memiliki [254]
moralitas yang disenangi oleh para mulia.3 Adalah berkat Sang Bhagavā maka Mahāpajāpatī Gotamī terbebas dari keragu-raguan terhadap penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan, terhadap lenyapnya penderitaan, dan terhadap jalan menuju lenyapnya penderitaan. Sang Bhagavā telah sangat berjasa bagi Mahāpajāpatī Gotamī.”
4.
“Demikianlah, Ānanda, demikianlah! Ketika seseorang, berkat orang lain, berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan, bangkit untuknya, memberikan salam penghormatan dan pelayanan sopan, dan dengan memberikan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.
“Ketika seseorang, berkat orang lain, telah menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari kebohongan, dan menghindari arak, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan … dan obat-obatan.
“Ketika seseorang, berkat orang lain, memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, dan memiliki moralitas yang disenangi oleh para mulia, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan … dan obat-obatan.
“Ketika seseorang, berkat orang lain, terbebas dari keragu-raguan terhadap penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan, terhadap lenyapnya penderitaan, dan terhadap jalan menuju lenyapnya penderitaan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan … dan obat-obatan.
5.
“Terdapat empat belas jenis persembahan pribadi, Ānanda.4 Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada Sang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna; ini adalah persembahan pribadi jenis pertama. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang Paccekabuddha; ini adalah persembahan pribadi jenis ke dua. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang Arahant siswa Sang Tathāgata; ini adalah persembahan pribadi jenis ke tiga. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah Kearahattaan; ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang-tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke lima. [255]
Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke enam. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang-kembali-sekali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke tujuh. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-kembali-sekali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke delapan. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang pemasuk-arus; ini adalah persembahan pribadi jenis ke sembilan. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus;5 ini adalah persembahan pribadi jenis ke sepuluh. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seseorang di luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan kenikmatan indria;6 ini adalah persembahan pribadi jenis ke sebelas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang bermoral; ini adalah persembahan pribadi jenis ke dua belas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral; ini adalah persembahan pribadi jenis ke tiga belas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada binatang: ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat belas.
6.
“Di sini, Ānanda, dengan memberikan suatu pemberian kepada seekor binatang, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus kali lipat.7 Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seribu kali lipat. Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang bermoral, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus ribu kali lipat. Dengan memberikan suatu pemberian kepada seseorang di luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan kenikmatan indria, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus ribu kali seratus ribu kali lipat.
“Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan yang tidak terhitung, tidak terukur. Apa lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang pemasuk-arus? Apa lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-kembali-sekali … kepada yang-kembali-sekali … kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-tidak-kembali … kepada seorang yang-tidak-kembali … kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah Kearahattaan … kepada seorang Arahant … kepada seorang Paccekabuddha? Apa lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna?8
7.
“Terdapat tujuh jenis persembahan yang diberikan kepada Sangha, Ānanda. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada kedua kelompok Sangha [baik bhikkhu maupun bhikkhunī] yang dipimpin oleh Sang Buddha; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis pertama.9 Seseorang memberikan suatu pemberian kepada kedua kelompok Sangha [baik bhikkhu maupun bhikkhunī] setelah Sang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke dua. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Sangha para bhikkhu; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke tiga. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Sangha para bhikkhunī; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke empat. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: ‘Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu dan bhikkhunī dari Sangha’; [256]
ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke lima. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: ‘Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu dari Sangha’; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke enam. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: ‘Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhunī dari Sangha’; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke tujuh.
8.
“Di masa depan, Ānanda, akan ada anggota-anggota kelompok yang, ‘berleher-kuning,’ tidak bermoral, dan berkarakter jahat. 10 Orang-orang akan memberikan pemberian kepada orang-orang tidak bermoral itu demi Sangha. Bahkan meskipun begitu, Aku katakan, suatu persembahan yang diberikan kepada Sangha adalah tidak terhitung, tidak terukur.11 Dan Aku katakan bahwa tidak mungkin suatu persembahan yang diberikan kepada seorang individu akan lebih berbuah daripada persembahan yang diberikan kepada Sangha.12
9.
“Terdapat, Ānanda, empat jenis pemurnian persembahan. Apakah empat ini? Ada persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.13 Ada persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi. Ada persembahan yang tidak dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima. Ada persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima.
10.
“Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.
11.
“Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi? Di sini si pemberi adalah tidak bermoral, berkarakter jahat, dan si penerima adalah bermoral, berkarakter baik. Demikianlah persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi.
12.
“Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan tidak dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah tidak bermoral, berkarakter jahat, dan si penerima adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima.
13.
“Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah bermoral, berkarakter baik. [257]
Demikianlah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima. Ini adalah empat jenis pemurnian persembahan.”
14.
Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Ketika Yang Sempurna telah mengatakan hal itu, Sang Guru berkata lebih lanjut:
“Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang tidak bermoral Suatu pemberian yang diperoleh dengan benar dengan penuh keyakinan, Meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, Moralitas si pemberi memurnikan persembahan itu.
Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang yang bermoral Dengan tidak percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan tidak benar, Juga tidak meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, Moralitas si penerima memurnikan persembahan itu.
Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang yang tidak bermoral Dengan tidak percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan tidak benar, Juga tidak meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, Moralitas keduanya tidak memurnikan persembahan itu.
Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang bermoral Dengan percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan benar, Meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, Pemberian itu, Aku katakan, akan berbuah sepenuhnya.
Ketika seorang yang tanpa nafsu memberi kepada seorang yang tanpa nafsu Dengan percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan benar, Meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, Pemberian itu, Aku katakan, adalah yang terbaik di antara pemberian-pemberian duniawi.”14
Mahāpajāpatī Gotamī adalah adik perempuan Ratu Mahāmāyā, ibu Sang Buddha, dan juga istri Raja Suddhodana. Setelah kematian Mahāmāyā, ia menjadi ibu tiri Sang Buddha. Sutta ini terjadi pada masa awal pengajaran Sang Buddha, pada salah satu perjalananNya mengunjungi kota asalNya. Setelah kematian Raja Suddhodana, Mahāpājapati memohon kepada Sang Buddha agar memperbolehkan perempuan bergabung dalam Sangha, dan penerimaannya menandai awal dari Sangha bhikkhunī, kisah ini terdapat pada Vin Cv Kh 10/ii.253-56 (baca Ñāṇamoli, The Life of the Buddha, pp.104-7).
Suatu penempatan kejadian pada waktu yang salah ini dicetuskan oleh YM. Ajahn Sucitto dari Vihara Cittaviveka kepada saya. Sutta ini menggambarkan Mahāpajāpatī Gotamī sebagai seorang umat Buddhis yang berbakti dan merujuk pada Sangha Bhikkhunī seolah-olah Sangha Bhikkhunī sudah ada pada masa itu, namun kisah kanonis tentang berdirinya Sangha Bhikkhunī menunjukkan bahwa Mahāpajāpatī adalah bhikkhunī pertama dalam sejarah. Dengan demikian Sangha Bhikkhunī pasti belum ada pada saat sutta ini dibabarkan jika Mahāpajāpati masih menjadi seorang umat awam perempuan. Kita dapat memecahkan persoalan perbedaan ini (yang terabaikan oleh komentator) dengan menganggap bahwa khotbah asli telah belakangan dimodifikasi setelah berdirinya Sangha Bhikkhunī agar sesuai dengan skema persembahan kepada Sangha. ↩︎
MA: Sang Buddha menyuruhnya agar memberikan pemberian itu kepada Sangha karena Beliau menghendaki agar kehendak kedermawanan itu diarahkan baik kepada Sangha maupun kepada Beliau sendiri, karena kehendak gabungan itu akan menghasilkan jasa yang mendukung kesejahteraan dan kebahagiaannya untuk waktu yang lama di masa depan. Beliau juga mengatakan hal ini agar generasi mendatang akan terinspirasi untuk memberikan penghormatan kepada Sangha, dan dengan menyokong Sangha dengan empat benda kebutuhan fisik akan berperan pada lamanya umur Ajaran. ↩︎
Ini adalah empat faktor memasuki-arus. Dengan demikian jelas bahwa pada saat sutta ini dibabarkan, Mahāpājapatī adalah seorang Pemasuk-arus. ↩︎
MA: Sang Buddha membabarkan ajaran ini karena sutta ini dimulai dengan pemberian pribadi yang dipersembahkan untukNya, dan Beliau ingin menjelaskan perbandingan nilai dari persembahan kepada pribadi dan persembahan kepada Sangha. ↩︎
MA dan MṬ menjelaskan bahwa kata ini dapat mencakup pada umat awam yang telah berlindung kepada Tiga Permata, serta umat awam dan para bhikkhu yang berusaha memenuhi latihan moral dan praktik konsentrasi dan pandangan terang. Dalam makna teknis yang tepat hal ini merujuk hanya pada mereka yang memiliki jalan lokuttara memasuki-arus. ↩︎
Ini adalah para praktisi Non-buddhis yang mencapai jhāna-jhāna dan jenis pengetahuan langsung lokiya. ↩︎
MA: Dalam seratus kehidupan hal ini menghasilkan umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan, dan kecerdasan, dan menjadikan seseorang bebas dari gejolak. Pencapaian-pencapaian selanjutnya dapat dipahami dengan cara yang sama. ↩︎
MA mengatakan bahwa walaupun akibat dari memberi dalam tiap-tiap kasus ini adalah tidak terhitung, namun ada tingkatan meningkat dalam ketidak-terhitungannya, serupa dengan ketidak-terhitungan air yang terdapat di dalam sungai meningkat hingga ke air di samudra. Mungkin nilai “tidak terhitung, tidak terukur” dari pemberian-pemberian ini terletak dalam fungsinya sebagai kondisi pendukung bagi pencapaian jalan, buah, dan Nibbāna. ↩︎
MA: Tidak ada pemberian yang dapat menyamai nilai pemberian ini. Ini adalah jenis pemberian yang dilakukan oleh Mahāpajāpatī dengan mempersembahkan sepasang jubah baru kepada Sangha. ↩︎
MA: “Anggota-anggota kelompok” (gotrabhuno) adalah mereka yang menjadi bhikkhu hanya secara nama. Mereka bepergian dengan sehelai kain kuning yang diikatkan di leher atau di lengan mereka, dan masih menyokong anak dan istri mereka dengan melibatkan diri dalam perdagangan dan pertanian, dan sebagainya. ↩︎
Pemberian ini tidak terhitung dan tidak terukur dalam hal nilai karena dipersembahkan, melalui kehendak si pemberi, bukan kepada si “leher kuning” sebagai individu melainkan kepada Sangha sebagai keseluruhan kelompok. Dengan demikian si penerima termasuk semua bhikkhu bermoral di masa lampau, bahkan termasuk mereka yang telah lama meninggal dunia. ↩︎
MA menyebutkan bahwa suatu pemberian yang dipersembahkan kepada seorang bhikkhu yang tidak bermoral yang mewakili keseluruhan Sangha adalah lebih berbuah dibandingkan suatu pemberian yang dipersembahkan kepada seorang Arahant secara pribadi. Tetapi agar pemberian itu dapat dipersembahkan dengan benar kepada Sangha, si pemberi tidak boleh mempertimbangkan kualitas-kualitas pribadi si penerima melainkan harus melihatnya hanya sebagai wakil dari keseluruhan Sangha. ↩︎
MA: Di sini kata “dimurnikan” memiliki makna “berbuah.” ↩︎
MA: Bait terakhir ini merujuk pada pemberian dari seorang Arahant kepada seorang Arahant lainnya. Walaupun Arahant meyakini buah kamma, namun karena ia tidak memiliki keinginan dan nafsu terhadap kehidupan, maka perbuatan memberi itu tidak akan menghasilkan buah. Hal itu hanya sekadar perbuatan fungsional (kiriya) yang tidak meninggalkan jejak di belakang. ↩︎