easter-japanese

[212] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di di Taman Hutan pohon Sāla Gosinga bersama dengan sejumlah siswa terkenal – Yang Mulia Sāriputta, Yang Mulia Mahā Moggallāna, Yang Mulia Mahā Kassapa, Yang Mulia Anuruddha, Yang Mulia Revata, Yang Mulia Ānanda, dan para siswa terkenal lainnya.

2. Kemudian, pada malam harinya, Yang Mulia Mahā Moggallāna bangkit dari meditasinya, mendatangi Yang Mulia Mahā Kassapa, dan berkata kepadanya: “Teman, Kassapa, mari kita mendatangi Yang Mulia Sāriputta untuk mendengarkan Dhamma.” – “Baik, teman,” Yang Mulia Mahā Kassapa menjawab. Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna, Yang Mulia Mahā Kassapa, dan Yang Mulia Anuruddha mendatangi Yang Mulia Sāriputta untuk mendengarkan Dhamma.

3. Yang Mulia Ānanda melihat mereka mendatangi Yang Mulia Sāriputta untuk mendengarkan Dhamma. Kemudian ia mendatangi Yang Mulia Revata dan berkata kepadanya: “Teman Revata, orang-orang mulia itu mendatangi Yang Mulia Sāriputta untuk mendengarkan Dhamma. Mari kita juga mendatangi Yang Mulia Sāriputta untuk mendengarkan Dhamma.” – “Baik, teman,” Yang Mulia Revata menjawab. Kemudian Yang Mulia Revata dan Yang Mulia Ānanda mendatangi Yang Mulia Sāriputta untuk mendengarkan Dhamma.

4. Dari jauh Yang Mulia Sāriputta melihat kedatangan Yang Mulia Revata dan Yang Mulia Ānanda dan berkata kepada Yang Mulia Ānanda: “Silahkan Yang Mulia Ānanda datang, selamat datang kepada Yang Mulia Ānanda, pelayan Sang Bhagavā, yang selalu mendampingi Sang Bhagavā. Teman Ānanda, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah, malam ini bulan bercahaya, pepohonan sāla semuanya bermekaran, dan keharuman surgawi menguar di udara. Bhikkhu seperti apakah, teman Ānanda, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?”

“Di sini, teman [213] Sāriputta, seorang bhikkhu yang telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan menggabungkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dengan makna dan kata-kata yang benar, dan yang menegaskan kehidupan suci yang murni dan sempurna – ajaran-ajaran seperti ini telah banyak ia pelajari, dan ia ingat, ia kuasai secara verbal, ia selidiki dengan pikiran, dan ia tembus dengan baik melalui pandangan. Dan ia mengajarkan Dhamma kepada empat kelompok dengan kalimat-kalimat dan kata-kata yang benar dan masuk akal untuk melenyapkan kecenderungan tersembunyi.1 Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”

5. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Yang Mulia Revata: “Teman Revata, Yang Mulia Ānanda telah mengungkapkan sesuai inspirasinya.2 Sekarang kami bertanya kepada Yang Mulia Revata: teman Revata, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah, malam ini bulan bercahaya, pepohonan sāla semuanya bermekaran, dan keharuman surgawi menguar di udara. Bhikkhu seperti apakah, teman Revata, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?”

“Di sini, teman Sāriputta, seorang bhikkhu bergembira dalam meditasi terasing dan senang dalam meditasi terasing; ia menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk kosong.3 Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”

6. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Yang Mulia Anuruddha: “Teman Anuruddha, Yang Mulia Revata telah mengungkapkan sesuai inspirasinya. Sekarang kami bertanya kepada Yang Mulia Anuruddha: teman Anuruddha, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah … Bhikkhu seperti apakah, teman Anuruddha, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?”

“Di sini, teman Sāriputta, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, seorang bhikkhu mengamati seribu dunia. Seperti halnya seseorang yang memiliki penglihatan yang baik, ketika ia naik ke kamar atas istana, dapat mengamati seribu roda kereta, demikian pula, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, seorang bhikkhu mengamati seribu dunia.4 Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”

7. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Yang Mulia Mahā Kassapa: “Teman Kassapa, Yang Mulia Anuruddha telah mengungkapkan sesuai inspirasinya. Sekarang kami bertanya kepada Yang Mulia Mahā Kassapa: teman Kassapa, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah … Bhikkhu seperti apakah, teman Kassapa, [214] yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?”

“Di sini, teman Sariputta, seorang bhikkhu adalah penghuni hutan dan memuji kediaman di dalam hutan; ia adalah seorang yang memakan makanan yang didanakan dan memuji perbuatan memakan makanan yang didanakan; ia adalah seorang pemakai jubah dari kain yang dibuang dan memuji perbuatan mengenakan jubah dari kain yang dibuang; ia adalah seorang yang mengenakan tiga jubah dan memuji perbuatan mengenakan tiga jubah;5 ia memiliki keinginan yang sedikit dan memuji keinginan yang sedikit; ia merasa puas dan memuji kepuasan; ia mengasingkan diri dan memuji keterasingan; ia jauh dari pergaulan dan memuji perbuatan menjauhi pergaulan; ia bersemangat dan memuji perbuatan membangkitkan semangat; ia telah mencapai moralitas dan memuji pencapaian moralitas; ia telah mencapai konsentrasi dan memuji pencapaian konsentrasi; ia telah mencapai kebijaksanaan dan memuji pencapaian kebijaksanaan; ia telah mencapai kebebasan dan memuji pencapaian kebebasan; ia telah mencapai pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan dan memuji pencapaian pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan. Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”

8. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Yang Mulia Mahā Moggallāna: “Teman Moggallāna, Yang Mulia Mahā Kassapa telah mengungkapkan sesuai inspirasinya. Sekarang kami bertanya kepada Yang Mulia Mahā Moggallāna: teman Moggallāna, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah … Bhikkhu seperti apakah, teman Moggallāna, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?”

“Di sini, teman Sāriputta, dua orang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan mengenai Dhamma yang lebih tinggi6 dan saling mempertanyakan satu sama lain, dan masing-masing ditanya oleh pihak lain dan menjawabnya tanpa menjatuhkan, dan pembicaraan mereka berlanjut sesuai dengan Dhamma. Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”

9. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Mahā Moggallāna berkata kepada Yang Mulia Sāriputta: “Teman Sāriputta, kami semua telah mengungkapkan sesuai inspirasi kami. Sekarang kami bertanya kepada Yang Mulia Sāriputta: teman Sāriputta, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah, malam ini bulan bercahaya, pepohonan sāla semuanya bermekaran, dan keharuman surgawi menguar di udara. Bhikkhu seperti apakah, teman Sāriputta, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?”

“Di sini, teman Moggallāna, seorang bhikkhu menguasai pikirannya, ia tidak membiarkan pikirannya menguasainya. Di pagi hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia [215] diami selama pagi hari; di siang hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia diami selama siang hari; di malam hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia diami selama malam hari. Misalkan seorang raja atau menteri raja memiliki selemari penuh pakaian beraneka warna. Di pagi hari ia akan mengenakan pakaian apapun yang ingin ia kenakan di pagi hari; di siang hari ia akan mengenakan pakaian apapun yang ingin ia kenakan di siang hari; di malam hari ia akan mengenakan pakaian apapun yang ingin ia kenakan di malam hari. Demikian pula, seorang bhikkhu menguasai pikirannya, ia tidak membiarkan pikirannya menguasainya. Di pagi hari … di siang hari … di malam hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia diami selama malam hari. Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”

10. Kemudian Yang Mulia Sāriputta berkata kepada para mulia itu: “Teman-teman, kita semua telah mengungkapkan sesuai inspirasi kita. Mari kita menghadap Sang Bhagavā dan melaporkan persoalan ini kepada Beliau. Sebagaimana Sang Bhagavā menjawab, demikianlah kita harus mengingatnya.” – “Baik, teman,” mereka menjawab. Kemudian para mulia itu menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi. Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Sang Bhagavā.

11. “Yang Mulia, Yang Mulia Revata dan Yang Mulia Ānanda mendatangiku untuk mendengarkan Dhamma. Dari jauh aku melihat mereka datang dan [216] berkata kepada Yang Mulia Ānanda: ‘Silahkan Yang Mulia Ānanda datang, selamat datang kepada Yang Mulia Ānanda … Teman Ānanda, Hutan pohon Sāla Gosinga sungguh indah … Bhikkhu seperti apakah, teman Ānanda, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?’ Ketika ditanya demikian, Yang Mulia, Yang Mulia Ānanda menjawab: ‘Di sini, teman Sāriputta, seorang bhikkhu telah banyak belajar … (seperti pada §4) … Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.’”

“Bagus, bagus, Sāriputta. Sesungguhnya, Ānanda memang harus berkata seperti yang ia katakan. Karena Ānanda telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan menggabungkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dengan makna dan kata-kata yang benar, dan yang mengokohkan kehidupan suci yang murni dan sempurna – ajaran-ajaran seperti ini telah banyak ia pelajari, dan ia ingat, ia kuasai secara verbal, ia selidiki dengan pikiran, dan ia tembus dengan baik melalui pandangan. Dan ia mengajarkan Dhamma kepada empat kelompok dengan kalimat-kalimat dan kata-kata yang benar dan masuk akal untuk melenyapkan kecenderungan tersembunyi.”

12. “Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia, Aku berkata kepada Yang Mulia Revata: ‘Teman Revata … Bhikkhu seperti apakah, yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?’ Dan Yang Mulia Revata menjawab: ‘Di sini, teman Sāriputta, seorang bhikkhu bergembira dalam meditasi terasing … (seperti pada §5) … Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.’”

“Bagus, bagus, Sāriputta. Sesungguhnya, Revata memang harus berkata seperti yang ia katakan. Karena Revata bergembira dalam meditasi terasing, senang dalam meditasi terasing, menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk kosong.” [217]

13. “Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia, Aku berkata kepada Yang Mulia Anuruddha: ‘Teman Anuruddha … Bhikkhu seperti apakah yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?’ Dan Yang Mulia Anuruddha menjawab: ‘Di sini, teman Sāriputta, dengan mata dewa … (seperti pada §6) … Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.’”

“Bagus, bagus, Sāriputta. Sesungguhnya, Anuruddha memang harus berkata seperti yang ia katakan. Karena dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Anuruddha mengamati seribu dunia.”

14. “Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia, Aku berkata kepada Yang Mulia Mahā Kassapa: ‘Teman Kassapa … Bhikkhu seperti apakah yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?’ Dan Yang Mulia Mahā Kassapa menjawab: ‘Di sini, teman Sāriputta, seorang bhikkhu adalah penghuni hutan … (seperti pada §7) … Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.’” [218]

“Bagus, bagus, Sāriputta. Sesungguhnya, Kassapa memang harus berkata seperti yang ia katakan. Karena Kassapa adalah seorang penghuni hutan dan memuji kediaman di dalam hutan … ia telah mencapai pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan dan memuji pencapaian pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan.”

15. “Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia, Aku berkata kepada Yang Mulia Mahā Moggallāna: ‘Teman Moggallāna … Bhikkhu seperti apakah yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?’ Dan Yang Mulia Mahā Moggallāna menjawab: ‘Di sini, teman Sāriputta, dua orang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan mengenai Dhamma yang lebih tinggi … (seperti pada §8) … Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.’”

“Bagus, bagus, Sāriputta. Sesungguhnya, Moggallāna memang harus berkata seperti yang ia katakan. Karena Moggallāna adalah seorang yang membicarakan Dhamma.”

16. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Mahā Moggallāna memberitahu Sang Bhagavā: “Kemudian, Yang Mulia, aku berkata kepada Yang Mulia Sāriputta: ‘Teman Sāriputta … Bhikkhu seperti apakah yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga?’ Dan Yang Mulia Sāriputta menjawab: ‘Di sini, teman Moggallāna, seorang bhikkhu menguasai pikirannya … [219] (seperti pada §9) … Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.’”

“Bagus, bagus, Moggallāna. Sesungguhnya, Sāriputta memang harus berkata seperti yang ia katakan. Karena Sāriputta menguasai pikirannya, ia tidak membiarkan pikirannya memguasainya. Di pagi hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia diami selama pagi hari; di siang hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia diami selama siang hari; di malam hari ia berdiam dalam kediaman atau pencapaian apapun yang ingin ia diami selama malam hari.”

17. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta bertanya kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, yang manakah di antara kami yang telah berkata dengan benar?”

“Kalian semua telah berkata dengan benar, Sāriputta, masing-masing dengan caranya masing-masing. Dengarkanlah juga dariKu bhikkhu seperti apakah yang dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga. Di sini, Sāriputta, ketika seorang bhikkhu telah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan, ia duduk bersila, menegakkan badan, dan menegakkan perhatian di depannya, bertekad: ‘Aku tidak akan bangkit dari posisi duduk ini hingga batinku terbebas dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.’ Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”7

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para mulia itu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


Catatan Kaki
  1. Empat kelompok adalah para bhikkhu, bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan. Tujuh kecenderungan tersembunyi diuraikan pada MN 18.8. YM. Ānanda dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai siswa yang paling unggul di antara mereka yang telah banyak belajar, dan khotbah-khotbahnya dikatakan menyenangkan empat kelompok tersebut (DN 16.5.16/ii.145). ↩︎

  2. Yathā sakaṁ paṭibhānaṁ. Frasa ini juga dapat diterjemahkan “menurut intuisinya” atau “menurut idealismenya.” Ñm menerjemahkan “sesuai apa yang terpikir olehnya”; Horner, “menurut kapasitasnya.” ↩︎

  3. YM. Revata dinyatakan sebagai siswa yang paling unggul di antara para siswa meditator. ↩︎

  4. YM. Anuruddha dinyatakan sebagai siswa yang paling unggul di antara para siswa yang memiliki mata-dewa. ↩︎

  5. Mahā Kassapa adalah siswa yang paling unggul di antara para siswa yang menjalankan praktik pertapaan. ↩︎

  6. Abhidhamma. Walaupun kata ini di sini tidak dapat merujuk pada Abhidhamma Piṭaka – yang jelas merupakan produk pemikiran Buddhis belakangan setelah Nikāya-Nikāya – namun menunjukkan suatu pendekatakan sistematis dan analitis terhadap doktrin yang bertindak sebagai inti asli dari Abhidhamma Piṭaka. Dalam suatu pembahasan saksama pada konteks di mana kata “Abhidhamma” muncul dalam Sutta Piṭaka dari beberapa edisi terbaru, seorang Terpelajar Bahasa Pali dari Jepang bernama Fumimaro Watanabe menyimpulkan bahwa para siswa Sang Buddha membentuk konsep Abhidhamma sebagai pelajaran filosofi dasar untuk mendefinisikan, menganalisa, dan mengelompokkan dhamma dan untuk mengeksplorasi saling keterkaitannya. Baca bukunya Philosophy and its Development in the Nikāyas and Abhidhamma, hal.34-36. ↩︎

  7. Sementara jawaban-jawaban para siswa dianggap sebagai idealisme seorang bhikkhu yang telah mencapai kemahiran dalam bidang tertentu dari kehidupan meninggalkan keduniawian, jawaban Sang Buddha, dengan menitik-beratkan pada seorang bhikkhu yang masih berjuang untuk mencapai tujuan, menggaris-bawahi tujuan utama dari kehidupan suci itu sendiri. ↩︎