easter-japanese

[220] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, jika seorang penggembala sapi memiliki sebelas faktor, ia tidak akan mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi. Apakah sebelas ini? Di sini seorang penggembala sapi tidak memiliki pengetahuan akan bentuk, ia tidak terampil dalam hal karakteristik, ia gagal menyingkirkan telur lalat, ia gagal merawat luka, ia gagal mengasapi kandang, ia tidak mengetahui penyeberangan sungai, ia tidak mengetahui apa yang harus diminumkan, ia tidak mengetahui jalan, ia tidak terampil dalam hal padang rumput, ia memerah susu sampai kering, dan ia tidak menghormati para sapi yang merupakan induk dan pemimpin kelompok. Jika seorang penggembala memiliki sebelas faktor ini, ia tidak akan mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi.

3. “Demikian pula, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki sebelas kualitas ini, maka ia tidak akan mampu tumbuh, meningkat, dan mencapai pemenuhan dalam Dhamma dan Disiplin ini. Apakah sebelas ini? Di sini seorang bhikkhu tidak memiliki pengetahuan akan bentuk, ia tidak terampil dalam hal karakteristik, ia gagal menyingkirkan telur lalat, ia gagal merawat luka, ia gagal mengasapi kandang, ia tidak mengetahui penyeberangan sungai, ia tidak mengetahui apa yang harus diminumkan, ia tidak mengetahui jalan, ia tidak terampil dalam hal padang rumput, ia memerah susu sampai kering, dan ia tidak menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan pemimpin Sangha.

4. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak memiliki pengetahuan akan bentuk? Di sini seorang bhikkhu tidak memahami sebagaimana adanya: ‘Segala bentuk materi dari jenis apapun terdiri dari empat unsur utama dan bentuk materi itu diturunkan dari empat unsur utama.’ Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak memiliki pengetahuan akan bentuk.

5. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal karakteristik? Di sini seorang bhikkhu tidak memahami sebagaimana adanya: ‘Seorang dungu dikarakteristikkan oleh perbuatannya; seorang bijaksana dikarakteristikkan oleh perbuatannya.’ Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal karakteristik.1

6. “Bagaimanakah seorang bhikkhu gagal menyingkirkan telur lalat? Di sini, ketika suatu pikiran keinginan indria muncul, seorang bhikkhu menerimanya; ia tidak meninggalkannya, tidak melenyapkannya, tidak menyingkirkannya, dan tidak memusnahkannya. Ketika suatu pikiran permusuhan muncul … ketika suatu pikiran kekejaman muncul … ketika kondisi-kondisi tidak bermanfaat muncul, seorang bhikkhu menerimanya; [221] ia tidak meninggalkannya, tidak melenyapkannya, tidak menyingkirkannya, dan tidak memusnahkannya. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu gagal menyingkirkan telur lalat.

7. “Bagaimanakah seorang bhikkhu gagal merawat luka? Di sini, ketika melihat bentuk dengan mata, seorang bhikkhu menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Walaupun, ketika ia membiarkan indria mata tanpa terjaga, kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia tidak melatih jalan pengendalian, ia tidak menjaga indria mata, ia tidak menjalankan pengendalian indria mata. Ketika mendengar suara dengan telinga … Ketika mencium bau-bauan dengan hidung … Ketika mengecap rasa dengan lidah … Ketika menyentuh objek-sentuhan dengan badan … Ketika mengenali objek-pikiran dengan pikiran, ia menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Walaupun, ketika ia membiarkan indria pikiran tanpa terjaga, kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia tidak melatih jalan pengendalian, ia tidak menjaga indria pikiran, ia tidak menjalankan pengendalian indria pikiran. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu gagal merawat luka.

8. “Bagaimanakah seorang bhikkhu gagal mengasapi kandang? Di sini seorang bhikkhu tidak mengajarkan orang lain secara terperinci tentang Dhamma yang telah ia pelajari dan kuasai. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu gagal mengasapi kandang.

9. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak mengetahui penyeberangan sungai? Di sini seorang bhikkhu tidak dari waktu ke waktu mengunjungi para bhikkhu yang telah banyak belajar, yang menguasai tradisi, yang memelihara Dhamma, Disiplin, dan Kerangka,2 dan ia tidak mempertanyakan dan tidak mengajukan pertanyaan: ‘Bagaimanakah ini, Yang Mulia, apakah artinya ini?’ Para mulia ini tidak mengungkapkan kepadanya apa yang belum diungkapkan, tidak menjelaskan kepadanya apa yang belum jelas, atau tidak melenyapkan keragu-raguannya mengenai banyak hal yang ia ragukan. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak mengetahui sungai.

10. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak mengetahui apa yang harus diminumkan? Di sini, ketika Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, seorang bhikkhu tidak memperoleh inspirasi dalam makna, tidak memperoleh inspirasi dalam Dhamma, tidak memperoleh kegembiraan sehubungan dengan Dhamma.3 Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak mengetahui apa yang harus diminumkan.

11. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak mengetahui jalan? Di sini seorang bhikkhu tidak memahami Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagaimana adanya. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak mengetahui jalan.

12. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal padang rumput? Di sini seorang bhikkhu tidak memahami Empat Landasan Perhatian sebagaimana adanya. Ini adalah bagaimana [222] seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal padang rumput.

13. “Bagaimanakah seorang bhikkhu memerah susu sampai kering? Di sini, ketika seorang perumah-tangga yang berkeyakinan mengundang seorang bhikkhu untuk menerima jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan sebanyak yang ia inginkan, bhikkhu itu tidak mengetahui jumlah yang cukup dalam menerima. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu memerah susu sampai kering.

14. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan pemimpin Sangha? Di sini seorang bhikkhu tidak menjaga perbuatan jasmani cinta kasih baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap para bhikkhu senior; ia tidak menjaga ucapan cinta kasih terhadap mereka baik secara terbuka maupun secara pribadi; ia tidak menjaga pikiran cinta kasih terhadap mereka baik secara terbuka maupun secara pribadi. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan pemimpin Sangha.

“Jika seorang bhikkhu memiliki sebelas kualitas ini, maka ia tidak akan mampu tumbuh, meningkat, dan mencapai pemenuhan dalam Dhamma dan Disiplin ini.

15. “Para bhikkhu, jika seorang penggembala sapi memiliki sebelas faktor, ia akan mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi. Apakah sebelas ini? Di sini seorang penggembala sapi memiliki pengetahuan akan bentuk, ia terampil dalam hal karakteristik, ia menyingkirkan telur lalat, ia merawat luka, ia mengasapi kandang, ia mengetahui penyeberangan sungai, ia mengetahui apa yang harus diminumkan, ia mengetahui jalan, ia terampil dalam hal padang rumput, ia tidak memerah susu sampai kering, dan ia menghormati para sapi yang merupakan induk dan pemimpin kelompok. Jika seorang penggembala memiliki sebelas faktor ini, ia akan mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi.

16. “Demikian pula, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki sebelas kualitas ini, maka ia akan mampu tumbuh, meningkat, dan mencapai pemenuhan dalam Dhamma dan Disiplin ini. Apakah sebelas ini? Di sini seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan bentuk, ia terampil dalam hal karakteristik, ia menyingkirkan telur lalat, ia merawat luka, ia mengasapi kandang, ia mengetahui penyeberangan sungai, ia mengetahui apa yang harus diminumkan, ia mengetahui jalan, ia terampil dalam hal padang rumput, ia tidak memerah susu sampai kering, dan ia menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan pemimpin Sangha.

17. “Bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan bentuk? Di sini seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Segala bentuk materi dari jenis apapun terdiri dari empat [223] unsur utama dan bentuk materi itu diturunkan dari empat unsur utama.’ Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan bentuk.

18. “Bagaimanakah seorang bhikkhu terampil dalam hal karakteristik? Di sini seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Seorang dungu dikarakteristikkan oleh perbuatannya; seorang bijaksana dikarakteristikkan oleh perbuatannya.’ Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu terampil dalam hal karakteristik.

19. “Bagaimanakah seorang bhikkhu menyingkirkan telur lalat? Di sini, ketika suatu pikiran keinginan indria muncul, seorang bhikkhu tidak menerimanya; ia meninggalkannya, melenyapkannya, menyingkirkannya, dan memusnahkannya. Ketika suatu pikiran permusuhan muncul … ketika suatu pikiran kekejaman muncul … ketika kondisi-kondisi tidak bermanfaat muncul, seorang bhikkhu tidak menerimanya; ia meninggalkannya, melenyapkannya, menyingkirkannya, dan memusnahkannya. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu menyingkirkan telur lalat.

20. “Bagaimanakah seorang bhikkhu merawat luka? Di sini, ketika melihat bentuk dengan mata, seorang bhikkhu tidak menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena jika ia membiarkan indria mata tanpa terjaga, kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia melatih jalan pengendalian, ia menjaga indria mata, ia menjalankan pengendalian indria mata. Ketika mendengar suara dengan telinga … Ketika mencium bau-bauan dengan hidung … Ketika mengecap rasa dengan lidah … Ketika menyentuh objek-sentuhan dengan badan … Ketika mengenali objek-pikiran dengan pikiran, ia tidak menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena jika ia membiarkan indria pikiran tanpa terjaga, kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia melatih jalan pengendalian, ia menjaga indria pikiran, ia menjalankan pengendalian indria pikiran. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu merawat luka.

21. “Bagaimanakah seorang bhikkhu mengasapi kandang? Di sini seorang bhikkhu mengajarkan orang lain secara terperinci tentang Dhamma yang telah ia pelajari dan kuasai. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu mengasapi kandang.

22. “Bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui penyeberangan sungai? Di sini seorang bhikkhu dari waktu ke waktu mengunjungi para bhikkhu yang telah banyak belajar, yang menguasai tradisi, yang memelihara Dhamma, Disiplin, dan Ringkasan Ajaran, dan ia mempertanyakan dan mengajukan pertanyaan: ‘Bagaimanakah ini, Yang Mulia, apakah artinya ini?’ Para mulia ini mengungkapkan kepadanya apa yang belum diungkapkan, menjelaskan kepadanya apa yang belum jelas, dan melenyapkan keragu-raguannya mengenai banyak hal yang ia ragukan. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu mengetahui penyeberangan sungai.

23. “Bagaimanakah [224] seorang bhikkhu mengetahui apa yang harus diminumkan? Di sini, ketika Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, seorang bhikkhu memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan sehubungan dengan Dhamma.4 Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu mengetahui apa yang harus diminumkan.

24. “Bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui jalan? Di sini seorang bhikkhu memahami Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagaimana adanya. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu mengetahui jalan.

25. “Bagaimanakah seorang bhikkhu terampil dalam hal padang rumput? Di sini seorang bhikkhu memahami Empat Landasan Perhatian sebagaimana adanya. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu terampil dalam hal padang rumput.

26. “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak memerah susu sampai kering? Di sini, ketika seorang perumah-tangga yang berkeyakinan mengundang seorang bhikkhu untuk menerima jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan sebanyak yang ia inginkan, bhikkhu itu mengetahui jumlah secukupnya dalam menerima. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu tidak memerah susu sampai kering.

27. “Bagaimanakah seorang bhikkhu menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan pemimpin Sangha? Di sini seorang bhikkhu menjaga perbuatan jasmani cinta kasih baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap para bhikkhu senior; ia menjaga ucapan cinta kasih terhadap mereka baik secara terbuka maupun secara pribadi; ia menjaga pikiran cinta kasih terhadap mereka baik secara terbuka maupun secara pribadi. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan pemimpin Sangha.

“Jika seorang bhikkhu memiliki sebelas kualitas ini, maka ia akan mampu tumbuh, meningkat, dan mencapai pemenuhan dalam Dhamma dan Disiplin ini.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


Catatan Kaki
  1. Baca MN 129.2.27 ↩︎

  2. Kerangka (mātikā) mungkin adalah peraturan Pātimokkha yang diringkas dari matriks penjelasannya, serta daftar kelompok doktrin utama yang digunakan untuk membabarkan Dhamma. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang mātikā baca Watanabe, Philosophy and its Development in the Nikāyas and Abhidhamma, hal.42-45. ↩︎

  3. Baca n.89. ↩︎

  4. Pada SN 47:6/v.148 empat landasan perhatian disebut wilayah yang selayaknya (gocara) dari seorang bhikkhu, dalam makna sebagai bidang selayaknya dari aktivitasnya. ↩︎