easter-japanese

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Gunung Puncak Hering. Kemudian pengembara Sutavā mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah ini, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā:

“Bhante, pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di sini di Rājagaha, Benteng Pegunungan.1 Pada waktu itu, di hadapan Sang Bhagavā, aku mendengar dan mempelajari ini: ‘Sutavā, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant – seorang yang noda-nodanya telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan spiritual, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan [370] beban, telah mencapai tujuannya, telah sepenuhnya menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, seorang yang sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – tidak mampu melakukan pelanggaran dalam lima kasus. Ia tidak mampu dengan sengaja membunuh; ia tidak mampu mengambil melalui pencurian atas apa yang tidak diberikan; ia tidak mampu melakukan hubungan seksual; ia tidak mampu secara sengaja berbohong; ia tidak mampu menyimpan benda-benda untuk menikmati kenikmatan indria seperti yang ia lakukan di masa lalu ketika masih menjadi seorang awam.’ Bhante, apakah aku mendengar itu dengan benar dari Sang Bhagavā, menangkapnya dengan benar, menyimaknya dengan benar, mengingatnya dengan benar?”

“Benar, Sutavā, engkau mendengarnya dengan benar, menangkapnya dengan benar, menyimaknya dengan benar, mengingatnya dengan benar. Di masa lalu, Sutavā, dan juga sekarang Aku mengatakan demikian: ‘Seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant – seorang yang noda-nodanya telah dihancurkan … seorang yang sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – tidak mampu melakukan pelanggaran dalam sembilan kasus. (1) Ia tidak mampu dengan sengaja membunuh; (2) ia tidak mampu mengambil melalui pencurian atas apa yang tidak diberikan; (3) ia tidak mampu melakukan hubungan seksual; (4) ia tidak mampu secara sengaja berbohong; (5) ia tidak mampu menyimpan benda-benda untuk menikmati kenikmatan indria seperti yang ia lakukan di masa lalu ketika masih menjadi seorang awam; (6) ia tidak mampu menolak Sang Buddha; (7) ia tidak mampu menolak Dhamma; (8) ia tidak mampu menolak Saṅgha; (9) ia tidak mampu menolak latihan.’2 [371] Di masa lalu, Sutavā, dan juga sekarang Aku mengatakan demikian: ‘Seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant – seorang yang noda-nodanya telah dihancurkan … seorang yang sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – tidak mampu melakukan pelanggaran dalam kesembilan kasus ini.’”


Catatan Kaki
  1. Giribbaja, sebuah sebutan untuk Rājagaha, karena pegunungan yang mengelilinginya. ↩︎

  2. Abhabbo khīṇāsavo bhikkhu sikkhaṃ paccakkhātuṃ. Ini berarti, bahwa ia tidak mampu meninggalkan latihan monastik dan kembali ke kehidupan awam. Saya mengikuti tulisan Ce. Be dan Ee menuliskan empat hal terakhir dari 9:8 di sini, dan pada kedua edisi itu mencantumkan empat hal terakhir dari sutta sekarang ini. Karena itu dalam Ee, halaman 371 jatuh pda 9:8 versi Ce, mengikuti “jalan salah karena ketakutan.” ↩︎