easter-japanese

“Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memerintahkan suatu tindakan rekonsiliasi terhadapnya.1 Apakah delapan ini? (1) Ia berusaha menghalangi umat-umat awam memperoleh keuntungan; (2) ia berusaha membahayakan umat-umat awam; (3) ia menghina dan mencaci umat-umat awam; (4) ia memecah-belah umat-umat awam satu sama lain; (5) ia mencela Sang Buddha; (6) ia mencela Dhamma; (7) ia mencela Saṅgha; (8) ia tidak memenuhi janji yang sah pada umat-umat awam. Ketika seorang bhikkhu memiliki kedelapan kualitas ini, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memerintahkan suatu tindakan rekonsiliasi terhadapnya.

“Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas, Saṅgha, jika menghendaki, boleh mencabut suatu tindakan rekonsiliasi [yang dijatuhkan padanya sebelumnya]. Apakah delapan ini? (1) Ia tidak berusaha menghalangi umat-umat awam memperoleh keuntungan; (2) ia tidak berusaha membahayakan umat-umat awam; (3) ia tidak menghina dan tidak mencaci umat-umat awam; (4) ia tidak memecah-belah umat-umat awam satu sama lain; (5) ia memuji Sang Buddha; [347] (6) ia memuji Dhamma; (7) ia memuji Saṅgha; (8) ia memenuhi janji yang sah pada umat-umat awam. Ketika seorang bhikkhu memiliki kedelapan kualitas ini, Saṅgha, jika menghendaki, boleh mencabut suatu tindakan rekonsiliasi [yang dijatuhkan padanya sebelumnya].”


Catatan Kaki
  1. Paṭisāraṇiyakamma. Ketika hal ini dijatuhkan, bhikkhu itu harus mendatangi si perumah tangga, disertai oleh bhikkhu lain, dan meminta maaf padanya. Jika ia tidak berhasil mendapatkan maaf dari si perumah tangga, pendampingnya harus berusaha untuk mendamaikan mereka. Kisah latar belakangnya terdapat pada Vin II 15-18, dengan persyaratan resmi pada Vin II 18-21. Untuk penjelasan terperinci, baca Thānissaro 2007b: 407-11. ↩︎