easter-japanese

“Para bhikkhu, dengan memiliki delapan faktor, seorang pencuri ulung dengan cepat menemui kesulitan dan tidak bertahan lama. Apakah delapan ini? (1) Ia menyerang seorang yang tidak menyerangnya. (2) Ia mencuri tanpa meninggalkan sisa. (3) Ia membunuh perempuan. (4) Ia memperkosa gadis muda. (5) Ia merampok bhikkhu. (6) Ia merampok bendahara kerajaan. (7) Ia melakukan pekerjaannya di lingkungannya. Dan (8) ia tidak mahir dalam menyembunyikan [barang rampasannya].1 Dengan memiliki delapan faktor, seorang pencuri ulung dengan cepat menemui kesulitan dan tidak bertahan lama.

“Para bhikkhu, dengan memiliki delapan faktor, seorang pencuri ulung tidak dengan cepat menemui kesulitan dan dapat bertahan lama. Apakah delapan ini? (1) Ia tidak menyerang seorang yang tidak menyerangnya. (2) Ia tidak mencuri tanpa meninggalkan sisa. (3) Ia tidak membunuh perempuan. (4) Ia tidak memperkosa gadis muda. (5) Ia tidak merampok bhikkhu. (6) Ia tidak merampok bendahara kerajaan. (7) Ia tidak melakukan pekerjaannya di lingkungannya. Dan (8) ia mahir dalam menyembunyikan [barang rampasannya]. Dengan memiliki kedelapan faktor ini, seorang pencuri ulung tidak dengan cepat menemui kesulitan dan dapat bertahan lama.” [340]


Catatan Kaki
  1. Mp mengklarifikasi beberapa hal di sini. (1) Seorang pencuri yang tidak terampil menyerang mereka yang seharusnya tidak diserang, seperti orang tua, anak-anak, dan orang-orang bermoral yang bukan musuhnya dan yang tidak menyerangnya. (2) Seorang pencuri yang terampil mengambil hanya setengah dari apa yang ada; misalnya ada dua pakaian ia hanya mengambil satu; untuk makanan, ia hanya mengambil untuk dirinya sendiri dan meninggalkan sisanya (ia dapat mengambil benda yang lebih berharga untuk dirinya). (7) Seorang pencuri yang tidak terampil melakukan pencurian di desa, pemukiman, atau kota di dekatnya. (8) Seorang pencuri yang tidak terampil tidak memurnikan jalan menuju dunia lain dengan “menyimpan” sebagian dari barang rampasannya dalam suatu pemberian kepada mereka “yang layak menerima persembahan” (yaṃ laddhaṃ taṃ dakkhiṇeyye nidahituṃ cheko na hoti, paralokamaggaṃ na sodheti). Barangkali Seorang pencuri yang terampil akan “menyimpan” sebagian dari rampasannya dengan mempersembahkannya kepada para bhikkhu yang layak dan dengan itu “memurnikan jalan menuju dunia lain.” ↩︎