easter-japanese

“Para bhikkhu, para pengembara sekte lain mungkin bertanya kepada kalian: (1) ‘Dalam apakah, teman-teman, segala sesuatu itu berakar? (2) Melalui apakah segala sesuatu itu menjadi ada? (3) Dari manakah segala sesuatu itu berasal-mula?1 (4) Pada apakah segala sesuatu itu bertemu? (5) Dengan apakah segala sesuatu itu dipimpin? (6) Kekuasaan apakah yang mengendalikan segala sesuatu itu? (7) Apakah pengawas dari segala sesuatu itu? (8) Apakah inti dari segala sesuatu itu?’ Jika kalian ditanya demikian, bagaimanakah kalian akan menjawabnya?”

“Bhante, ajaran kami berakar pada Sang Bhagavā, dituntun oleh Sang Bhagavā, dilindungi oleh Sang Bhagavā. Baik sekali jika Sang Bhagavā sudi menjelaskan makna dari pernyataan ini. Setelah mendengarnya dari Beliau, para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Maka dengarkanlah, para bhikkhu, dan perhatikanlah dengan seksama. Aku akan berbicara.”

‘Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Para bhikkhu, jika para pengembara sekte lain bertanya kepada kalian: ‘Dalam apakah, teman-teman, segala sesuatu itu berakar? … [339] … Apakah inti dari segala sesuatu itu?’ maka kalian harus menjawabnya sebagai berikut.

“Teman-teman, (1) segala sesuatu berakar dalam keinginan. (2) Segala sesuatu itu menjadi ada melalui pengamatan. (3) Segala sesuatu itu berasal-mula dari kontak. (4) Segala sesuatu bertemu pada perasaan. (5) Segala sesuatu itu dipimpin oleh konsentrasi. (6) Perhatian adalah kekuasaan yang mengendalikan segala sesuatu. (7) Kebijaksanaan adalah pengawasnya. (8) Kebebasan adalah intinya.’2

“Jika kalian ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan ini, demikianlah kalian harus menjawab para pengembara sekte lain itu.”


Catatan Kaki
  1. Sebuah perbedaan antara sambhava (dalam pertanyaan 2) dan samudaya (dalam pertanyaan 3) sulit ditentukan, karena dalam sutta-sutta kedua kata ini sering kali digunakan secara hampir bersinonim. Mp menurunkan samudaya dari kata kerja samudenti dan mengemasnya sebagai rāsī bhavanti, “mengumpulkan, menjadi tumpukan.” ↩︎

  2. Brahmāli (dalam suatu komunikasi pribadi) menawarkan penjelasan yang baik atas sutta yang samar-samar ini: “Saya memahami sabbe dhammā sebagai suatu rujukan pada dunia pengalaman pribadi. Maka maknanya adalah sebagai berikut: Semua elemen dari pengalaman kita adalah berakar pada keinginan (chandamūlakā) dalam makna bahwa kita ada karena keinginan (dengan menganggap chanda sebagai sama dengan ketagihan). Semua itu menjadi ada melalui pengamatan (manasikārasambhavā) dalam makna bahwa kita hanya mengalami apa yang kita amati. Semua itu berasal-mula dari kontak (phassasamudayā) karena tanpa kontak kita tidak mengalami apa pun sama sekali. Semua itu bertemu pada perasaan (vedanāsamosaraṇā) dalam makna bahwa perasaan adalah aspek yang paling penting dari pengalaman kita, faktor pendorong utama dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Semua itu dipimpin oleh konsentrasi (samādhippamukhā) dalam makna bahwa konsentrasi adalah kemampuan pengendali (sebuah indriya) yang memimpin yang harus diikuti oleh semua elemen pengalaman kita. Semua itu di bawah kekuasaan perhatian (satādhipateyyā) karena perhatian adalah indriya pengendali lainnya yang mengarahkan kita dalam apa pun yang kita lakukan atau alami. Segala sesuatu memiliki kebijaksanaan sebagai pengawasnya (paññuttarā) karena kebijaksanaan adalah pemimpin dari indriya-indriya pengendali; kebijaksanaan, lebih dari yang lainnya, mengendalikan pengalaman kita (tiga faktor terakhir adalah apa yang memungkinkan kita untuk mendapatkan rasa kemakhlukan yang bertanggung jawab atas kehidupan kita). Kebebasan adalah intinya (vimuttisāra), yang terunggul dari segalanya, sudah jelas.” ↩︎