easter-japanese

“Para bhikkhu, ada delapan landasan penguasaan ini.1 Apakah delapan ini?

(1) “Seseorang mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, terbatas, indah atau buruk. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang pertama.2

(2) “Seseorang mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, tidak terbatas, indah atau buruk. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke dua.3

(3) “Seseorang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, terbatas, indah atau buruk. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke tiga.4

(4) “Seseorang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, tidak terbatas, indah atau buruk. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke empat.

(5) “Seseorang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, yang biru, berwarna biru, bercorak biru, bernuansa biru. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke lima.5

(6) “Seseorang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, yang kuning, berwarna kuning, bercorak kuning, bernuansa kuning. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke enam. [306]

(7) “Seseorang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, yang merah, berwarna merah, bercorak merah, bernuansa merah. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke tujuh.

(8) “Seseorang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal, yang putih, berwarna putih, bercorak putih, bernuansa putih. Setelah menguasainya, ia menyadari sebagai berikut: ‘Aku mengetahui, aku melihat.’ Ini adalah landasan penguasaan yang ke delapan.

“Ini, para bhikkhu, adalah kedelapan landasan penguasaan itu.”


Catatan Kaki
  1. Abhibhāyatanāni. Dari penjelasan baik dalam teks maupun dalam komentar, tampaknya bahwa “landasan melampaui” sebenarnya adalah pendekatan pada kasiṇa, yang dijelaskan secara terperinci dalam Vism, bab 4 dan 5. Mp: “Abhibhāyatanāni adalah penyebab-penyebab untuk mengatasi (abhibhāvanakāraṇāni). Apakah yang diatasi? Kualitas-kualitas yang berlawanan dan objek-objeknya. Karena landasan-landasan ini mengatasi kualitas-kualitas yang berlawanan dengannya (paṭipakkhabhāvena paccanīkadhamme) dan, melalui pengetahuan tinggi seseorang [landasan-landasan ini mengatasi] objek-objeknya (puggalassa ñāṇuttariyatāya ārammaṇāni).” ↩︎

  2. Mp: “Mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal (ajjhattaṃ rūpasaññī): ini merujuk pada bentuk internal yang digunakan dalam tahap persiapan. Untuk seseorang yang melakukan tahap persiapan [meditasi] pada bentuk biru, seperti rambut kepala, empedu, atau selaput pelangi pada mata. Melakukan tahap persiapan pada bentuk kuning, ia menggunakan lemak tubuh, kulit, atau permukaan tangan dan kaki, atau bagian kuning pada mata. Melakukan tahap persiapan pada warna merah, ia menggunakan daging, darah, lidah, atau bidang merah pada mata. Melakukan tahap persiapan pada warna putih, ia menggunakan tulang, gigi, kuku, atau bagian putih pada mata. Ini tidak benar-benar biru, kuning, merah, atau putih, melainkan tidak murni. [Ia] melihat bentuk-bentuk secara eksternal (eko bahiddhā rūpāni passati): Ketika tahap persiapan telah muncul demikian secara internal, tetapi gambaran muncul secara eksternal, maka ia dikatakan sebagai ‘seorang yang mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal [yang] melihat bentuk-bentuk secara eksternal,’ yaitu, pekerjaan persiapannya dilakukan secara internal namun penyerapan (jhāna) muncul secara eksternal. Setelah menguasainya (tāni abhibhuyya): Seperti seorang dengan pencernaan yang baik yang telah memperoleh hanya sesendok makanan mengambilnya, dengan berpikir: ‘Apakah yang dapat dimakan di sini?’ dan menggunakan kemampuan yang terbatas, demikian pula seseorang yang pengetahuannya telah muncul, seorang dengan pengetahuan jernih, berpikir: ‘Apakah yang dapat dicapai sehubungan dengan objek yang terbatas? Ini tidak sulit bagiku.’ Setelah melampaui bentuk-bentuk itu, ia memasuki sebuah pencapaian, dan dengan munculnya gambaran, ia mencapai penyerapan. Ia mempersepsikan sebagai berikut (evaṃsaññī hoti): Ia menyadari dengan persepsi perhatian reflektif (ābhoga) dan dengan persepsi jhāna. ‘Aku mengetahui, aku melihat’ (jānāni passāmi): Yang dibicarakan di sini adalah perhatian reflektifnya; karena hal itu muncul setelah ia keluar dari pencapaian itu, bukan di dalam pencapaian itu sendiri. Persepsi yang mengatasi (abhibhavanasaññā) ada dalam pencapaian, tetapi persepsi perhatian reflektif (ābhogasaññā) muncul setelah ia keluar dari pencapaian itu.” ↩︎

  3. Mp: “Seperti seorang yang lapar yang telah memperoleh banyak makanan tidak melihatnya sebagai banyak namun berpikir: ‘Berikan aku ke dua dan ke tiga. Ini tidak cukup untukku’ demikianlah seorang yang pengetahuannya muncul, seorang dengan pengetahuan jernih, berpikir: ‘Apa yang harus dicapai di sini? Ini bukan objek yang tidak terbatas. Tidaklah menyusahkan bagiku untuk memperoleh keterpusatan pikiran.’ Setelah melampaui [bentuk-bentuk itu] ia memasuki pencapaian, dan dengan munculnya gambaran ia mencapai penyerapan.” ↩︎

  4. Mp: “Seorang yang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal melihat bentuk-bentuk secara eksternal (ajjhattaṃ arūpasaññī eko bahiddhā rūpāni passati): Ini menggambarkan seseorang yang baginya pekerjaan persiapan dan gambaran telah muncul secara eksternal. Dengan demikian keduanya melalui tahap persiapan dan melalui penyerapan, ia disebut seorang yang tidak mempersepsikan bentuk-bentuk secara internal [tetapi] melihat bentuk-bentuk secara eksternal.” ↩︎

  5. Mp: “Dari landasan penguasaan ke lima dan seterusnya, Beliau menunjukkan pemurnian menyeluruh. Karena landasan-landasan ini disebutkan melalui warna yang dimurnikan (visuddhavaṇṇavasen’eva).” Penguasaan berdasarkan warna diilustrasikan dengan perumpamaan di bawah pada 10:29, serta pada DN 16.3.29-32, II.110-11. ↩︎