easter-japanese

1

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Istana Migāramātā di Taman Timur. Pada saat itu, pada hari uposatha, Sang Bhagavā sedang duduk dikelilingi oleh Saṅgha para bhikkhu. Kemudian, pada larut malam, ketika jaga pertama telah berlalu, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduknya, merapikan jubah atasnya di satu bahunya, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, dan berkata kepada Beliau: “Bhante, malam telah larut; jaga pertama telah berlalu; Saṅgha para bhikkhu telah duduk cukup lama. Sudilah Sang Bhagavā melafalkan Pātimokkha untuk para bhikkhu.” Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berdiam diri. [205]

Ketika malam [semakin] larut, ketika jaga pertengahan telah berlalu, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduknya untuk ke dua kalinya, merapikan jubah atasnya di satu bahunya, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, dan berkata kepada Beliau: “Bhante, malam telah [semakin] larut; jaga pertengahan telah berlalu; Saṅgha para bhikkhu telah duduk cukup lama. Bhante, sudilah Sang Bhagavā melafalkan Pātimokkha untuk para bhikkhu.” Untuk ke dua kalinya Sang Bhagavā berdiam diri.

Ketika malam [semakin] larut [lagi], ketika jaga terakhir telah berlalu, ketika fajar menyingsing dan berkas cahaya kemerahan muncul di cakrawala, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduknya, merapikan jubah atasnya di satu bahunya, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, dan berkata kepada Beliau: “Bhante, malam telah [semakin] larut [lagi]; jaga terakhir telah berlalu; fajar telah menyingsing dan berkas cahaya kemerahan telah muncul di cakrawala; Saṅgha para bhikkhu telah duduk cukup lama. Sudilah Sang Bhagavā melafalkan Pātimokkha untuk para bhikkhu.”

“Kumpulan ini tidak murni, Ānanda.”

Kemudian Yang Mulia Mahāmoggallāna berpikir: “Siapakah yang dirujuk oleh Sang Bhagavā ketika Beliau berkata: ‘Kumpulan ini tidak murni, Ānanda’?” Kemudian Yang Mulia Mahāmoggallāna memusatkan perhatiannya pada keseluruhan Saṅgha para bhikkhu, melingkupi pikiran mereka dengan pikirannya sendiri. Kemudian ia melihat orang itu duduk di tengah-tengah Saṅgha para bhikkhu: seorang yang tidak bermoral, berkarakter buruk, tidak murni, berperilaku mencurigakan, tindakan-tindakannya penuh kerahasiaan, bukan seorang petapa walaupun mengaku sebagai seorang petapa, tidak hidup selibat walaupun mengaku selibat, busuk di dalam, jahat, rusak. Setelah melihatnya, ia bangkit dari duduknya, mendatangi orang itu, dan berkata kepadanya: “Bangkitlah, teman. Sang Bhagavā telah melihatmu. Engkau tidak boleh hidup bersama dengan para bhikkhu.” Ketika hal ini dikatakan, orang itu berdiam diri.

Untuk ke dua kalinya … Untuk ke tiga kalinya Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada orang itu: [206] “Bangkitlah, teman. Sang Bhagavā telah melihatmu. Engkau tidak boleh hidup bersama dengan para bhikkhu.” Untuk ke tiga kalinya orang itu berdiam diri.

Kemudian Yang Mulia Mahāmoggallāna mencengkeram orang itu pada lengannya, mengeluarkannya melalui gerbang luar rumah itu, dan mengunci pintu. Kemudian ia kembali kepada Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau: “Aku telah mengeluarkan orang itu, Bhante. Kumpulan ini sudah murni. Sudilah Sang Bhagavā melafalkan Pātimokkha untuk para bhikkhu.”

“Sungguh menakjubkan dan mengagumkan, Moggallāna, bagaimana manusia kosong itu menunggu2 hingga ia dicengkeram pada lengannya.” Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Sekarang, para bhikkhu, kalian sendiri yang harus mengadakan uposatha dan melafalkan Pātimokkha. Sejak hari ini dan seterusnya, Aku tidak akan melakukannya lagi. Adalah tidak mungkin dan tidak terbayangkan bahwa Sang Tathāgata dapat mengadakan uposatha dan melafalkan Pātimokkha dalam sebuah kumpulan yang tidak murni.

“Para asura, para bhikkhu, melihat delapan kualitas menakjubkan dan mengagumkan ini dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Apakah delapan ini?

(1) “Samudra raya, para bhikkhu, melandai, miring, dan condong secara berangsur-angsur, tidak menurun secara tiba-tiba. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan pertama yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya …

[Semuanya sama seperti 8:19, tetapi dibabarkan kepada para bhikkhu.]

(8) “Kemudian, samudra raya adalah tempat kediaman para makhluk besar … [207] … lima ratus yojana. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke delapan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

“Ini, para bhikkhu, adalah kedelapan kualitas itu yang menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Demikian pula, para bhikkhu melihat delapan kualitas menakjubkan dan mengagumkan dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Apakah delapan ini?

(1) “Seperti halnya, para bhikkhu, samudra raya yang melandai, miring, dan condong secara berangsur-angsur, tidak menurun secara tiba-tiba, demikian pula, dalam Dhamma dan disiplin ini penembusan pada pengetahuan akhir terjadi melalui latihan bertahap, aktivitas bertahap, dan praktik bertahap, bukan secara tiba-tiba. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan pertama yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

[Semuanya sama seperti 8:19, tetapi dibabarkan kepada para bhikkhu.]

(8) “Seperti halnya, samudra raya adalah tempat kediaman para makhluk besar … lima ratus yojana [208] , demikian pula dalam Dhamma dan disiplin ini terdapat makhluk-makhluk agung: pemasuk-arus, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah memasuki-arus … Arahant, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah Kearahattaan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke delapan yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.

“Ini, para bhikkhu, adalah kedelapan kualitas yang menakjubkan dan mengagumkan itu yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.”


Catatan Kaki
  1. Sebuah versi singkat dari sutta ini, dengan syair yang ditambahkan pada bagian akhirnya, adalah Ud 5:5, 51-56. Juga terdapat pada Vin II 236-40, yang menjadi kisah latar belakang untuk aturan dalam menskors hak seorang bhikkhu untuk mengikuti pembacaan Pātimokkha. ↩︎

  2. Bersama dengan Ce saya membaca āgamessati, bukan seperti Be dan Ee āgamissati. ↩︎