A iv 198
Pahārāda
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Verañjā di bawah pohon mimba Naḷeru. Kemudian Pahārāda, penguasa para asura, mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan berdiri di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: [198]
“Pahārāda, apakah para asura bersenang di samudra raya?”
“Bhante, para asura bersenang di samudra raya.”
“Tetapi, Pahārāda, berapa banyakkah kualitas menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya?”
“Para asura melihat delapan kualitas menakjubkan dan mengagumkan dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Apakah delapan ini?
(1) “Samudra raya, Bhante, melandai, miring, dan condong secara berangsur-angsur, tidak menurun secara tiba-tiba.1 Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan pertama yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.
(2) “Kemudian, samudra raya stabil dan tidak meluapi perbatasannya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke dua yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …
(3) “Kemudian, samudra raya tidak bergaul dengan bangkai, melainkan dengan cepat membawanya ke pantai dan menyapunya ke daratan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tiga yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …
(4) “Kemudian, ketika sungai-sungai besar – Gangga, Yamunā, Aciravatī, Sarabhū, dan Mahī – mencapai samudra raya, sungai-sungai itu meninggalkan nama dan sebutannya [199]
dan hanya disebut sebagai samudra raya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke empat yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …
(5) “Kemudian, arus apa pun di dunia ini yang mengalir masuk ke samudra raya dan berapa pun banyaknya hujan turun dari langit, tidak ada pengurangan atau penambahan yang terlihat di samudra raya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke lima yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …
(6) “Kemudian, samudra raya hanya memiliki satu rasa, rasa asin. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke enam yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …
(7) “Kemudian, samudra raya berisikan banyak materi berharga, seperti mutiara, permata, lapis lazuli, kulit kerang, kuarsa, koral, perak, emas, batu delima, dan batu mata-kucing. Ini [200]
adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tujuh yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya …
(8) “Kemudian, samudra raya adalah tempat kediaman para makhluk besar seperti timi, timiṅgala, timirapiṇgala, asura, nāga, dan gandhabba.2 Ada di samudra raya makhluk-makhluk dengan tubuh sepanjang seratus yojana, dua ratus, tiga ratus, empat ratus, dan lima ratus yojana. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke delapan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.
“Ini, Bhante, adalah kedelapan kualitas itu yang menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para asura dalam samudra raya yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Tetapi apakah para bhikkhu bersenang dalam Dhamma dan disiplin ini?”
“Pahārāda, para bhikkhu bersenang dalam Dhamma dan disiplin ini.”
“Tetapi, Bhante, berapa banyakkah kualitas menakjubkan dan mengagumkan yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya?”
“Para bhikkhu melihat delapan kualitas menakjubkan dan mengagumkan dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya. Apakah delapan ini?
(1) “Seperti halnya, Pahārāda, samudra raya yang melaindai, miring, dan condong secara berangsur-angsur, tidak menurun secara tiba-tiba,[201]
demikian pula, dalam Dhamma dan disiplin ini penembusan pada pengetahuan akhir terjadi melalui latihan bertahap, aktivitas bertahap, dan praktik bertahap, bukan secara tiba-tiba.3 Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan pertama yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.
(2) “Seperti halnya, samudra raya yang stabil dan tidak meluapi perbatasannya, demikian pula, ketika Aku telah menetapkan aturan latihan untuk para siswaKu, maka mereka tidak akan melanggarnya bahkan demi hidup mereka. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke dua yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …
(3) “Seperti halnya, samudra raya yang tidak bergaul dengan bangkai, melainkan dengan cepat membawanya ke pantai dan menyapunya ke daratan, demikian pula, Saṅgha tidak bergaul dengan orang yang tidak bermoral, berkarakter buruk, tidak murni, berperilaku mencurigakan, tindakan-tindakannya penuh kerahasiaan, bukan seorang petapa walaupun mengaku sebagai seorang petapa, tidak hidup selibat walaupun mengaku selibat, busuk di dalam, jahat, rusak; melainkan, dengan cepat berkumpul dan mengusirnya. Walaupun ia duduk di tengah-tengah Saṅgha para bhikkhu, namun ia jauh dari Saṅgha dan Saṅgha jauh darinya. [202]
Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tiga yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …
(4) “Seperti halnya, ketika sungai-sungai besar … mencapai samudra raya, sungai-sungai itu meninggalkan nama dan sebutannya dan hanya disebut sebagai samudra raya, demikian pula, ketika anggota-anggota dari empat kelompok sosial – khattiya, brahmana, vessa, dan sudda – meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah dalam Dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata, mereka meninggalkan nama dan suku sebelumnya dan hanya disebut sebagai para petapa yang mengikuti putra Sakya. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke empat yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …
(5) “Seperti halnya, arus apa pun di dunia ini yang mengalir masuk ke samudra raya dan berapa pun banyaknya hujan turun dari langit, tidak ada pengurangan atau penambahan yang terlihat di samudra raya, demikian pula, bahkan jika banyak bhikkhu yang mencapai nibbāna akhir melalui elemen nibbāna tanpa sisa, tidak ada pengurangan atau penambahan yang terlihat dalam elemen nibbāna.4 [203]
Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke lima yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …
(6) “Seperti halnya, samudra raya hanya memiliki satu rasa, rasa asin, demikian pula, Dhamma dan disiplin ini hanya memiliki satu rasa, rasa kebebasan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke enam yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …
(7) “Seperti halnya, samudra raya berisikan banyak materi berharga seperti mutiara … batu mata-kucing, demikian pula, Dhamma dan disiplin ini berisikan banyak materi berharga: empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima indria spiritual, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan sempurna, jalan mulia berunsur delapan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke tujuh yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini …
(8) “Seperti halnya, samudra raya adalah tempat kediaman para makhluk besar seperti timi … [204]
… gandhabba; dan ada di samudra raya makhluk-makhluk dengan tubuh sepanjang seratus yojana … lima ratus yojana, demikian pula dalam Dhamma dan disiplin ini terdapat makhluk-makhluk agung: pemasuk-arus, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah memasuki-arus, yang-kembali-sekali, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah yang-kembali-sekali; yang-tidak-kembali, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah yang-tidak-kembali; Arahant, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah Kearahattaan. Ini adalah kualitas menakjubkan dan mengagumkan ke delapan yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.
“Ini, Pahārāda, adalah kedelapan kualitas yang menakjubkan dan mengagumkan itu yang dilihat oleh para bhikkhu dalam Dhamma dan disiplin ini yang karenanya mereka bersenang di dalamnya.”
Frasa terakhir ini sering diterjemahkan sebagai “dengan turunan terjal setelah dataran panjang.” Tetapi Pāli na āyataken’eva papāto, dengan partikel negatif na, sesungguhnya berarti sebaliknya: bahwa tidak ada turunan terjal. Baca DOP sv āyataka, instr. Āyatakena, “secara tiba-tiba, tanpa peringatan, mendadak.” Mp menjelaskan: “Tidak menurun seketika bagaikan jurang curam atau lubang dalam. Dimulai dari pantai¸ bertambah dalam inci demi inci, kaki demi kaki, meter demi meter, [dan berturut-turut dalam satuan ukuran yang lebih panjang] hingga sedalam 84.000 yojana di kaki Gunung Sineru.” ↩︎
Tiga pertama adalah ikan legenda berukuran raksasa. ↩︎
Anupubbasikkhā, anupubbakiriyā, anupubbapaṭipadā. Saya menganggap kata-kata ini adalah kata instrumental singkat relatif untuk aññāpaṭivedho. Mp mengemasnya dengan anupubbasikkhāya, dan seterusnya. Mp menghubungkan masing-masing kata dengan sekelompok faktor latihan: “Dengan latihan bertahap ketiga latihan termasuk (baca 3:89); dengan aktivitas bertahap untuk tiga belas praktik pertapaan (baca Vism bab 2); dan praktik bertahap untuk ketujuh perenungan, delapan belas pandangan terang agung (baca Vism 694,3-27, Ppn 22.113), tiga puluh delapan objek meditasi, dan tiga puluh tujuh bantuan menuju pencerahan. Penembusan pada pengetahuan akhir terjadi … bukan secara tiba-tiba (na āyataken’eva aññāpaṭivedho): tidak ada penembusan pada Kearahattaan secara seketika (ādito va) bagaikan lompatan seekor kodok, tanpa memenuhi perilaku bermoral dan seterusnya. Seseorang dapat mencapai Kearahattaan hanya setelah memenuhi sesuai urutan (paṭipātiyā) perilaku bermoral, konsentrasi, dan kebijaksanaan.” Baca juga MN I 479. ↩︎
Na tena nibbānadhātuyā ūnattaṃ vā purattaṃ vā paññāyati. Mp: “Ketika tidak ada Buddha yang muncul dalam tidak terhitung banyaknya kappa, tidaklah mungkin bagi bahkan satu makhluk pun untuk mencapai nibbāna. Namun seseorang tidak dapat mengatakan, ‘Elemen nibbāna kosong.’ Dan selama masa munculnya seorang Buddha, ketika tidak terhitung banyaknya makhluk mencapai tanpa-kematian pada satu pertemuan, seseorang juga tidak dapat mengatakan, ‘Elemen nibbāna telah menjadi penuh.’” ↩︎