easter-japanese

“Para bhikkhu, ada enam kasus ketidak-mampuan. Apakah enam ini? Seorang yang sempurna dalam pandangan adalah (1) tidak mampu menganggap segala fenomena terkondisi sebagai kekal; (2) tidak mampu menganggap segala fenomena terkondisi sebagai menyenangkan; (3) tidak mampu menganggap segala fenomena terkondisi sebagai diri; (4) tidak mampu melakukan tindakan berat yang menghasilkan akibat segera;1 (5) tidak mampu menganut [kepercayaan] bahwa kesucian diperoleh melalui tindakan-tindakan takhyul dan gaib; (6) tidak mampu mencari orang yang layak menerima persembahan di luar dari sini.2 Ini adalah keenam kasus ketidak-mampuan itu.”


Catatan Kaki
  1. Ce dan Be ānantariyaṃ kammaṃ; Ee anantariyaṃ kammaṃ. Anehnya, walaupun kata ini umumnya muncul dalam penjelasan doktrin Buddhisme, namun suatu pencarian dalam CST 4.0 menghasilkan hanya satu kemunculan dalam keseluruhan Sutta Piṭaka, yaitu, dalam sutta ini. Ungkapan ini juga muncul dalam Vinaya Piṭaka, tetapi hanya satu kali, dalam kisah Devadatta pada Vin II 193,37. Suatu āṅantariya kamma dipahami sebagai perbuatan buruk yang berat yang pada kelahiran yang persis berikutnya pasti menghasilkan kelahiran kembali di neraka. Lima perbuatan yang merupakan jenis kamma ini disebutkan pada 5:129, 6:87, dan persis di bawah pada 6:94. ↩︎

  2. Ito bahiddhā dakkhiṇeyyaṃ gavesituṃ. Yaitu, tidak mampu mencari orang yang memiliki pencapaian mulia di luar ajaran Buddha. ↩︎