easter-japanese

1

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di tengah-tengah penduduk Kosala bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu ketika Beliau tiba di sebuah pemukiman Kosala bernama Daṇḍakappaka. Kemudian Sang Bhagavā meninggalkan jalan raya dan duduk di tempat duduk yang telah dipersiapkan untukNya di bawah sebatang pohon, dan para bhikkhu memasuki Daṇḍakappaka untuk mencari rumah penginapan.

Kemudian Yang Mulia Ānanda bersama dengan sejumlah para bhikkhu pergi ke Sungai Aciravatī untuk mandi. Setelah selesai mandi dan keluar, ia berdiri dengan mengenakan satu jubah untuk mengeringkan tubuhnya. Kemudian seorang bhikkhu mendatangi Yang Mulia Ānanda dan berkata kepadanya: “Teman Ānanda, apakah setelah mempertimbangkan secara seksama maka Sang Bhagavā menyatakan tentang Devadatta: ‘Devadatta mengarah menuju alam sengsara, mengarah menuju neraka, dan ia akan menetap di sana selama kappa ini, tidak dapat ditebus,’ atau apakah Beliau mengatakan ini secara kiasan?”

“Persis seperti itulah, Sang Bhagavā menyatakannya.”2

Kemudian Yang Mulia Ānanda mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan [melaporkan apa yang telah terjadi, diakhiri dengan]: [403] “Ketika hal ini dikatakan, Bhante, aku berkata kepada bhikkhu itu: ‘Persis seperti itulah, Sang Bhagavā menyatakannya.’”

[Sang Bhagavā berkata:] “Ānanda, bhikkhu itu pasti baru ditahbiskan, belum lama meninggalkan keduniawian, atau seorang bhikkhu senior yang dungu dan tidak kompeten. Karena ketika hal ini dinyatakan olehKu dengan jelas, bagaimana mungkin ia melihat makna ganda di dalamnya?3 Aku tidak melihat bahkan seorang pun, Ānanda, yang tentangnya Aku membuat pernyataan setelah mempertimbangkan secara seksama seperti halnya Devadatta. Jika Aku melihat bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut kualitas terang dalam diri Devadatta, maka Aku tidak akan menyatakan tentangnya: ‘Devadatta mengarah menuju alam sengsara, mengarah menuju neraka, dan ia akan menetap di sana selama kappa ini, tidak dapat ditebus.’ Adalah, Ānanda, hanya ketika Aku tidak melihat kualitas terang bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut4 dalam diri Devadatta, maka Aku menyatakan hal ini tentangnya.

“Misalkan terdapat sebuah lubang kakus yang lebih dalam daripada tinggi seorang manusia yang penuh kotoran tinja hingga ke permukaannya, dan seorang manusia ditenggelamkan di dalamnya hingga kepalanya tenggelam. Kemudian seseorang yang datang menginginkan kebaikan, kesejahteraan, dan keamanannya, ingin menariknya keluar dari lubang kakus itu. Ia mengelilingi seluruh sisi lubang kakus itu tetapi tidak melihat bahkan sebagian kecil dari ujung sehelai rambut orang itu yang tidak berlumuran kotoran tinja [404] yang mana ia dapat mencengkeram dan menariknya keluar. Demikian pula, Ānanda, hanya ketika Aku tidak melihat kualitas terang bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut dalam diri Devadatta, maka Aku menyatakan hal ini tentangnya: ‘Devadatta mengarah menuju alam sengsara, mengarah menuju neraka, dan ia akan menetap di sana selama kappa ini, tidak dapat ditebus.’

“Jika, Ānanda, engkau mau mendengarkan tentang pengetahuan-pengetahuan Sang Tathāgata atas indria-indria seseorang, maka Aku akan menganalisisnya.”5

“Sekaranglah waktunya untuk hal ini, Sang Bhagavā! Sekaranglah waktunya untuk hal ini, Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan! Sang Bhagavā harus menganalisis pengetahuan-pengetahuanNya atas indria-indria seseorang. Setelah mendengarkan hal ini dari Sang Bhagavā, para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Baiklah, Ānanda, dengarkan dan perhatikanlah. Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” Yang Mulia Ānanda menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

(1) “Di sini, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahami seseorang sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat terdapat pada orang ini.’ Pada kesempatan berikutnya, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas tidak bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar bermanfaat yang belum dilenyapkan. Dari akar bermanfaatnya itu6 maka hal-hal bermanfaat akan muncul. Dengan demikian orang ini tidak akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Bagaikan benih yang utuh, tidak busuk, dan tidak rusak oleh angin dan panas matahari, subur, tersimpan dengan baik, ditanam di tanah yang telah dipersiapkan dengan baik di lahan yang subur. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Benih ini akan tumbuh, besar, dan matang’?”

“Benar, Bhante.”

“Dengan cara yang sama, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu … [405] … Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas tidak bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar bermanfaat yang belum dilenyapkan. Dari akar bermanfaatnya itu maka hal-hal bermanfaat akan muncul. Dengan demikian orang ini tidak akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Dengan cara inilah, Ānanda, Sang Tathāgata mengetahui seseorang dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata memiliki pengetahuan indria-indria seseorang, yang diperoleh dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata mengetahui asal-mula kualitas-kualitas di masa depan dengan melingkupi pikiran [orang itu] dengan pikiranNya sendiri.

(2) “Kemudian, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahami seseorang sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat terdapat pada orang ini.’ Pada kesempatan berikutnya, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas tidak bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar tidak bermanfaat yang belum dilenyapkan. Dari akar tidak bermanfaatnya itu maka hal-hal tidak bermanfaat akan muncul. Dengan demikian orang ini akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Bagaikan, Ānanda, benih yang utuh, tidak busuk, dan tidak rusak oleh angin dan panas matahari, subur, tersimpan dengan baik, diletakkan di atas batu karang yang besar. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Benih ini tidak akan tumbuh, tidak akan membesar, dan tidak akan menjadi matang’?”

“Benar, Bhante.”

“Dengan cara yang sama, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu … Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas tidak bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar tidak bermanfaat yang belum dilenyapkan. Dari akar tidak bermanfaatnya itu maka hal-hal tidak bermanfaat akan muncul. Dengan demikian orang ini [406] akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Dengan cara inilah, Ānanda, Sang Tathāgata mengetahui seseorang dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata memiliki pengetahuan indria-indria seseorang, yang diperoleh dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata mengetahui asal-mula kualitas-kualitas di masa depan dengan melingkupi pikiran [orang itu] dengan pikiranNya sendiri.

(3) “Kemudian, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahami seseorang sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat terdapat pada orang ini.’ Pada kesempatan berikutnya, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Orang ini tidak memiliki kualitas terang bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut. Orang ini hanya memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang hitam. Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka.’ Bagaikan, Ānanda, benih yang pecah, busuk, dan rusak oleh angin dan panas matahari, ditanam di tanah yang telah dipersiapkan dengan baik di lahan yang subur. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Benih ini tidak akan tumbuh, tidak akan membesar, dan tidak akan menjadi matang’?”

“Benar, Bhante.”

“Dengan cara yang sama, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu … Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Orang ini tidak memiliki kualitas terang bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut. Orang ini hanya memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang hitam. Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka.’ Dengan cara inilah, Ānanda, Sang Tathāgata mengetahui seseorang dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata memiliki pengetahuan indria-indria seseorang, yang diperoleh dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata mengetahui asal-mula kualitas-kualitas di masa depan dengan melingkupi pikiran [orang itu] dengan pikiranNya sendiri.

Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: [407] “Mungkinkah, Bhante, untuk menggambarkan ketiga orang lainnya sebagai lawan dari ketiga orang itu?”

“Mungkin Saja, Ānanda,” Sang Bhagavā berkata:

(4) “Di sini, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahami seseorang sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat terdapat pada orang ini.’ Pada kesempatan berikutnya, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas tidak bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar bermanfaat yang belum dilenyapkan. Itu juga akan segera hancur. Dengan demikian orang ini akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Bagaikan, Ānanda, arang yang terbakar, menyala, dan berkobar diletakkan di atas batu karang yang besar. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Arang ini tidak akan tumbuh, tidak aka meningkat, dan tidak akan menyebar’?”

“Benar, Bhante.”

“Atau bagaikan, Ānanda, menjelang malam dan tenggelamnya matahari. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Terang akan lenyap dan kegelapan akan muncul’?”

“Benar, Bhante.”

“Atau bagaikan, Ānanda, menjelang tengah malam, waktunya untuk makan.7 Tidakkah engkau mengetahui: ‘Terang telah lenyap dan kegelapan telah muncul’? ”

“Benar, Bhante.”

“Dengan cara yang sama, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu … Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas tidak bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar bermanfaat yang belum dilenyapkan. Itu juga akan segera hancur. Dengan demikian orang ini akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Dengan cara inilah, Ānanda, Sang Tathāgata mengetahui seseorang dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, [408] Sang Tathāgata memiliki pengetahuan indria-indria seseorang, yang diperoleh dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata mengetahui asal-mula kualitas-kualitas di masa depan dengan melingkupi pikiran [orang itu] dengan pikiranNya sendiri.

(5) “Kemudian, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahami seseorang sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat terdapat pada orang ini.’ Pada kesempatan berikutnya, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas tidak bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar tidak bermanfaat yang belum dilenyapkan. Itu juga akan segera hancur. Dengan demikian orang ini tidak akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Bagaikan, Ānanda, arang yang terbakar, menyala, dan berkobar diletakkan di atas tumpukan rerumputan kering atau kayu bakar. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Arang ini akan tumbuh, akan meningkat, dan akan menyebar’?”

“Benar, Bhante.”

“Atau bagaikan, Ānanda, ketika malam memudar dan menjelang matahari terbit. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Kegelapan akan lenyap dan terang akan muncul’?”

“Benar, Bhante.”

“Atau bagaikan, Ānanda, menjelang tengah hari, waktunya untuk makan. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Kegelapan telah lenyap dan terang telah muncul’?

“Benar, Bhante.”

“Dengan cara yang sama, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu … Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas tidak bermanfaat orang ini telah lenyap, kualitas-kualitas bermanfaat menjadi nyata, tetapi ia memiliki akar tidak bermanfaat yang belum dilenyapkan. Itu juga akan segera hancur. Dengan demikian orang ini tidak akan mengalami kemunduran di masa depan.’ Dengan cara inilah, Ānanda, Sang Tathāgata mengetahui seseorang dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata memiliki pengetahuan indria-indria seseorang, [409] yang diperoleh dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata mengetahui asal-mula kualitas-kualitas di masa depan dengan melingkupi pikiran [orang itu] dengan pikiranNya sendiri.

(6) “Kemudian, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahami seseorang sebagai berikut: ‘Kualitas-kualitas bermanfaat dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat terdapat pada orang ini.’ Pada kesempatan berikutnya, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Orang ini tidak memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut. Orang ini hanya memiliki kualitas-kualitas terang yang tanpa cela. Ia akan mencapai nibbāna dalam kehidupan ini.’ Bagaikan, Ānanda, arang yang sejuk dan padam diletakkan di atas tumpukan rerumputan kering atau kayu bakar. Tidakkah engkau mengetahui: ‘Arang ini tidak akan tumbuh, tidak akan meningkat, dan tidak akan menyebar’?”

“Benar, Bhante.”

“Dengan cara yang sama, Ānanda, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu … Aku memahaminya sebagai berikut: ‘Orang ini tidak memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat bahkan hanya sebagian kecil dari ujung sehelai rambut. Orang ini hanya memiliki kualitas-kualitas terang yang tanpa cela. Ia akan mencapai nibbāna dalam kehidupan ini.’ Dengan cara inilah, Ānanda, Sang Tathāgata mengetahui seseorang dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata memiliki pengetahuan indria-indria seseorang, yang diperoleh dengan melingkupi pikiran orang itu dengan pikiranNya sendiri. Dengan cara inilah, Sang Tathāgata mengetahui asal-mula kualitas-kualitas di masa depan dengan melingkupi pikiran [orang itu] dengan pikiranNya sendiri.

“Ānanda, di antara ketiga orang yang pertama, seorang tidak akan mengalami kemunduran, seorang akan mengalami kemunduran, dan seorang mengarah menuju alam sengsara, mengarah menuju neraka. Di antara ketiga orang yang berikutnya, seorang tidak akan mengalami kemunduran, seorang akan mengalami kemunduran, dan seorang pasti mencapai nibbāna.” [410]


Catatan Kaki
  1. Di sini saya mengikuti syair uddāna dari Be. Versi Ce tidak jelas bagi saya. ↩︎

  2. Seperti pada 6:44, III 348,9-10. Tampaknya ini adalah cara Ānanda untuk menegaskan bahwa Sang Buddha telah mengatakan sesuatu tanpa memberikan interpretasi atas pernyataan itu. ↩︎

  3. Kathañhi nāma yaṃ mayā ekaṃsena byākataṃ tattha dvejjhā apajjissati. Pernyataan Sang Buddha di sini adalah cara pertama dalam menjawab pertanyaan, yaitu, dengan membuat pernyataan tegas. Tentang empat cara menjawab pertanyaan, baca 3:67, 4:42↩︎

  4. Vālaggakoṭinittudanamattampi sukkadhammaṃ. Mp: “suatu jumlah yang dapat terlihat diujung sehelai rambut; atau suatu jumlah yang dapat diambil dengan ujung sehelai rambut.” ↩︎

  5. Ce dan Ee menuliskan vibhajantassa, bukan seperti Be vibhajissāmi, yang dicatat oleh Ee sebagai suatu variasi dari naskah Burma. Tulisan Be tampaknya suatu normalisasi, tetapi karena tulisan Ce/Ee membiarkan kalimat itu yang secara tata bahasa tidak lengkap, maka saya mengikuti Be. Bentuk jamak -ñāṇāni terdapat dalam teks, dan dengan demikian saya menggunakan bentuk jamak “pengetahuan-pengetahuan” walaupun terdengar janggal dalam Bahasa Inggris. ↩︎

  6. Saya bersama dengan Ce membaca kusalamūlā, bukan seperti Be dan Ee kusalā↩︎

  7. Abhidose aḍḍharattaṃ bhattakālasamaye. DOP sv aḍḍha mendefinisikan aḍḍharattaṃ sebagai “tengah malam.” Tentang bhattakālasamaye, Mp mengatakan “waktu untuk makan pada sidang kerajaan” (rājakulānaṃ bhattakālasaṅkhāte samaye). Mungkin pada masa Sang Buddha sidang kerajaan mengakhiri harinya dengan makan tengah malam. ↩︎