easter-japanese

“Para bhikkhu, ada empat cara ini untuk memelihara hubungan baik. Apakah empat ini? Memberi, ucapan yang penuh kasih, perilaku yang murah hati, dan sikap tidak membeda-bedakan.1 Ini adalah keempat cara untuk memelihara hubungan baik.”

Memberi, ucapan penuh kasih, perilaku murah hati, dan tidak membeda-bedakan di bawah kondisi-kondisi duniawi yang beraneka-ragam, sesuai dengan tiap-tiap kasus: cara-cara memelihara hubungan baik ini adalah bagaikan sumbu dari roda kereta yang berputar.

Jika tidak ada cara-cara memelihara hubungan baik seperti itu, maka ibu atau ayah tidak akan memperoleh penghargaan dan penghormatan dari anak-anak mereka.

Tetapi karena ada cara-cara memelihara hubungan baik seperti ini, maka orang-orang bijaksana menghormati mereka; demikianlah mereka mencapai kebesaran dan dipuji tinggi. [33]


Catatan Kaki
  1. Kata saṅgaha secara literal berarti “menyertakan, menggabungkan, menyatukan,” dari awalan saca, “menggenggam, mencengkeram.” Kata kerja dari mana kata benda ini diturunkan adalah saṅgaṇhāti, dari saṃ, “bersama,” dan gaṇhāti, “mencengkeram, menggenggam.” Keempat saṅgahavatthu adalah cara-cara yang dengannya seseorang dapat menarik orang lain dan memelihara hubungan dengan mereka yang dikarakteristikkan sebagai persahabatan dan penghormatan.

    Keempat itu dalam Pāli adalah dāna, peyyavajja, atthacariyā, samānattatā. Untuk dapat menangkap nuansa ganda dari saṅgaha terpaksa digunakan dua kata, “menarik dan memelihara.” PED menjelaskan saṅgaha, dalam makna yang relevan, sebagai “keramahan, simpati, persahabatan, bantuan, perlindungan, kebaikan,” dan mengartikan saṅgahavatthu sebagai “(karakteristik-karakteristik) objek simpati.” SED mendefinisikan bentuk Skt saṃgrahavastu sebagai “elemen popularitas,” dan BHSD sebagai “komponen penarikan, yang bermakna yang dengannya seorang Buddha atau (lebih sering dalam BHS) seorang Bodhisatta menarik makhluk-makhluk pada diriNya dan pada kehidupan religius.” Walaupun keempat sosok secara menonjol terdapat dalam sūtra-sūtra Mahāyāna, namun mereka juga ditemukan dalam Nikāya-nikāya kuno.

    Mp: “Beberapa orang harus dipelihara dengan pemberian, maka pemberian harus diberikan kepada mereka. Orang lainnya mengharapkan kata-kata yang menyenangkan, maka mereka harus diberikan kata-kata yang menyenangkan. Perilaku murah hati adalah sebuah khotbah tentang meningkatkan kebaikan; orang-orang ini harus diberitahu, ‘Engkau harus melakukan ini, engkau tidak boleh melakukan itu. Engkau harus bergaul dengan orang ini, bukan dengan orang itu.’ Tidak membeda-bedakan adalah kesamaan dalam kebahagiaan maupun penderitaan. Ini berarti duduk bersama mereka, hidup bersama, dan makan bersama.” Dalam versi Skt atas keempat faktor ini faktor ke empat sering kali disebut samānārtha (yang dalam Pāli adalah samānattha), “memiliki tujuan yang sama” atau “memiliki manfaat yang sama.” ↩︎