easter-japanese

Di sana Yang Mulia Sāriputta berkata kepada para bhikkhu: “Teman-teman, para bhikkhu!”

“Teman!” para bhikkhu itu menjawab. Yang Mulia Sāriputta berkata sebagai berikut:

(1) “Setengah bulan, teman-teman, setelah penahbisanku aku merealisasi pengetahuan analitis pada makna melalui pembagian-pembagian dan formulasi-formulasinya.1 Dalam banyak cara aku menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menegakkannya, mengungkapkannya, menganalisanya, dan menguraikannya.2 [Biarlah] siapa pun yang bingung atau tidak yakin [mendatangi]ku dengan mengajukan pertanyaan; aku [akan memuaskannya] dengan jawabanku.3 Guru kita, yang sangat terampil dalam ajaran-ajaran kita, ada di sini.4

(2) “Setengah bulan setelah penahbisanku aku merealisasi pengetahuan analitis pada Dhamma melalui pembagian-pembagian dan formulasi-formulasinya. Dalam banyak cara aku menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menegakkannya, mengungkapkannya, menganalisanya, dan menguraikannya. [Biarlah] siapa pun yang bingung atau tidak yakin [mendatangi]ku dengan mengajukan pertanyaan; aku [akan memuaskannya] dengan jawabanku. Guru kita, yang sangat terampil dalam ajaran-ajaran kita, ada di sini.

(3) “Setengah bulan setelah penahbisanku aku merealisasi pengetahuan analitis pada bahasa melalui pembagian-pembagian dan formulasi-formulasinya. Dalam banyak cara aku menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menegakkannya, mengungkapkannya, menganalisanya, dan menguraikannya. [Biarlah] siapa pun yang bingung atau tidak yakin [mendatangi]ku dengan mengajukan pertanyaan; aku [akan memuaskannya] dengan jawabanku. Guru kita, yang sangat terampil dalam ajaran-ajaran kita, ada di sini.

(4) “Setengah bulan setelah penahbisanku aku merealisasi pengetahuan analitis pada kearifan melalui pembagian-pembagian dan formulasi-formulasinya. Dalam banyak cara aku menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menegakkannya, mengungkapkannya, menganalisanya, dan menguraikannya. [Biarlah] siapa pun yang bingung atau tidak yakin [mendatangi]ku dengan mengajukan pertanyaan; aku [akan memuaskannya] dengan jawabanku. Guru kita, yang sangat terampil dalam ajaran-ajaran kita, ada di sini. [161]


Catatan Kaki
  1. Odhiso vyañjanaso. Mp mengemas kedua kata ini berturut-turut sebagai kāraṇaso akkharaso, “melalui alasan-alasan [atau kasus-kasus], melalui hurufnya.” Maknanya tidak sepenuhnya jelas bagi saya dan Mp-ṭ tidak menjelaskan. Paṭisambhidā dijelaskan dalam Vism 440-43, Ppn 14.21-31, dengan berdasarkan pada Vibh 292-94 (Be §§718-24), yang menganalisisnya dari beberapa sudut. Secara ringkas: pengetahuan makna adalah pengetahuan analitis pada makna (atthapaṭisambhidā); pengetahuan Dhamma adalah pengetahuan analitis pada Dhamma (dhammapaṭisambhidā); pengetahuan tentang bagaimana mengungkapkan dan menyampaikan Dhamma adalah pengetahuan analitis pada bahasa (niruttipaṭisambhidā); dan pengetahuan tentang pengetahuan adalah pengetahuan analitis pada kearifan (paṭibhānapaṭisambhidā). Pengetahuan analitis yang terakhir ini tampaknya merujuk pada kemampuan untuk secara spontan menerapkan ketiga jenis pengetahuan lainnya untuk dengan jelas menyampaikan Dhamma. Dari perspektif yang lebih filosofis, attha dianggap sebagai akibat dari suatu sebab (hetuphala) dan dhamma adalah suatu sebab (hetu) yang menghasilkan akibat. Oleh karena itu pengetahuan analitis pada makna berhubungan dengan pengetahuan pada kebenaran mulia pertama dan ke tiga, pengetahuan analitis pada Dhamma berhubungan dengan pengetahuan pada kebenaran mulia ke dua dan ke empat. Pengetahuan analitis pada makna adalah pengetahuan pada masing-masing faktor dari kemunculan bergantungan dalam perannya sebagai akibat yang ditimbulkan dari kondisi, dan pengetahuan analitis pada Dhamma adalah pengetahuan pada faktor yang sama dalam perannya sebagai kondisi yang memunculkan akibat. ↩︎

  2. Pakāsemi dalam Ee, sebagai kata kerja ke tiga, tidak terdapat dalam Ce atau Be. Pakāseti juga tidak ada dalam urutan kata kerja yang sama pada 3:136, I 286,9-10, juga dalam Ee. ↩︎

  3. Dalam teks yang samar-samar di sini dan mungkin terbolak-balik dalam perjalanan penyampaian. Mp memberikan suatu kata kerja pada bagian pertama kalimat, upagacchatu, yang saya sertakan dan terjemahkan dalam tanda kurung siku. Mp melengkapi ahaṃ veyyākaraṇena dengan ahamassa pañhakathanena cittaṃ ārādhessāmi (“Aku akan memuaskan pikirannya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan”). Saya juga menambahkan ini dalam tanda kurung siku. ↩︎

  4. Mp: “‘Guru kita, yang sangat terampil dalam hal-hal ini yang telah kita capai, hadir di sini. Jika aku belum merealisasi pengetahuan analitis pada makna, maka Beliau akan mengusirku, menyuruhku untuk merealisasikannya terlebih dulu.’ Bahkan selagi duduk di depan Sang Guru, ia mengaumkan auman singa itu.” ↩︎