easter-japanese

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara para penduduk Vajji di Bhaṇḍagāma. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

“Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:1

“Para bhikkhu, adalah karena tidak memahami dan tidak menembus empat hal maka kalian dan Aku telah berkelana dan mengembara dalam waktu yang sangat lama.2 Apakah empat ini?

“Adalah, para bhikkhu, karena tidak memahami dan tidak menembus perilaku bermoral yang mulia, konsentrasi yang mulia, kebijaksanaan yang mulia, dan kebebasan yang mulia maka kalian dan Aku telah berkelana dan mengembara dalam waktu yang sangat lama.

“Perilaku bermoral yang mulia telah dipahami dan ditembus. Konsentrasi yang mulia telah dipahami dan ditembus. Kebijaksanaan yang mulia telah dipahami dan ditembus. Kebebasan yang mulia telah dipahami dan ditembus. Ketagihan pada penjelmaan telah dipotong; saluran penjelmaan telah dihancurkan;3 sekarang tidak ada lagi penjelmaan baru.”

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Setelah mengatakan ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih lanjut berkata sebagai berikut: [2]

“Perilaku bermoral, konsentrasi, kebijaksanaan, dan kebebasan yang tidak terlampaui: hal-hal ini Gotama yang termasyhur telah dipahami oleh diriNya sendiri

“Setelah secara langsung mengetahui hal-hal ini, Sang Buddha mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu. Sang Guru, sang pembuat-akhir penderitaan, Seorang dengan Penglihatan, telah mencapai nibbāna.”4


Catatan Kaki
  1. Buku Kelompok Empat

    Bagian selanjutnya termasuk dalam Mahāparinibbāna Sutta, DN 16.4.2-3, II 122-23. ↩︎

  2. Dīghamaddhānaṃ sandhāvitaṃ saṃsaritaṃ. “Waktu yang sangat lama” dalam mengembara adalah saṃsāra, yang diturunkan dari kata kerja saṃsarati, terlihat di sini dalam bentuk pasif saṃsaritaṃ. Mp mengemas dīghamaddhānaṃ sebagai cirakālaṃ (“waktu yang lama”) dan menjelaskan sandhāvitaṃ sebagai “berkelana dari satu kondisi penjelmaan ke penjelmaan lainnya” (bhavato bhavaṃ gamanavasena sandhāvitaṃ). ↩︎

  3. Bhavanetti. Mp: “Tali penjelmaan (bhavarajju) adalah nama bagi ketagihan. Seperti halnya sapi-sapi diikat dengan tali di lehernya, demikian pula hal ini menuntun makhluk-makhluk dari satu penjelmaan ke penjelmaan lainnya. Oleh karena itu disebut saluran penjelmaan.” ↩︎

  4. Cakkhumā parinibbuto. Mp: “Beliau mencapai nibbāna melalui padamnya kekotoran. Ini adalah nibbāna pertama, yang terjadi pada Beliau di sekitar pohon bodhi. Tetapi setelah itu, antara kedua pohon sal kembar (di Kusinārā) Beliau mencapai nibbāna melalui elemen nibbāna tanpa sisa.” ↩︎