easter-japanese

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang selain daripada pembangkitan kegigihan. Bagi seorang yang telah membangkitkan kegigihan, maka kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang selain daripada keinginan kuat.1 Bagi seorang yang berkeinginan kuat, maka kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang selain daripada sedikitnya keinginan.2 Bagi seorang dengan sedikit keinginan, maka kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang selain daripada ketidak-puasan.3 Bagi seorang yang tidak puas, maka kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang selain daripada kepuasan.4 Bagi seorang yang puas, maka kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.” [13]

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang seperti halnya pengamatan tidak seksama. Bagi seorang yang mengamati dengan tidak seksama, maka kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang seperti halnya pengamatan seksama. Bagi seorang yang mengamati dengan seksama, maka kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang seperti halnya kurangnya pemahaman jernih. Bagi seorang yang tidak memahami dengan jernih, maka kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang seperti halnya pemahaman jernih.5 Bagi seorang yang memahami dengan jernih, maka kualitas-kualitas bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.”

“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu menyebabkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang seperti halnya pertemanan yang buruk. Bagi seorang dengan teman-teman yang buruk, maka kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum muncul menjadi muncul dan kualitas-kualitas bermanfaat yang telah muncul menjadi berkurang.” [14]


Catatan Kaki
  1. Mahicchatā. Mp menjelaskan ini sebagai “keserakahan kuat” (mahālobho) dan, untuk definisi formal, Mp mengutip Vibh 351 (Be §850): “Apakah keinginan kuat? Kurangnya kepuasan, keinginan berlebihan sehubungan dengan jubah, makanan, tempat tinggal, obat-obatan, dan kelima objek kenikmatan indria. Keinginan, menginginkan, keinginan kuat, nafsu, kegemaran, kegemaran batin, ini disebut keinginan kuat.” ↩︎

  2. Appicchatā. Mp: “Walaupun ungkapan [‘sedikitnya keinginan’] dapat dianggap berarti bahwa ada sisa [keinginan], maknanya adalah tidak ada sisa. Karena seseorang tidak disebut ‘berkeinginan sedikit’ jika ia masih memiliki keinginan kecil; adalah karena ketiadaan keinginan, melalui ketidak-serakahan terus-menerus, maka seseorang dikatakan berkeinginan sedikit.” ↩︎

  3. Asantuṭṭhitā. Mp: “Ini adalah keserakahan yang muncul dari bergaul dengan, mengunjungi, dan melayani orang-orang yang tidak puas.” ↩︎

  4. Santuṭṭhitā. Mp membedakan tiga jenis kepuasan: (1) kepuasan sesuai dengan apa yang diperoleh (yathālābhasantosa), yaitu merasa puas dengan jubah (atau benda kebutuhan lainnya) jenis apa pun apakah berkualitas baik atau buruk; (2) kepuasan sesuai dengan kemampuannya (yathābalasantosa), yaitu merasa puas dengan apa yang ia peroleh namun memilih untuk menggunakan yang paling baik untuk kesehatannya; dan (3) kepuasan sesuai dengan apa yang selayaknya (yathāsāruppasantosa), yaitu mengambil hanya perolehan yang paling mendasar untuk dirinya sendiri dan memberikan yang lainnya kepada orang lain. Untuk terjemahan lengkapnya, baca Bodhi 1989: 130-34. ↩︎

  5. Sampajjaññaṃ. Di sini, Mp hanya mengatakan bahwa ini adalah kata untuk kebijaksanaan (paññā). Untuk pembahasan yang lebih lengkap tentang sampajañña menurut metode komentar, baca Bodhi 1989: 94-130. ↩︎