easter-japanese

[40] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

2. Kemudian Pengembara Vekhanassa mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar-sapa dengan Beliau.1 Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia berdiri di satu sisi dan di hadapan Sang Bhagavā ia mengucapkan seruan ini:

“Ini adalah kecemerlangan sempurna, ini adalah kecemerlangan sempurna!”

“Tetapi, Kaccāna, mengapa engkau berkata: ‘Ini adalah kecemerlangan sempurna, ini adalah kecemerlangan sempurna!’? Apakah kecemerlangan sempurna itu?”

“Guru Gotama, kecemerlangan itu adalah kecemerlangan sempurna yang terlampaui lebih tinggi atau lebih mulia oleh kecemerlangan lainnya.”

“Tetapi, Kaccāna, apakah kecemerlangan itu yang tidak tertandingi oleh kecemerlangan lainnya yang lebih tinggi atau lebih mulia?”

“Guru Gotama, kecemerlangan itu adalah kecemerlangan sempurna yang tidak terlampaui lebih tinggi atau lebih mulia oleh kecemerlangan lainnya.”

3-11. “Kaccāna, engkau dapat melanjutkan cara ini untuk waktu yang lama … (seperti Sutta 79, §§10-18) … namun engkau tidak menunjukkan apa kecemerlangan itu.

12. “Kaccāna, ada lima utas kenikmatan indria ini.2 Apakah lima ini? Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan [43] yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria.

13. “Sekarang, Kaccāna, kenikmatan dan kegembiraan yang muncul dengan bergantung pada kelima utas kenikmatan indria ini disebut kenikmatan indria. Demikianlah kenikmatan indria [muncul] melalui kenikmatan indria, tetapi di luar kenikmatan indria ini terdapat suatu kenikmatan yang berada di puncak indria, dan itu dinyatakan sebagai yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan itu.”3

14. Ketika hal ini dikatakan, Pengembara Vekhanassa berkata: “Sungguh mengagumkan, Guru Gotama, sungguh menakjubkan, betapa baiknya hal itu dikatakan oleh Guru Gotama: ‘Demikianlah kenikmatan indria [muncul] melalui kenikmatan indria, tetapi di luar kenikmatan indria ini terdapat suatu kenikmatan yang berada di puncak indria, dan itu dinyatakan sebagai yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan itu.’”

“Kaccāna, bagimu yang adalah penganut pandangan lain, yang menerima ajaran lain, yang menyetujui ajaran lain, yang menekuni latihan yang berbeda, yang mengikuti guru yang berbeda, adalah sulit untuk mengetahui apa indriawi itu, atau apa kenikmatan indria itu, atau apa kenikmatan di puncak indria itu. Tetapi para bhikkhu yang adalah para Arahant dengan noda-noda telah dihancurkan itu, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – adalah mereka yang mengetahui apa indriawi itu, apa kenikmatan indria itu, atau apa kenikmatan di puncak indria itu.”

15. Ketika hal ini dikatakan, Pengembara Vekhanassa marah dan tidak senang, dan ia mencaci, menghina, dan mencela Sang Bhagavā, dengan mengatakan: “Petapa Gotama akan dikalahkan.” Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Kalau begitu ada beberapa petapa dan brahmana di sini yang, tanpa mengetahui masa lampau dan tanpa melihat masa depan, namun mengaku: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’ Apa yang mereka katakan terbukti menggelikan; terbukti hanya kata-kata, kosong melompong.”

16. “Jika ada petapa dan brahmana[44], tanpa mengetahui masa lampau dan tanpa melihat masa depan, namun mengaku: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun,’ Mereka dapat dibantah secara logika. Sebaliknya, biarkanlah masa lampau, Kaccāna, dan biarkanlah masa depan. Silakan seorang bijaksana datang, seorang yang jujur dan tulus, seorang yang bermoral. Aku akan memberinya instruksi, Aku akan mengajarkan Dhamma kepadanya sedemikian sehingga dengan mempraktikkan sesuai yang diinstruksikan maka ia akan segera mengetahui dan melihat untuk dirinya sendiri: ‘Demikianlah, sungguh, benar-benar ada kebebasan dari belenggu, yaitu, dari belenggu ketidak-tahuan.’ Misalkan, Kaccāna, ada seorang bayi lembut yang berbaring telungkup, terikat oleh belenggu yang kuat [pada keempat tangan dan kakinya] dengan yang ke lima di lehernya; dan kemudian, sebagai akibat dari pertumbuhan dan kematangan indria-indrianya, belenggu itu menjadi kendur, kemudian ia akan mengetahui ‘aku bebas’ dan tidak ada lagi belenggu. Demikian pula, silahkan seorang bijaksana datang … ‘Demikianlah, sungguh, benar-benar ada kebebasan dari belenggu, yaitu, dari belenggu ketidak-tahuan.’”

17. Ketika hal ini dikatakan, Pengembara Vekhanassa berkata kepada Sang Bhagavā: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma … (*seperti Sutta 74, §19) *… agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini sudilah Sang Bhagavā mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.”


Catatan Kaki
  1. MA mengidentifikasikan Vekhanassa sebagai guru Sakuludāyin. ↩︎

  2. MA: Bahkan walaupun ia adalah seorang pengembara, namun ia menekuni kenikmatan indria. Sang Buddha membabarkan ajaran ini untuk membuatnya mengenali kegemarannya pada kenikmatan indria, dan dengan demikian khotbah ini akan bermanfaat baginya. ↩︎

  3. Dalam Pali kalimat ini berbentuk teka-teki, dan terjemahan di sini bersifat dugaan. MA menjelaskan bahwa “kenikmatan pada puncak indria” (atau “kenikmatan indria tertinggi,” kāmaggasukhaṁ) adalah Nibbāna. ↩︎