easter-japanese

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.

2. Kemudian Pengembara Vacchagotta mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā:

3. “Aku pernah berbincang-bincang dengan Guru Gotama lama sebelumnya. Baik sekali jika Guru Gotama mengajarkan kepadaku secara ringkas tentang yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.”

“Aku dapat mengajarkan kepadamu tentang yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat secara ringkas, dan Aku dapat mengajarkan kepadamu tentang yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat secara lengkap. Namun Aku akan mengajarkan kepadamu tentang yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat secara ringkas. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakan.”

“Baik, Yang Mulia,” ia menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

4. “Vaccha, keserakahan adalah tidak bermanfaat, ketidak-serakahan adalah bermanfaat; kebencian adalah tidak bermanfaat, ketidak-bencian adalah bermanfaat; delusi adalah tidak bermanfaat, ketidak-delusian adalah bermanfaat. Dengan cara ini ketiga hal adalah tidak bermanfaat dan ketiga hal lainnya adalah bermanfaat.

5. “Membunuh makhluk-makhluk hidup adalah tidak bermanfaat, menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup adalah bermanfaat; mengambil apa yang tidak diberikan adalah tidak bermanfaat, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan adalah bermanfaat; perilaku salah dalam kenikmatan indria adalah tidak bermanfaat, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria adalah bermanfaat; ucapan salah adalah tidak bermanfaat, menghindari ucapan salah adalah bermanfaat; ucapan fitnah [490] adalah tidak bermanfaat, menghindari ucapan fitnah adalah bermanfaat; ucapan kasar adalah tidak bermanfaat, menghindari ucapan kasar adalah bermanfaat; bergosip adalah tidak bermanfaat, menghindari gosip adalah bermanfaat; ketamakan adalah tidak bermanfaat, ketidak-tamakan adalah bermanfaat; permusuhan adalah tidak bermanfaat, tanpa permusuhan adalah bermanfaat; pandangan salah adalah tidak bermanfaat, pandangan benar adalah bermanfaat. Dengan cara ini sepuluh hal adalah tidak bermanfaat dan sepuluh hal lainnya adalah bermanfaat.

6. “Ketika seorang bhikkhu telah meninggalkan ketagihan, memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak dapat muncul lagi di masa depan, maka bhikkhu itu adalah seorang Arahant dengan noda-noda dihancurkan, seorang yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan sesungguhnya, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir.”

7. “Selain dari Guru Gotama, adakah seorang bhikkhu lainnya, siswa Guru Gotama, yang dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda?”1

“Bukan hanya seratus, Vaccha, atau dua atau tiga atau empat atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para bhikkhu, para siswaKu, yang dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.”

8. “Selain dari Guru Gotama dan para bhikkhu, adakah seorang bhikkhunī lainnya, siswi Guru Gotama, yang dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda?”

“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para bhikkhunī, para siswiKu, yang dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.”

9. “Selain dari Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī, adakah seorang umat awam laki-laki lainnya, siswa Guru Gotama, berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat yang dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, akan muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir tanpa pernah kembali dari alam itu?”2

“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam laki-laki, para siswaKu, berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat yang dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, [491] akan muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir tanpa pernah kembali dari alam itu.”

10. “Selain dari Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī, dan umat awam laki-laki berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat, adakah seorang umat awam laki-laki, siswa Guru Gotama, berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksi Beliau, menaati nasihat Beliau, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru?”3

“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam laki-laki, para siswaKu, berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksiKu, menaati nasihatKu, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru.”

11. “Selain dari Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī dan para umat awam laki-laki berpakaian putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, adakah seorang umat awam perempuan, siswi Guru Gotama, berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat yang dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, akan muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir tanpa pernah kembali dari alam itu?”

12. “Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam perempuan, para siswiKu, berpakaian putih menjalani kehidupan selibat yang dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, akan muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir tanpa pernah kembali dari alam itu.”

12. “Selain dari Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī dan para umat awam laki-laki berpakaian putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, dan umat awam perempuan berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat, adakah seorang umat awam perempuan lainnya, siswi Guru Gotama, berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksi Beliau, menaati nasihat Beliau, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru?”

“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam perempuan, para siswiKu, berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksiKu, menaati nasihatKu, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru.”

13. “Guru Gotama, jika hanya Guru Gotama yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada bhikkhu yang sempurna, [492] maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama dan para bhikkhu sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama dan para bhikkhu yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada bhikkhunī yang sempurna, maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu dan para bhikkhunī sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, dan para bhikkhunī yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam laki-laki berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat yang sempurna, maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam laki-laki berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria yang sempurna, maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berpakaian putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan umat awam laki-laki berpakaian putih … yang sempurna dalam Dhamma ini, tetapi tidak ada umat awam perempuan berpakaian putih [493] yang menjalani kehidupan selibat yang sempurna, maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki berpakaian putih … dan para umat awam perempuan yang menjalani kehidupan selibat sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki berpakaian putih …dan umat awam perempuan yang menjalani kehidupan selibat yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam perempuan berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria yang sempurna, maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, para umat awam laki-laki berpakaian putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, dan dan para umat awam perempuan berpakaian putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu.

14. “Seperti halnya sungai Gangga yang condong ke lautan, miring ke arah lautan, mengalir menuju lautan, dan mencapai lautan, demikian pula kelompok Guru Gotama bersama dengan mereka yang tanpa rumah dan para perumah-tangga condong ke Nibbāna, miring ke arah Nibbāna, mengalir menuju Nibbāna, dan mencapai Nibbāna.

15. “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Aku ingin menerima pelepasan keduniawian di bawah Guru Gotama, aku ingin menerima penahbisan penuh.” [494]

16. “Vaccha, seseorang yang sebelumnya adalah penganut sekte lain dan ingin meninggalkan keduniawian dan menerima penahbisan penuh dalam Dhamma dan Disiplin ini harus menjalani masa percobaan selama empat bulan. Di akhir empat bulan itu, jika para bhikkhu merasa puas dengannya, maka mereka akan memberikan kepadanya pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh menjadi seorang bhikkhu. Tetapi Aku mengenali perbedaan-perbedaan individual dalam hal ini.”

“Yang Mulia, jika seseorang yang sebelumnya adalah penganut sekte lain dan ingin meninggalkan keduniawian dan menerima penahbisan penuh dalam Dhamma dan Disiplin ini harus menjalani masa percobaan selama empat bulan, dan jika di akhir empat bulan itu para bhikkhu merasa puas dengannya, maka mereka akan memberikan kepadanya pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh menjadi seorang bhikkhu, maka aku akan menjalani masa percobaan selama empat tahun. Di akhir empat tahun itu jika para bhikkhu merasa puas denganku, maka biarlah mereka memberikan kepadaku pelepasan keduniawian dan penahbisan penuh menjadi seorang bhikkhu.”

17. Kemudian Pengembara Vacchagotta menerima pelepasan keduniawian di bawah Sang Bhagavā, dan ia menerima penahbisan penuh. Dan segera, tidak lama setelah penahbisan penuhnya, setengah bulan setelah penahbisan penuh, Yang Mulia Vacchagotta menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan memberitahu Sang Bhagavā: “Yang Mulia, aku telah mencapai apa yang dapat dicapai melalui pengetahuan seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi, melalui pengetahuan sejati seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi. Sudilah Sang Bhagavā mengajarkan aku lebih jauh lagi.”4

18. “Kalau begitu, Vaccha, kembangkanlah lebih jauh lagi kedua hal ini: ketenangan dan pandangan terang, jika kedua hal ini – ketenangan dan pandangan terang – dikembangkan lebih jauh lagi, maka itu akan menuntun menuju penembusan banyak unsur.

19. “Sejauh engkau menghendaki: ‘Semoga aku dapat mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin: dari satu, semoga aku menjadi banyak; dari banyak, semoga aku menjadi satu; semoga aku muncul dan lenyap; semoga aku berjalan tanpa halangan menembus dinding, menembus tembok, menembus gunung, seolah-olah menembus ruang kosong; semoga aku dapat menyelam masuk ke dalam dan keluar dari dalam tanah seolah-olah di air; semoga aku dapat berjalan di air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; dengan duduk bersila, semoga aku dapat bepergian di angkasa bagaikan burung; dengan tanganku semoga aku dapat menyentuh bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; semoga aku dapat mengerahkan kekuatan jasmani bahkan hingga sejauh alam Brahma’ – engkau akan mencapai kemampuan untuk menyaksikan aspek apapun yang ada di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.5

20. “Sejauh engkau menghendaki: ‘Semoga aku, dengan unsur telinga dewa, [495] yang murni dan melampaui manusia, dapat mendengar kedua jenis suara, suara surgawi dan manusia, yang jauh maupun dekat’ - engkau akan mencapai kemampuan untuk menyaksikan aspek apapun yang ada di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

21. “Sejauh engkau menghendaki: ‘Semoga aku memahami pikiran makhluk-makhluk lain, pikiran orang-orang lain, dengan melingkupi pikiran mereka dengan pikiranku. Semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh nafsu sebagai terpengaruh nafsu dan pikiran yang tidak terpengaruh nafsu sebagai tidak terpengaruh nafsu; semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh kebencian sebagai terpengaruh kebencian dan pikiran yang tidak terpengaruh kebencian sebagai tidak terpengaruh kebencian; semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh delusi sebagai terpengaruh delusi dan pikiran yang tidak terpengaruh delusi sebagai tidak terpengaruh delusi; semoga aku memahami pikiran yang mengerut sebagai mengerut dan pikiran yang kacau sebagai kacau; semoga aku memahami pikiran luhur sebagai luhur dan pikiran tidak luhur sebagai tidak luhur; semoga aku memahami pikiran yang terbatas sebagai terbatas dan pikiran tidak terbatas sebagai tidak terbatas; semoga aku memahami pikiran terkonsentrasi sebagai terkonsentrasi [35] dan pikiran tidak terkonsentrasi sebagai tidak terkonsentrasi; semoga aku memahami pikiran yang terbebaskan sebagai terbebaskan dan pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan’ - engkau akan mencapai kemampuan untuk menyaksikan aspek apapun yang ada di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

22. “Sejauh engkau menghendaki: ‘Semoga aku mampu mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran … (seperti Sutta 51, §24) … Demikianlah beserta aspek-aspek dan ciri-cirinya semoga aku mengingat banyak kehidupan lampau’ - engkau akan mencapai kemampuan untuk menyaksikan aspek apapun yang ada di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

23. “Sejauh engkau menghendaki: ‘Semoga aku, dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia, melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin, …(seperti Sutta 51, §25) … dan semoga aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka’ - engkau akan mencapai kemampuan untuk menyaksikan aspek apapun yang ada di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

24. “Sejauh engkau menghendaki: ‘Semoga aku, dengan menembus bagi diriku sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda’ - engkau akan mencapai kemampuan untuk menyaksikan aspek apapun yang ada di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.”

25. Kemudian Yang Mulia Vacchagotta, setelah merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā, bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, dengan beliau di sisi kanannya, ia pergi.

26. Tidak lama kemudian, dengan berdiam sendirian, terasing, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, Yang Mulia Vacchagotta, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang dicari oleh para anggota keluarga yang meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Ia secara langsung mengetahui: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.” Dan Yang Mulia Vacchagotta menjadi salah satu di antara para Arahant.

27. Pada saat itu sejumlah bhikkhu sedang berjalan mendatangi Sang Bhagavā. Dari jauh Yang Mulia Vacchagotta melihat kedatangan mereka. Melihat mereka, ia mendatangi mereka dan bertanya kepada mereka: [497] “Kemanakah para mulia hendak pergi?”

“Kami pergi untuk menemui Sang Bhagavā, Teman.”

“Kalau begitu, sudilah para mulia bersujud atas namaku dengan kepala di kaki Sang Bhagavā, dan mengatakan: ‘Yang Mulia, Bhikkhu Vacchagotta bersujud dengan kepala di kaki Sang Bhagavā.’ Kemudian katakan: ‘Sang Bhagavā telah disembah olehku, Yang Sempurna telah disembah olehku.’”6

“Baik, teman,” para bhikkhu itu menjawab. Kemudian mereka menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi dan memberitahu Sang Bhagavā: “Yang Mulia, Bhikkhu Vacchagotta bersujud dengan kepala di kaki Sang Bhagavā, dan ia berkata: ‘Sang Bhagavā telah disembah olehku, Yang Sempurna telah disembah olehku.’”

28. “Para bhikkhu, setelah melingkupi pikirannya dengan pikiranKu, Aku telah mengetahui tentang Bhikkhu Vacchagotta: ‘Bhikkhu Vacchagotta telah mencapai tiga pengetahuan sejati dan memiliki kekuatan batin tinggi dan keperkasaan.’ Dan para dewa juga memberitahukan kepadaKu hal ini: ‘Bhikkhu Vacchagotta telah mencapai tiga pengetahuan sejati dan memiliki kekuatan batin tinggi dan keperkasaan.’”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu itu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


Catatan Kaki
  1. Pertanyaan ini dan pertanyaan berikutnya merujuk pada Kearahattaan, yang mana (menurut MA) Vacchagotta menganggapnya sebagai keistimewaan eksklusif Sang Buddha. ↩︎

  2. Pertanyaan ini merujuk pada yang-tidak-kembali. Bahkan walaupun seorang yang-tidak-kembali masih dapat menjalani kehidupan awam, namun ia harus menjalani kehidupan selibat karena ia telah memotong belenggu keinginan indria. ↩︎

  3. Pertanyaan ini merujuk pada pemasuk-arus dan yang-kembali-sekali, yang masih menikmati kenikmatan indria jika mereka masih menjalani kehidupan awam. ↩︎

  4. MA: Ia telah mencapai buah yang-tidak-kembali dan datang untuk bertanya kepada Sang Buddha mengenai praktik pandangan terang untuk mencapai jalan Kearahattaan. Akan tetapi, Sang Buddha melihat bahwa ia memiliki kondisi yang mendukung bagi enam pengetahuan langsung. Maka demikianlah Beliau mengajarkan kepadanya ketenangan untuk menghasilkan lima pengetahuan langsung lokiya dan pandangan terang untuk mencapai Kearahattaan . ↩︎

  5. Landasan yang sesuai (āyatana) adalah jhāna ke empat untuk lima pengetahuan langsung dan pandangan terang untuk Kearahattaan. ↩︎

  6. Pariciṇṇo me Bhagavā, pariciṇṇo me Sugato. Ini adalah cara tidak langsung untuk memberitahukan kepada Sang Buddha mengenai pencapaian Kearahattaan olehnya. Para bhikkhu tidak memahami hal ini, dan oleh karena itu Sang Buddha menjelaskan maknanya kepada mereka. ↩︎