easter-japanese

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.1 Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

2. Kemudian, pada malam harinya, Yang Mulia Mahā Cunda bangkit dari meditasi dan mendatangi Sang Bhagavā. Setelah bersujud pada Sang Bhagavā ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau:

3. “Yang Mulia, berbagai pandangan muncul di dunia berkaitan dengan doktrin-doktrin tentang diri atau doktrin-doktrin tentang dunia.2 Sekarang apakah meninggalkan dan melepaskan pandangan-pandangan itu terjadi dalam diri seorang bhikkhu yang memperhatikan hanya pada bagian permulaan [dari latihan meditasinya]?”3

“Cunda, sehubungan dengan berbagai pandangan muncul di dunia yang berkaitan dengan doktrin-doktrin tentang diri atau doktrin-doktrin tentang dunia: jika [objek] yang sehubungan dengannya pandangan-pandangan itu muncul, di mana pandangan-pandangan itu berlandaskan, dan di mana pandangan-pandangan itu diterapkan4 dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku,’ maka meninggalkan dan melepaskan pandangan-pandangan itu terjadi.5

4. “Adalah mungkin di sini, Cunda, bahwa dengan cukup terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘penghapusan’ dalam Disiplin Yang-Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ [41] dalam Disiplin Yang-Mulia.6

5. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan diamnya awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

6. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang sehubungan dengannya para mulia menyatakan: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

7. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘penghapusan dalam Disiplin Yang-Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

8. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘penghapusan dalam Disiplin Yang-Mulia: ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

9. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, menyadari bahwa ‘kesadaran adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

10. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa ‘tidak ada apa-apa,’ seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

11. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam penghapusan.’ [42] Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘penghapusan dalam Disiplin Yang-Mulia: ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang-Mulia.

12. “Sekarang, Cunda, ini adalah penghapusan yang harus engkau praktikkan:7

(1) ‘Orang lain akan bertindak kejam; di sini kita tidak akan bertindak kejam’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.8

(2) ‘Orang lain akan membunuh makhluk-makhluk hidup; di sini kita harus menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup’; penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(3) ‘Orang lain akan mengambil apa yang tidak diberikan; di sini kita harus menghindari mengambil apa yang tidak diberikan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(4) ‘Orang lain tidak selibat; di sini kita harus selibat’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(5) ‘Orang lain akan mengatakan kebohongan; di sini kita harus menghindari kebohongan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(6) ‘Orang lain akan mengucapkan fitnah; di sini kita harus menghindari mengucapkan fitnah’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(7) ‘Orang lain akan berkata-kata kasar; di sini kita harus menghindari berkata-kata kasar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(8) ‘Orang lain akan bergosip; di sini kita harus menghindari gosip’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(9) ‘Orang lain akan tamak; di sini kita tidak boleh tamak’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(10) ‘Orang lain akan memiliki permusuhan; di sini kita harus tanpa permusuhan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(11) ‘Orang lain akan memiliki pandangan salah; di sini kita harus memiliki pandangan benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(12) ‘Orang lain akan memiliki kehendak salah; di sini kita harus memiliki kehendak benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(13) ‘Orang lain akan memiliki ucapan salah; di sini kita harus memiliki ucapan benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(14) ‘Orang lain akan memiliki perbuatan salah; di sini kita harus memiliki perbuatan benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(15) ‘Orang lain akan memiliki penghidupan salah di sini; di sini kita harus memiliki penghidupan benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(16) ‘Orang lain akan memiliki usaha salah; di sini kita harus memiliki usaha benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(17) ‘Orang lain akan memiliki perhatian salah; di sini kita harus memiliki perhatian benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(18) ‘Orang lain akan memiliki konsentrasi salah; di sini kita harus memiliki konsentrasi benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(19) ‘Orang lain akan memiliki pengetahuan salah; di sini kita harus memiliki pengetahuan benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(20) ‘Orang lain akan memiliki kebebasan salah; di sini kita harus memiliki kebebasan benar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(21) ‘Orang lain akan dikuasai oleh kelambanan dan ketumpulan; di sini kita harus terbebas dari kelambanan dan ketumpulan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(22) ‘Orang lain akan gelisah; di sini kita tidak boleh gelisah’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(23) ‘Orang lain akan merasa ragu-ragu; di sini kita harus melampaui keragu-raguan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(24) ‘Orang lain akan marah; di sini kita tidak boleh marah’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(25) ‘Orang lain akan kesal; di sini kita tidak boleh kesal’: penghapusan harus dipraktikkan demikian. [43]

(26) ‘Orang lain akan bersikap meremehkan; di sini kita tidak boleh bersikap meremehkan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(27) ‘Orang lain akan congkak; di sini kita tidak boleh congkak’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(28) ‘Orang lain akan merasa iri; di sini kita tidak boleh iri’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(29) ‘Orang lain akan bersifat serakah; di sini kita tidak boleh serakah’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(30) ‘Orang lain akan menipu; di sini kita tidak boleh menipu’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(31) ‘Orang lain akan curang; di sini kita tidak boleh curang’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(32) ‘Orang lain akan keras-kepala; di sini kita tidak boleh keras-kepala’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(33) ‘Orang lain akan angkuh; di sini kita tidak boleh angkuh’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(34) ‘Orang lain akan sulit dinasihati; di sini kita harus mudah dinasihati’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(35) ‘Orang lain akan memiliki teman-teman jahat; di sini kita harus memiliki teman-teman baik’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(36) ‘Orang lain akan lalai; di sini kita harus rajin’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(37) ‘Orang lain akan tidak berkeyakinan; di sini kita harus berkeyakinan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(38) ‘Orang lain akan tidak memiliki rasa malu; di sini kita harus memiliki rasa malu’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(39) ‘Orang lain akan tidak memiliki rasa takut melakukan perbuatan salah; di sini kita harus takut melakukan perbuatan salah’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(40) ‘Orang lain akan sedikit belajar; di sini kita harus banyak belajar’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(41) ‘Orang lain akan malas; di sini kita harus bersemangat’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(42) ‘Orang lain akan tanpa perhatian; di sini kita harus kokoh dalam perhatian’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(43) ‘Orang lain akan tanpa kebijaksanaan; di sini kita harus memiliki kebijaksanaan’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

(44) ‘Orang lain akan terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, menggenggamnya erat-erat, dan melepaskannya dengan susah-payah;9 kita tidak boleh terikat pada pandangan-pandangan kita sendiri atau menggenggamnya erat-erat, melainkan harus melepaskannya dengan mudah’: penghapusan harus dipraktikkan demikian.

13. “Cunda, Aku katakan bahwa bahkan kecondongan pikiran pada kondisi-kondisi bermanfaat adalah bermanfaat besar, apalagi tindakan-tindakan perbuatan dan ucapan yang selaras [dengan keadaan pikiran demikian]?10 Oleh Karena itu, Cunda:

(1) Pikiran harus condong pada: ‘Orang lain akan kejam; di sini kita tidak boleh kejam.’

(2) Pikiran harus condong pada: ‘Orang lain akan membunuh makhluk-makhluk hidup; di sini kita harus menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup.

(3)-(43) Pikiran harus condong pada: …

(44) Pikiran harus condong pada: ‘Orang lain akan terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, menggenggamnya erat-erat, dan melepaskannya dengan susah-payah; kita tidak boleh terikat pada pandangan-pandangan kita sendiri atau menggenggamnya erat-erat, melainkan harus melepaskannya dengan mudah.’

14. “Cunda, misalkan terdapat jalan setapak yang tidak rata dan ada jalan setapak lainnya yang rata untuk menghindari jalan setapak yang tidak rata; dan misalkan terdapat penyeberangan sungai yang tidak rata dan ada penyeberangan sungai lain yang rata untuk menghindari penyeberangan sungai yang tidak rata. [44] Demikian pula:

(1) Seseorang yang terbiasa kejam memiliki ketidak-kejaman untuk menghindarinya.

(2) Seseorang yang terbiasa membunuh makhluk-makhluk hidup memiliki penghindaran dari pembunuhan untuk menghindarinya.

(3) Seseorang yang terbiasa mengambil apa yang tidak diberikan memiliki penghindaran dari mengambil apa yang tidak diberikan untuk menghindarinya.

(4) Seorang yang tidak selibat memiliki selibat untuk menghindarinya.

(5) Seorang yang terbiasa berbohong memiliki penghindaran dari berbohong untuk menghindarinya.

(6) Seorang yang terbiasa mengucapkan fitnah memiliki penghindaran dari mengucapkan fitnah untuk menghindarinya.

(7) Seorang yang terbiasa berkata kasar memiliki penghindaran dari berkata kasar untuk menghindarinya.

(8) Seorang yang terbiasa bergosip memiliki penghindaran dari bergosip untuk menghindarinya.

(9) Seorang yang terbiasa tamak memiliki sifat tidak tamak untuk menghindarinya.

(10) Seorang yang terbiasa bermusuhan memiliki tanpa-permusuhan untuk menghindarinya.

(11) Seorang yang terbiasa berpandangan salah memiliki pandangan benar untuk menghindarinya.

(12) Seorang yang terbiasa berkehendak salah memiliki kehendak benar untuk menghindarinya.

(13) Seorang yang terbiasa berucapan salah memiliki ucapan benar untuk menghindarinya.

(14) Seorang yang terbiasa berbuat salah memiliki perbuatan benar untuk menghindarinya.

(15) Seorang yang terbiasa berpenghidupan salah memiliki penghidupan benar untuk menghindarinya.

(16) Seorang yang terbiasa berusaha salah memiliki usaha benar untuk menghindarinya.

(17) Seorang yang terbiasa berperhatian salah memiliki perhatian benar untuk menghindarinya.

(18) Seorang yang terbiasa berkonsentrasi salah memiliki konsentrasi benar untuk menghindarinya.

(19) Seorang yang terbiasa berpengetahuan salah memiliki pengetahuan benar untuk menghindarinya.

(20) Seorang yang terbiasa berkebebasan salah memiliki kebebasan benar untuk menghindarinya.

(21) Seorang yang terbiasa dengan kelambanan dan ketumpulan memiliki kebebasan dari kelambanan dan ketumpulan untuk menghindarinya.

(22) Seorang yang terbiasa dengan kegelisahan memiliki ketidak-gelisahan untuk menghindarinya.

(23) Seorang yang terbiasa dengan keragu-raguan memiliki keadaan yang melampaui keragu-raguan untuk menghindarinya.

(24) Seorang yang terbiasa dengan kemarahan memiliki ketidak-marahan untuk menghindarinya.

(25) Seorang yang terbiasa dengan kekesalan memiliki ketidak-kesalan untuk menghindarinya.

(26) Seorang yang terbiasa bersikap meremehkan memiliki sikap tidak-meremehkan orang lain untuk menghindarinya.

(27) Seorang yang terbiasa bersikap congkak memiliki sikap tidak congkak untuk menghindarinya.

(28) Seorang yang terbiasa iri memiliki ketidak-irian untuk menghindarinya.

(29) Seorang yang terbiasa tamak memiliki ketidak-tamakan untuk menghindarinya.

(30) Seorang yang terbiasa menipu memiliki sikap tidak-menipu untuk menghindarinya.

(31) Seorang yang terbiasa curang memiliki sikap tidak-curang untuk menghindarinya.

(32) Seorang yang terbiasa bersifat keras-kepala memiliki ketidak-keras-kepalaan untuk menghindarinya.

(33) Seorang yang terbiasa bersifat angkuh memiliki ketidak-angkuhan untuk menghindarinya.

(34) Seorang yang terbiasa sulit dinasihati memiliki sifat mudah dinasihati untuk menghindarinya.

(35) Seorang yang terbiasa bergaul dengan teman-teman jahat memiliki pergaulan dengan teman-teman baik untuk menghindarinya.

(36) Seorang yang terbiasa lalai memiliki ketekunan untuk menghindarinya.

(37) Seorang yang terbiasa tidak berkeyakinan memiliki keyakinan untuk menghindarinya.

(38) Seorang yang terbiasa tidak merasa malu memiliki rasa malu untuk menghindarinya.

(39) Seorang yang terbiasa merasa tidak takut melakukan perbuatan salah memiliki rasa takut melakukan perbuatan salah untuk menghindarinya.

(40) Seorang yang terbiasa sedikit belajar memiliki banyak belajar untuk menghindarinya.

(41) Seorang yang terbiasa malas memiliki pembangkitan kegigihan untuk menghindarinya.

(42) Seorang yang terbiasa tanpa perhatian memiliki penegakan perhatian untuk menghindarinya.

(43) Seorang yang terbiasa tanpa kebijaksanaan memiliki perolehan kebijaksanaan untuk menghindarinya.

(44) Seorang yang terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, yang menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan susah-payah, memiliki ketidak-terikatan pada pandangan-pandangannya sendiri, tidak menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan mudah, untuk menghindarinya.

15. “Cunda, seperti halnya semua kondisi-kondisi tidak bermanfaat mengarah ke bawah dan semua kondisi-kondisi bermanfaat mengarah ke atas, demikian pula:

(1) Seseorang yang terbiasa kejam memiliki ketidak-kejaman untuk mengarahkannya ke atas

(2) Seseorang yang terbiasa membunuh makhluk-makhluk hidup memiliki penghindaran dari pembunuhan untuk mengarahkannya ke atas.

(3-43) Seseorang yang terbiasa … untuk mengarahkannya ke atas.

(44) Seorang yang terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, yang menggenggamnya erat-erat [45] dan melepaskannya dengan susah-payah, memiliki ketidak-terikatan pada pandangan-pandangannya sendiri, tidak menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan mudah, untuk mengarahkannya ke atas.

16. “Cunda, bahwa seseorang yang tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur adalah tidak mungkin; bahwa seseorang yang tidak tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur adalah mungkin. Bahwa seorang yang tidak jinak, tidak disiplin, [dengan kekotoran] belum padam, harus menjinakkan orang lain, mendisiplinkannya, dan membantunya memadamkan [kekotorannya] adalah tidak mungkin; Bahwa seorang yang jinak, disiplin, [dengan kekotoran] telah padam, harus menjinakkan orang lain, mendisiplinkannya, dan membantunya memadamkan [kekotorannya] adalah mungkin.11 Demikian pula:

(1) Seseorang yang terbiasa kejam memiliki ketidak-kejaman untuk memadamkannya.12

(2) Seseorang yang terbiasa membunuh makhluk-makhluk hidup memiliki penghindaran dari pembunuhan untuk memadamkannya.

(3-43) Seseorang yang terbiasa … [46] … untuk memadamkannya.

(44) Seorang yang terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, yang menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan susah-payah, memiliki ketidak-terikatan pada pandangan-pandangannya sendiri, tidak menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan mudah, untuk memadamkannya.

17. “Maka, Cunda, jalan penghapusan telah diajarkan olehKu, jalan kecondongan pikiran telah diajarkan olehKu, jalan penghindaran telah diajarkan olehKu, jalan pemadaman telah diajarkan olehKu.

18. “Apa yang harus dilakukan untuk para siswaNya demi belas kasih seorang guru yang mengusahakan kesejahteraan mereka dan memiliki belas kasih pada mereka, telah Aku lakukan untukmu, Cunda.13 Ada bawah pepohonan ini, gubuk-gubuk kosong ini. Bermeditasilah, Cunda, jangan menunda atau engkau akan menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi Kami kepadamu.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Mahā Cunda merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


Catatan Kaki
  1. Baca n.84 ↩︎

  2. Pandangan-pandangan yang berhubungan dengan doktrin diri (attavādapaṭisaṁyuttā), menurut MA, ada dua puluh jenis pandangan identitas yang diuraikan pada MN 44.7, walaupun pandangan-pandangan itu juga dapat dipahami memasukkan doktrin yang lebih luas tentang diri yang dibahas dalam MN 102. Pandangan-pandangan yang berhubungan dengan doktrin tentang dunia (lokavādapaṭisaṁyutta) ada delapan pandangan; dunia adalah abadi, tidak abadi, keduanya, atau bukan keduanya; dunia adalah terbatas, tidak terbatas, keduanya, atau bukan keduanya. Baca MN 63 dan MN 72 mengenai penolakan Sang Buddha atas pandangan-pandangan ini. ↩︎

  3. MA: Pertanyaan ini merujuk pada seseorang yang telah mencapai hanya tahap awal dari meditasi pandangan terang tanpa mencapai tingkat memasuki-arus. Jenis pelepasan yang dibahas adalah melepaskan melalui pencabutan, yang hanya dapat terjadi pada jalan memasuki-arus. YM. Mahā Cunda mengajukan pertanyaan ini karena beberapa meditator terlalu meninggikan pencapaian mereka, menganggap bahwa mereka telah meninggalkan pandangan-pandangan itu sementara mereka belum benar-benar melenyapkannya. ↩︎

  4. MA menjelaskan bahwa kata “muncul” (uppajjanti) di sini merujuk pada munculnya pandangan-pandangan yang belum muncul sebelumnya; “berlandaskan” (anusenti) pada kekuatannya yang terkumpul melalui keterikatan terus-menerus pada pandangan-pandangan itu; dan “diterapkan” (samudācaranti) pada perbuatan jasmani atau ucapan mereka. “Objek” di mana pandangan-pandangan itu berlandaskan adalah kelima kelompok unsur kehidupan (khandha) yang merupakan sesosok orang atau makhluk hidup – bentuk materi, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan batin, dan kesadaran. ↩︎

  5. Dengan pernyataan ini Sang Buddha menunjukkan cara yang dengannya pandangan-pandangan tercabut: perenungan pada kelima kelompok unsur kehidupan sebagai “bukan milikku,” dan seterusnya, dengan kebijaksanaan pandangan terang yang memuncak pada jalan memasuki-arus. ↩︎

  6. MA menjelaskan bahwa Sang Buddha, setelah menjawab pertanyaan bhikkhu itu, sekarang membicarakan jenis orang yang terlalu meninggikan – mereka yang mencapai delapan pencapaian meditatif dan percaya bahwa mereka mempraktikkan pemurnian yang sesungguhnya (sallekha). Kata sallekha, yang berarti praktik pertapaan atau praktik keras, digunakan oleh Sang Buddha untuk menyiratkan penghapusan atau pelenyapan kekotoran secara radikal. Walaupun delapan pencapaian di tempat lain diletakkan dalam Latihan Buddhis (baca MN 25.12-19, MN 26.34-41), di sini dikatakan bahwa pencapaian itu tidak disebut sebagai penghapusan karena bhikkhu yang mencapainya tidak menggunakannya sebagai landasan bagi pandangan terang – seperti dijelaskan, misalnya, dalam MN 52 dan MN 64 – melainkan hanya sebagai alat untuk menikmati kebahagiaan dan kedamaian. ↩︎

  7. Empat puluh empat “cara penghapusan” yang dijelaskan, jatuh dalam beberapa kelompok ajaran sebagai berikut. Yang tidak disebutkan di sini berarti tidak termasuk dalam kelompok manapun.

    (2)-(11) adalah sepuluh perbuatan tidak bermanfaat dan perbuatan bermanfaat (kammapatha) – baca MN 9.4, 9.6;

    (12)-(18) adalah tujuh faktor terakhir dari Jalan Delapan – buruk dan baik – faktor pertama identik dengan (11);

    (19)-(20) kadang-kadang ditambahkan pada dua Jalan Delapan – baca MN 117.34-36;

    (21)-(23) adalah tiga terakhir dari lima rintangan – baca MN 10.36 – dua yang pertama identik dengan (9) dan (10);

    (24)-(33) adalah sepuluh dari enam belas ketidak-sempurnaan yang mengotori batin, yang disebutkan dalam MN 7.3;

    (37)-(43) adalah tujuh kualitas buruk dan tujuh kualitas baik (saddhammā) yang disebutkan dalam MN 53.11-17. ↩︎

  8. MṬ: Ketidak-kejaman (avihiṁsā), yang merupakan sinonim dari belas kasih, disebutkan pertama karena merupakan akar dari segala kebajikan, khususnya penyebab-akar dari moralitas. ↩︎

  9. MA: Ini adalah penjelasan dari mereka yang menggenggam erat-erat pada pandangan yang telah muncul dalam diri mereka, dengan mempercayai “Hanya inilah kebenaran”; mereka tidak melepaskannya bahkan jika disuruh oleh Sang Buddha dengan argumen yang masuk akal. ↩︎

  10. MA: Kecondongan pikiran bermanfaat besar karena secara eksklusif membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, dan karena menjadi penyebab dari perbuatan selanjutnya yang bersesuaian. ↩︎

  11. Kata Pali yang diterjemahkan sebagai “padam” adalah parinibbuto, yang juga dapat berarti “mencapai Nibbāna”; dan kata Pali yang diterjemahkan “membantu memadamkan” adalah parinibbāpessati, yang juga dapat berarti “membantu mencapai Nibbāna” atau “membawa menuju Nibbāna.” Kata Pali untuk ungkapan selanjutnya “yang dengannya memadamkannya,” parinibbānaya, mungkin dapat diterjemahkan “untuk mencapai Nibbāna.” Walaupun dalam seluruh tiga kasus terjemahan alternatif ini akan menjadi terlalu dipaksakan secara literal, maknanya berperan pada usulan atas makna asli dalam cara yang tidak dapat ditangkap dalam terjemahan. ↩︎

  12. MA menunjukkan bahwa pernyataan ini dapat dipahami dalam dua cara: (1) Seseorang yang bebas dari kekejaman dapat menggunakan ketidak-kejamannya untuk membantu memadamkan kekejaman orang lain; dan (2) seseorang yang kejam dapat mengembangkan ketidak-kejaman untuk memadamkan watak kejamnya. Seluruh kasus berikutnya harus dipahami dalam dua cara serupa. ↩︎

  13. MA: Tugas guru yang berbelas kasih adalah pengajaran Dhamma yang benar; di luar itu adalah praktik, yang merupakan tugas para siswa. ↩︎