Thag 1149-1217
Bab Dua Puluh
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Sujato & Jessica Walton
ShortUrl:
Edisi lain:
Pāḷi (vri)
- “Menetap di hutan, memakan hanya makanan yang dipersembahkan, Bahagia dengan sisa makanan apapun yang masuk ke dalam mangkuk, Dan tenang dalam batin; Mari kita mencabik-cabik bala tentara kematian.
- “Hidup di hutan, memakan hanya makanan yang dipersembahkan, Bahagia dengan sisa makanan apapun yang masuk ke dalam mangkuk, Mari kita menghancurkan bala tentara kematian, Bagaikan gajah menghancurkan gubuk jerami.
- Menetap di bawah pohon, dengan gigih, Bahagia dengan sisa makanan apapun yang masuk ke dalam mangkuk, Dan tenang dalam batin; Mari kita mencabik-cabik bala tentara kematian.
- Menetap di bawah pohon, dengan gigih, Bahagia dengan sisa makanan apapun yang masuk ke dalam mangkuk, Mari kita menggilas bala tentara kematian, Bagaikan gajah menggilas gubuk jerami.”
- “Dengan tulang-belulang sebagai gubuk, Terjalin menyatu dengan daging dan urat – Terkutuklah tubuh busuk ini! Yang memuja tubuh-tubuh lainnya.
- Engkau kantung kotoran terbungkus kulit! Engkau setan dengan tanduk di dadamu! Tubuhmu memiliki sembilan arus, Yang mengalir sepanjang waktu.
- Dengan sembilan lubangnya, Tubuhmu bau, penuh kotoran. Seorang bhikkhu yang mengejar kemurnian harus menghindarinya sama sekali, Bagaikan kotoran tinja.
- Jika mereka mengenalimu Seperti aku mengenalimu, Mereka akan menjauh, Bagaikan lubang kakus di musim hujan.”
- “Demikianlah, pahlawan besar! Seperti katamu, Petapa! Tetapi beberapa orang tenggelam di sini Bagaikan seekor sapi tua di lumpur.”
- “Siapapun yang berpikir Untuk mengubah langit menjadi kuning, Atau warna lainnya, Hanya akan menyusahkan dirinya sendiri.
- Pikiran ini bagaikan langit: Tenang di dalam. Yang berpikiran-jahat, jangan menyerangku Bagaikan ngengat menyerang api unggun.”
- Lihatlah boneka khayal ini, Tumpukan luka, susunan tubuh, Berpenyakit, terobsesi, Tidak memiliki kestabilan.
- Lihatlah bentuk khayal ini, Dengan permata dan anting-anting; Tulang-belulangnya terbungkus kulit, Diperindah oleh pakaiannya.
- Kaki kemerahan Dan wajah berbedak Adalah cukup untuk memperdaya seorang dungu, Tetapi tidak untuk seorang pencari pantai seberang.
- Rambut dikepang delapan Dan pewarna garis mata, Adalah cukup untuk memperdaya seorang dungu, Tetapi tidak untuk seorang pencari pantai seberang.
- Bagaikan kotak rias yang dihias, Tubuh menjijikkan ini dihias Adalah cukup untuk memperdaya seorang dungu, Tetapi tidak untuk seorang pencari pantai seberang.
- Pemburu memasang perangkapnya, Tetapi rusa tidak terperangkap; Setelah memakan umpan kita pergi, Meninggalkan penangkap rusa meratap.
- Perangkap pemburu telah rusak, Dan rusa tidak terperangkap; Setelah memakan umpan kita pergi, Meninggalkan penangkap rusa meratap.”
- “Kemudian terjadi kegemparan! Kemudian mereka merinding! Ketika Sāriputta, yang memiliki banyak kualitas, Meninggal dunia menuju nibbāna.
- Segala kondisi adalah tidak kekal, Bersifat timbul dan tenggelam. Hal-hal itu muncul, kemudian lenyap – Dan penenangannya adalah kebahagiaan.”
- “Mereka yang melihat kelima kelompok unsur kehidupan Sebagai sesuatu yang lain, bukan sebagai diri, Menembus hal yang halus, Bagaikan menembus ujung rambut dengan anak panah.
- Mereka yang melihat kondisi-kondisi Sebagai sesuatu yang lain, bukan sebagai diri, Menembus hal yang halus, Bagaikan menembus ujung rambut dengan anak panah.”
- “Seolah-olah tertusuk pedang, Seolah-olah kepala mereka terbakar, Dengan penuh perhatian, seorang bhikkhu harus meninggalkan keduniawian, Untuk meninggalkan keinginan pada kenikmatan indriawi.
- Seolah-olah tertusuk pedang, Seolah-olah kepala mereka terbakar, Dengan penuh perhatian, seorang bhikkhu harus meninggalkan keduniawian, Untuk meninggalkan keinginan untuk terlahir kembali Ke dalam kehidupan apapun juga.”
- “Didorong oleh Yang Terkembang, Dengan membawa jasmani terakhirnya, Aku mengguncang istana Ibunya Migāra Dengan jari kakiku yang besar.”
- “Ini bukanlah sesuatu yang dapat engkau peroleh dengan menjadi kendur; Ini bukanlah sesuatu yang memerlukan sedikit kekuatan: Realisasi nibbāna, Kebebasan dari segala kemelekatan.”
- “Bhikkhu muda ini, Yang terbaik di antara manusia, Telah menaklukkan Māra dan tunggangannya, Dan membawa jasmani terakhirnya.”
- “Kilat menyambar Di celah antara Vebhāra dan Paṇḍava. Tetapi di dalam gua di gunung, putra dari yang tak tertandingi Seimbang dan terserap dalam jhāna.”
- “Tenang dan hening, Sang bijaksana dalam kediamannya yang terasing, Pewaris para Buddha terbaik, Dihormati bahkan oleh Brahmā.”
- “Tenang dan hening, Sang bijaksana dalam kediamannya yang terasing, Pewaris para Buddha terbaik, Brahmana, engkau harus menghormati Kassapa!
- Bahkan jika seseorang terlahir Seratus kali berulang-ulang di alam manusia, Dan selalu menjadi seorang brahmana, Seorang murid yang menghapalkan Veda,
- Dan jika ia adalah seorang guru, Yang menguasai tiga Veda: Menghormati orang demikian Tidak sebanding dengan seper enam belas dari itu.
- Siapapun yang mencapai delapan kebebasan Dalam arah maju dan arah mundur sebelum makan pagi, Dan kemudian pergi untuk menerima dana makanan –
- Jangan menyerang bhikkhu demikian! Jangan hancurkan dirimu sendiri, Brahmana! Berkeyakinlah pada Sang Arahant Cepat memberi hormat dengan tangan bersikap añjalī, Jangan sampai kepalamu pecah!”
- “Jika engkau berpikir transmigrasi adalah hal penting, Maka engkau tidak melihat Dhamma. Engkau mengikuti jalan menyimpang, Jalan yang buruk yang menuntunmu menuju kejatuhan.
- Bagaikan cacing yang berlumuran kotoran, Ia diperdaya oleh kondisi-kondisi. Tenggelam dalam perolehan dan kehormatan, Poṭṭhila berlanjut, kosong.”
- “Lihatlah Sāriputta datang! Senang sekali bertemu dengannya. Terbebaskan dalam kedua cara, Tenang dalam batinnya.
- Dengan panah tercabut dan belenggu berakhir, Dengan tiga pengetahuan, penghancur kematian, Layak menerima persembahan, Lahan jasa yang tiada taranya bagi orang-orang.”
- Para dewa termasyhur ini Yang memiliki kekuatan batin, Seluruh 10.000 di antara mereka Adalah para menteri Brahmā. Mereka berdiri dengan tangan dalam sikap añjalī, Menghormati Moggallāna.
- ‘Hormat kepadamu, yang berdarah murni di antara manusia! Hormat kepadamu, yang terbaik di antara manusia! Karena kekotoranmu telah berakhir, Maka engkau, tuan, layak menerima persembahan!’”
- “Disembah oleh manusia dan para dewa, Ia telah bangkit, yang melampaui kematian. Ia tidak dikotori oleh kondisi-kondisi, Bagaikan bunga teratai yang tidak dikotori oleh air.
- Mengetahui seribu dunia dalam satu jam, Termasuk alam Brahmā; Setelah menguasai kekuatan batin, Dan pengetahuan Kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk pada waktunya: Bhikkhu itu menemui para dewa.”
- “Sāriputta, bhikkhu yang telah menyeberang, Menjadi yang tertinggi Karena kebijaksanaan, Moralitas, dan kedamaiannya.
- Tetapi dalam sekejap aku dapat menciptakan tiruan Dari sepuluh juta kali 100.000 orang! Aku terampil dalam hal transformasi; Aku adalah ahli kekuatan batin.
- Anggota suku Moggallāna, Yang mencapai kesempurnaan dan kemahiran Dalam samādhi dan pengetahuan, Bijaksana dalam ajaran-ajaran dari yang tidak melekat, Dengan indria-indria tenang, telah menghancurkan ikatannya, Bagaikan gajah menghancurkan tali yang terbuat dari tanaman rambat.
- Aku telah melayani Sang Guru Dan memenuhi ajaran Sang Buddha. Beban berat telah diturunkan, Aku telah melepaskan kemelekatan Untuk terlahir kembali ke dalam kehidupan apapun juga.
- Aku telah mencapai tujuan Yang karenanya aku meninggalkan keduniawian Dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah – Akhir dari segala belenggu.
- “’Neraka apakah itu, Di mana Dussī direbus, Setelah menyerang siswa Vidhura Bersama dengan brahmana Kakusandha?’
- ‘Terdapat 100 pancang besi, Yang masing-masingnya menyebabkan kesakitan: Itu adalah jenis neraka Di mana Dussī direbus, Setelah menyerang siswa Vidhura Bersama dengan brahmana Kakusandha?’
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang mengetahui hal ini dari pengalamannya sendiri, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Istana yang bertahan selama satu kappa Berdiri di tengah danau; Berwarna lapis lazuli, Cemerlang, berkilau, dan bersinar; Banyak bidadari berwarna-warni Menari di sana.
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang mengetahui hal ini dari pengalamannya sendiri, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Seorang yang, didorong oleh Sang Buddha, Dengan dilihat oleh para Saṅgha monastik, Mengguncang istana Ibunya Migāra Dengan jari kakinya yang besar:
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang mengetahui hal ini dari pengalamannya sendiri, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Seorang yang mengguncang istana Vejayanta Dengan jari kakinya yang besar, Dengan mengandalkan kekuatan batinnya, Menginspirasi kekaguman di antara para dewa:
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang mengetahui hal ini dari pengalamannya sendiri, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Seorang yang bertanya kepada Sakka di istana Vejayanta: “Sahabat, tahukah engkau kebebasan Yang muncul dari berakhirnya ketagihan?” Dan kepadanya, ketika ditanya dengan pertanyaan ini, Sakka menjawab dengan jujur:
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang mengetahui hal ini dari pengalamannya sendiri, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Seorang yang bertanya kepada Brahmā Di Aula Sudhamma di depan kumpulan: “Sahabat, apakah engkau masih memiliki pandangan yang sama Seperti yang engkau miliki di masa lalu? Atau apakah engkau melihat cahaya Dari alam Brahmā memudar?”
- ‘Dan kepadanya, ketika ditanya dengan pertanyaan ini, Brahmā menjawab dengan jujur: “Sahabat, aku tidak memiliki pandangan itu Yang kumiliki di masa lalu.
- “Aku melihat cahaya Alam Brahmā memudar. Oleh karena itu bagaimana mungkin sekarang aku mengatakan Bahwa aku kekal dan abadi?”
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang mengetahui hal ini dari pengalamannya sendiri, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Seorang yang melalui kebebasan telah menyentuh Puncak Gunung Neru yang perkasa, Hutan-hutan Pubbavideha, Dan orang-orang yang menetap di sana:
- ‘Yang Gelap, jika engkau menyerang Seorang bhikkhu yang secara langsug mengetahui hal ini, Seorang siswa Sang Buddha, Maka engkau akan jatuh ke dalam penderitaan.
- ‘Walaupun api tidak berpikir “Aku akan membakar si dungu itu” Tetapi tetap saja si dungu yang datang terlalu dekat Dengan api akan terbakar.
- ‘Dengan cara yang sama Māra, Setelah menyerang Sang Tathāgata, Engkau akan membakar dirimu sendiri, Bagaikan si dungu yang menyentuh api.
- ‘Setelah menyerang Sang Tathāgata, Māra menghasilkan keburukan. Yang jahat, apakah engkau berpikir: ‘Kejahatanku tidak akan berbuah?”
- ‘Sejak lama engkau telah menimbun Kejahatan yang engkau lakukan. Menjauhlah dari Sang Buddha, Māra! Berhentilah berharap untuk memperdaya para bhikkhu.’
- Itulah adalah bagaimana, di hutan Bhesekaḷā Bhikkhu itu menegur Māra. Makhluk itu, dengan putus asa Lenyap dari sana!”