easter-japanese

“Para bhikkhu, ada sembilan pelenyapan bertahap ini.1 Apakah sembilan ini? (1) Bagi seorang yang telah mencapai jhāna pertama, persepsi indriawi telah lenyap. (2) Bagi seorang yang telah mencapai jhāna ke dua, pemikiran dan pemeriksaan telah lenyap. (3) Bagi seorang yang telah mencapai jhāna ke tiga, sukacita telah lenyap. (4) Bagi seorang yang telah mencapai jhāna ke empat, napas-masuk dan napas-keluar telah lenyap. (5) Bagi seorang yang telah mencapai landasan ruang tanpa batas, persepsi bentuk telah lenyap.2 (6) Bagi seorang yang telah mencapai landasan kesadaran tanpa batas, persepsi yang berhubungan dengan landasan ruang tanpa batas telah lenyap. (7) Bagi seorang yang telah mencapai landasan kekosongan, persepsi yang berhubungan dengan landasan kesadaran tanpa batas telah lenyap. (8) Bagi seorang yang telah mencapai landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, persepsi yang berhubungan dengan landasan kekosongan telah lenyap. (9) Bagi seorang yang telah mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan, persepsi dan perasaan telah lenyap. Ini, para bhikkhu, adalah kesembilan pelenyapan bertahap itu.” [410]


Catatan Kaki
  1. SN 36:11, IV 217,4-16, membicarakan tentang “pelenyapan aktivitas-aktivitas secara bertahap” (anupubbasaṅkhārānaṃ nirodha) dalam kata-kata yang sangat mirip dengan sutta sekarang ini, kecuali bahwa dikatakan, “bagi seseorang yang telah mencapai jhāna pertama, maka ucapan (vācā) telah lenyap.” Tidak jelas apakah saṅkhārā di sini dimaksudkan dalam makna aktif atau pasif, “aktivitas-aktivitas” atau “fenomena-fenomena terkondisi.” ↩︎

  2. Seluruh tiga edisi menuliskan kata kerja tunggal hoti, walaupun Ee mencatat beberapa naskah yang menuliskan bentuk jamak honti. Subjek rūpasaññā dapat dibaca baik secara tunggal ataupun jamak. ↩︎