easter-japanese

“Para bhikkhu, ada sembilan cara ini untuk melenyapkan kekesalan. Apakah sembilan ini? (1) [Dengan berpikir:] ‘Ia telah bertindak demi bahaya bagiku, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’1 seseorang melenyapkan kekesalan. (2) [Dengan berpikir:] ‘Ia sedang bertindak demi bahaya bagiku, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. (3) [Dengan berpikir:] ‘Ia akan bertindak demi bahaya bagiku, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. (4) [Dengan berpikir:] ‘Ia telah bertindak demi bahaya bagi orang yang kusayangi dan kusukai, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. (5) [Dengan berpikir:] ‘Ia sedang bertindak demi bahaya bagi orang yang kusayangi dan kusukai, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. [409] (6) [Dengan berpikir:] ‘Ia akan bertindak demi bahaya bagi orang yang kusayangi dan kusukai, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. (7) [Dengan berpikir:] ‘Ia telah bertindak demi keuntungan bagi orang yang tidak kusayangi dan tidak kusukai, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. (8) [Dengan berpikir:] ‘Ia sedang bertindak demi keuntungan bagi orang yang tidak kusayangi dan tidak kusukai, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. (9) [Dengan berpikir:] ‘Ia akan bertindak demi keuntungan bagi orang yang tidak kusayangi dan tidak kusukai, tetapi apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal ini?’ seseorang melenyapkan kekesalan. Ini, para bhikkhu, adalah kesembilan cara itu untuk melenyapkan kekesalan.”


Catatan Kaki
  1. Taṃ kut’ettha labbhā. Terjemahan saya atas idiom ini tidak dimaksudkan secara literal. Intinya adalah bahwa seseorang tidak memiliki pilihan selain menyerah pada situasi itu. Mp: “‘Apakah yang dapat dilakukan sehubungan dengan orang itu sehingga tidak akan terjadi perilaku membahayakan demikian? Dengan cara bagaimanakah hal ini mungkin diperoleh?’ Setelah merefleksikan: ‘Seseorang membahayakan orang lain karena watak pikirannya,’ maka ia melenyapkan kekesalan.” ↩︎