easter-japanese

Perumah tangga Anāthapiṇḍika mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya:

“Perumah tangga, ketika seorang siswa mulia telah melenyapkan lima bahaya dan permusuhan dan memiliki empat faktor memasuki-arus, maka ia dapat, jika ia menghendaki, menyatakan tentang dirinya: ‘Aku adalah seorang yang telah selesai dengan neraka, alam binatang, dan alam hantu menderita; telah selesai dengan alam sengsara, alam tujuan kelahiran yang buruk, alam rendah; aku adalah seorang pemasuk-arus, tidak lagi tunduk pada [kelahiran kembali] di alam rendah, pasti dalam tujuan, mengarah menuju pencerahan.’1 [406]

“Apakah lima bahaya dan permusuhan yang telah dilenyapkan itu? (1) Perumah tangga, seorang yang membunuh, dengan pembunuhan sebagai kondisi, menciptakan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan ini dan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan mendatang2 dan ia juga mengalami kesakitan pikiran dan kesedihan. Seorang yang menghindari pembunuhan tidak menciptakan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan ini dan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan mendatang dan juga ia tidak mengalami kesakitan pikiran dan kesedihan. Bagi seorang yang menghindari pembunuhan, bahaya dan permusuhan itu telah dilenyapkan.

(2) “Seorang yang mengambil apa yang tidak diberikan … (3) Seorang yang melakukan hubungan seksual yang salah … (4) Seorang yang berbohong … (5) Seorang yang meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan, dengan meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan sebagai kondisi, menciptakan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan ini dan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan mendatang dan ia juga mengalami kesakitan pikiran dan kesedihan. Seorang yang menghindari minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan, tidak menciptakan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan ini dan bahaya dan permusuhan yang berhubungan dengan kehidupan mendatang dan juga ia tidak mengalami kesakitan pikiran dan kesedihan. Bagi seorang yang menghindari minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan, bahaya dan permusuhan itu telah dilenyapkan.

“Ini adalah kelima bahaya dan permusuhan itu yang telah dilenyapkan.

“Dan apakah empat faktor memasuki-arus yang ia miliki? (6) Di sini, perumah tangga, seorang siswa mulia memiliki keyakinan tak tergoyahkan pada Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ (7) Ia memiliki keyakinan tak tergoyahkan pada Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā, terlihat langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.’ (8) Ia memiliki keyakinan tak tergoyahkan pada Saṅgha sebagai berikut: ‘Saṅgha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, [407] mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang selayaknya; yaitu empat pasang makhluk, delapan jenis individu - Saṅgha para siswa Sang Bhagavā ini layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.’ (9) Ia memiliki perilaku bermoral yang disukai oleh para mulia, yang tidak rusak, tidak cacat, tanpa noda, tanpa bercak, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak digenggam, mengarah pada konsentrasi. Ini adalah empat faktor memasuki-arus yang ia miliki.

“Perumah tangga, ketika seorang siswa mulia telah melenyapkan kelima bahaya dan permusuhan ini dan memiliki keempat faktor memasuki-arus ini, maka ia dapat, jika ia menghendaki, menyatakan tentang dirinya: ‘Aku adalah seorang yang telah selesai dengan neraka, alam binatang, dan alam hantu menderita; telah selesai dengan alam sengsara, alam tujuan kelahiran yang buruk, alam rendah; aku adalah seorang pemasuk-arus, tidak lagi tunduk pada [kelahiran kembali] di alam rendah, pasti dalam tujuan, mengarah menuju pencerahan.’”


Catatan Kaki
  1. Juga terdapat pada 5:179↩︎

  2. Tentang bhayaṃ veraṃ pasavati, Mp mengatakan bahwa seseorang mendapatkan bahaya ketakutan pikiran (cittutrāsabhayaṃ; ini membantu memahami bhaya sebagai ketakutan subjektif daripada bahaya objektif, walaupun saya pikir yang dimaksudkan adalah bahaya objektif) dan permusuhan sebagai satu individu (puggalaveraṃ). Spk II 73,17-33, yang mengomentari SN 12:41, memberikan penjelasan lengkap: “Bahaya dan permusuhan adalah bermakna sama. Permusuhan ada dua, eksternal dan internal. Karena jika seseorang telah membunuh ayah orang lain, orang lain itu akan berpikir: ‘Mereka mengatakan bahwa ia membunuh ayahku; aku akan membunuhnya.’ Maka ia mengambil pisau tajam dan memburu si pembunuh. Kehendak yang muncul padanya disebut permusuhan eksternal [sehubungan dengan korban masa depan]. Tetapi yang lainnya mendengar, ‘Ia datang untuk membunuhku’ dan memutuskan: ‘Aku akan membunuhnya terlebih dulu.’ Ini disebut permusuhan internal [sehubungan dengan dirinya sendiri]. Keduanya berhubungan dengan kehidupan sekarang. Ketika penjaga neraka melihat si pembunuh terlahir kembali di neraka, kehendak muncul padanya: ‘Aku akan mengambil palu besi menyala dan memukulnya’: ini adalah permusuhan eksternal yang berhubungan dengan kehidupan mendatang. Dan kehendak yang muncul pada si korban, ‘Ia datang untuk memukulku walaupun aku tidak bersalah; aku akan memukulnya terlebih dulu,’ adalah permusuhan internal yang berhubungan dengan kehidupan mendatang. Permusuhan eksternal adalah apa yang disebut sebagai ‘permusuhan sebagai insividu dalam komentar [kuno].” ↩︎