easter-japanese

“Para bhikkhu, ketika seorang umat awam memiliki delapan kualitas, Saṅgha, jika menghendaki, boleh membalikkan mangkuk makanan terhadapnya.1 Apakah delapan ini? [345] (1) Ia berusaha menghalangi para bhikkhu memperoleh keuntungan; (2) ia berusaha membahayakan para bhikkhu; (3) ia berusaha mencegah para bhikkhu menetap [di tempat tertentu]; (4) ia menghina dan mencaci para bhikkhu; (5) ia memecah-belah para bhikkhu satu sama lain; (6) ia mencela Sang Buddha; (7) ia mencela Dhamma; (8) ia mencela Saṅgha. Ketika seorang umat awam memiliki kedelapan kualitas ini, Saṅgha, jika menghendaki, boleh membalikkan mangkuk makanan terhadapnya.

“Para bhikkhu, ketika seorang umat awam memiliki delapan kualitas, Saṅgha, jika menghendaki, boleh menegakkan mangkuk makanan terhadapnya. Apakah delapan ini? (1) Ia tidak berusaha menghalangi para bhikkhu memperoleh keuntungan; (2) ia tidak berusaha membahayakan para bhikkhu; (3) ia tidak berusaha mencegah para bhikkhu menetap [di tempat tertentu]; (4) ia tidak menghina dan tidak mencaci para bhikkhu; (5) ia tidak memecah-belah para bhikkhu satu sama lain; (6) ia memuji Sang Buddha; (7) ia memuji Dhamma; (8) ia memuji Saṅgha. Ketika seorang umat awam memiliki kedelapan kualitas ini, Saṅgha, jika menghendaki, boleh menegakkan mangkuk makanan terhadapnya.”


Catatan Kaki
  1. Pattaṃ nikkujjeyya. Prosedur membalikkan mangkuk makan dan menegakkannya ditetapkan pada Vin II 124-27. Baca Thānissaro 2007b: 411-12. Mp: “Boleh membalikkan mangkuk makanan terhadapnya: Mereka tidak benar-benar membalikkan mangkuk makanan dalam posisi terbalik di hadapannya, melainkan mereka melakukan isyarat ‘membalikkan mangkuk makanan,’ yang berarti mereka tidak menerima pemberian dari orang itu. Dengan cara serupa, mereka boleh memutuskan untuk mencabut tindakan ini dengan isyarat menegakkan mangkuk (ukkujjeya), yang berarti mereka menerima pemberiannya lagi.” Prosedur ini digunakan di Burma selama periode huru-hara pada tahun 2007 ketika para bhikkhu memutuskan bahwa perilaku junta militer terhadap Saṅgha menuntut hukuman itu. Para bhikkhu berjalan di sepanjang jalan dengan mangkuk mereka benar-benar dibalikkan untuk mengungkapkan penolakan mereka atas tindakan penguasa. ↩︎