easter-japanese

“Para bhikkhu, ada delapan noda ini. Apakah delapan ini? (1) Tidak melafalkan adalah noda bagi himne-himne. (2) Noda bagi perumahan adalah tidak ada pemeliharaan.1 (3) Noda bagi kecantikan adalah kemalasan. (4) Kelengahan adalah noda bagi seorang penjaga. (5) Noda bagi seorang perempuan adalah perbuatan buruk. (6) Kekikiran adalah noda bagi seorang penyumbang. (7) Kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat adalah noda-noda di dunia ini dan dunia berikutnya. (8) Noda yang lebih berat dari ini adalah ketidak-tahuan, noda yang paling buruk. Ini, para bhikkhu, adalah kedelapan noda itu.”

Tidak-melafalkan adalah noda bagi himne-himne;2 noda bagi perumahan adalah tidak ada pemeliharaan; noda bagi kecantikan adalah kemalasan, kelengahan adalah noda bagi seorang penjaga.

Noda bagi seorang perempuan adalah perbuatan buruk, kekikiran adalah noda bagi seorang penyumbang; kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat adalah noda-noda di dunia ini dan dunia berikutnya. Noda yang lebih berat daripada noda-noda ini adalah ketidak-tahuan, noda terburuk. [196]


Catatan Kaki
  1. Anuṭṭhānamalā gharā. Lit., “Perumahan memiliki ketiadaan inisiatif sebagai nodanya.” Mp: “Noda perumahan adalah ketiadaan inisiatif, ketiadaan kegigihan.” Mp-ṭ: “Ini dikatakan karena sebuah rumah akan hancur jika seseorang tidak terus-menerus berinisiatif untuk memperbaiki apa yang sudah usang, dan seterusnya.” ↩︎

  2. Syair ini terdapat pada Dhp 241-43ab. Dhp 243cd menambahkan: “Setelah meninggalkan noda-noda ini, jadilah tanpa noda, O para bhikkhu” (etaṃ malaṃ pahatvāna nimmalā hotha bhikkhavo). ↩︎