A iv 191
Anak Kuda Liar
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang delapan jenis anak kuda liar dan delapan cacat seekor kuda, dan Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang delapan jenis orang yang serupa dengan anak kuda liar dan delapan cacat seseorang. Dengarkan dan perhatikanlah, Aku akan berbicara.”
“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Dan apakah, para bhikkhu, delapan jenis anak kuda liar dan delapan cacat seekor kuda?
(1) “Di sini, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia mundur [191]
dan memutar kereta ke sekeliling di belakangnya.1 Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat pertama seekor kuda.
(2) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melompat mundur dan [karenanya] merusak palang dan mematahkan tongkat tiga.2 Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke dua seekor kuda.
(3) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melonggarkan pahanya dari tiang kereta dan menabrak tiang kereta.3 Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke tiga seekor kuda.
(4) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia mengambil jalan yang salah dan menarik kereta itu keluar dari jalurnya. Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke empat seekor kuda.
(5) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melompat dengan bagian depan tubuhnya dan mengais udara dengan kaki-kaki depannya. Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke lima seekor kuda.
(6) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia tidak mematuhi pelatihnya atau tongkat kendali4 melainkan menghancurkan kekang mulutnya dengan giginya [192]
dan pergi ke manapun yang ia suka. Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke enam seekor kuda.
(7) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia tidak berjalan maju atau berbalik melainkan berdiri diam bagaikan sebuah tiang. Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke tujuh seekor kuda.
(8) “Kemudian, ketika seekor anak kuda liar disuruh: ‘Maju!’ dan dengan dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melipat kaki depan dan kaki belakangnya dan duduk di sana di atas keempat kakinya. Ada jenis anak kuda liar demikian di sini. Ini adalah cacat ke delapan seekor kuda.
“Ini adalah kedelapan jenis anak kuda liar itu dan kedelapan cacat seekor kuda itu.
“Dan apakah, para bhikkhu, delapan jenis orang yang serupa dengan anak kuda liar dan delapan cacat seseorang?
(1) “Di sini, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia berdalih dengan alasan tidak ingat, dengan mengatakan: ‘Aku tidak ingat [telah melakukan pelanggaran demikian].’ Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia mundur dan memutar kereta ke sekeliling di belakangnya. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat pertama seseorang.
(2) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, [193]
ia balik memarahi si pengecam: ‘Hak apa yang engkau, seorang dungu yang tidak kompeten, miliki untuk berbicara? Apakah engkau benar-benar berpikir bahwa engkau boleh mengatakan sesuatu?’ Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melompat mundur dan [karenanya] merusak palang dan mematahkan tongkat tiga. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke dua seseorang.
(3) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia membalikkan pelanggaran itu pada si pengecam, dengan mengatakan: ‘Engkau telah melakukan pelanggaran itu. Perbaikilah itu terlebih dulu.’ Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melonggarkan pahanya dari tiang kereta dan menabrak tiang kereta. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke tiga seseorang.
(4) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia menjawab dengan cara mengelak, mengalihkan pembicaraan pada topik yang tidak berhubungan, dan memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan kekesalan. Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia mengambil jalan yang salah dan menarik kereta itu keluar dari jalurnya. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke empat seseorang.
(5) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia berbicara sambil melambai-lambaikan tangannya di tengah-tengah Saṅgha. Aku katakan orang ini serupa dengan [194]
anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melompat dengan bagian depan tubuhnya dan mengais udara dengan kaki-kaki depannya. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke lima seseorang.
(6) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia tidak mematuhi Saṅgha atau pengecamnya melainkan pergi ke manapun yang ia suka sambil masih membawa pelanggarannya. Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia tidak mematuhi pelatihnya atau tongkat kendali melainkan menghancurkan kekang mulutnya dengan giginya dan pergi ke manapun yang ia suka. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke enam seseorang.
(7) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia tidak mengatakan, ‘aku melakukan pelanggaran,’ ia juga tidak mengatakan, ‘aku tidak melakukan pelanggaran,’ melainkan ia menjengkelkan Saṅgha dengan berdiam diri. Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia tidak berjalan maju atau berbalik melainkan berdiri diam bagaikan sebuah tiang. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke tujuh seseorang.
(8) “Kemudian, ketika para bhikkhu mengecam seorang bhikkhu atas suatu pelanggaran, ia mengatakan: [195]
‘Mengapa engkau begitu cerewet tentang aku? Sekarang aku akan menolak latihan dan kembali kepada kehidupan rendah.’ Kemudian ia menolak latihan, kembali kepada kehidupan rendah, dan mengatakan: ‘Sekarang kalian boleh puas!’ Aku katakan orang ini serupa dengan anak kuda liar yang, ketika disuruh: ‘Maju!’ dan ketika dipacu dan didorong oleh pelatihnya, ia melipat kaki depan dan kaki belakangnya dan duduk di sana di atas keempat kakinya. Ada jenis orang demikian di sini yang serupa dengan seekor anak kuda liar. Ini adalah cacat ke delapan seseorang.
“Ini, para bhikkhu, adalah kedelapan jenis orang itu yang serupa dengan anak kuda liar dan kedelapan cacat seseorang itu.”
Piṭṭhito rathaṃ pavatteti. Mp: “Mendorong kuk ke atas dengan bahunya, ia mundur, memutar kereta ke sekeliling dengan sisi belakangnya.” ↩︎
Pacchā laṅghati, kubbaraṃ hanati, tidaṇḍaṃ bhañjati. Mp: “Ia menendang dengan kedua kaki belakangnya, menghantam palang kereta, dan merusak palang. Ia mematahkan tongkat tiga, ketiga tongkat di depan kereta.” ↩︎
Rathīsāya satthiṃ ussajjitvā rathīsaṃyeva ajjhomaddati. Mp: “Setelah menurunkan kepalanya, ia menjatuhkan kuk ke tanah dan memukul tiang kereta dengan pahanya dan mematahkan tiang kereta dengan kedua kaki depannya.” ↩︎
Saya mengikuti Ce dan Ee, yang di sini dan di bawah membaca patodaṃ, bukan seperti Be patodalaṭṭhi, “tongkat kendali dan cambuk.” ↩︎