easter-japanese

Lima Puluh Ke Dua

I. Tidak Dinyatakan

Seorang bhikkhu mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, [68] duduk di satu sisi, dan berkata: “Bhante, mengapakah keragu-raguan itu tidak muncul pada siswa mulia yang terpelajar sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan?”1

“Dengan lenyapnya pandangan-pandangan, bhikkhu, keragu-raguan tidak muncul pada siswa mulia yang terpelajar sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan.

(1) “‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’: ini melibatkan pandangan; ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’: ini melibatkan pandangan; ‘Sang Tathāgata ada dan juga tidak ada setelah kematian’: ini melibatkan pandangan; ‘Sang Tathāgata bukan ada dan juga bukan tidak ada setelah kematian’: ini melibatkan pandangan.

“Bhikkhu, kaum duniawi yang tidak terpelajar tidak memahami pandangan-pandangan, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. Baginya, pandangan itu meningkat. Ia tidak terbebas dari kelahiran, dari usia tua dan kematian, dari dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan; ia tidak terbebas dari penderitaan, Aku katakan.

“Tetapi, siswa mulia yang terpelajar memahami pandangan-pandangan, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. Baginya, pandangan itu berkurang. Ia terbebas dari kelahiran, dari usia tua dan kematian, dari dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan; ia terbebas dari penderitaan, Aku katakan.

“Mengetahui demikian, melihat demikian, siswa mulia yang terpelajar tidak menyatakan: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’; atau: ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’; atau: ‘Sang Tathāgata ada dan juga tidak ada setelah kematian’; atau: ‘Sang Tathāgata bukan ada dan juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Mengetahui demikian, melihat demikian, siswa mulia yang terpelajar tidak membuat pernyataan sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan.

“Mengetahui demikian, bhikkhu, melihat demikian, siswa mulia yang terpelajar tidak gemetar, tidak goyah,2 tidak bimbang, dan tidak takut sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan.

(2) “‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’: ini melibatkan ketagihan … (3) … ini [69] melibatkan persepsi … (4) … suatu anggapan … (5) … proliferasi … (6) melibatkan kemelekatan … (7) … [landasan bagi] penyesalan; ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’: ini adalah [landasan bagi] penyesalan; ‘Sang Tathāgata ada dan juga tidak ada setelah kematian’: ini adalah [landasan bagi] penyesalan; atau ‘Sang Tathāgata bukan ada dan juga bukan tidak ada setelah kematian’: ini adalah [landasan bagi] penyesalan.

“Bhikkhu, kaum duniawi yang tidak terpelajar tidak memahami penyesalan, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. Baginya, penyesalan itu meningkat. Ia tidak terbebas dari kelahiran, dari usia tua dan kematian, dari dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan; ia tidak terbebas dari penderitaan, Aku katakan.

“Tetapi, siswa mulia yang terpelajar memahami penyesalan, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. Baginya, penyesalan itu berkurang. Ia terbebas dari kelahiran, dari usia tua dan kematian, dari dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan; ia terbebas dari penderitaan, Aku katakan.

“Mengetahui demikian, melihat demikian, siswa mulia yang terpelajar tidak menyatakan: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’; atau: ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’; atau: ‘Sang Tathāgata ada dan juga tidak ada setelah kematian’; atau: ‘Sang Tathāgata bukan ada dan juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Mengetahui demikian, melihat demikian, siswa mulia yang terpelajar tidak membuat pernyataan sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan.

“Mengetahui demikian, melihat demikian, siswa mulia yang terpelajar tidak gemetar, tidak goyah, tidak bimbang, dan tidak takut sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan. [70]

“Bhikkhu, ini adalah mengapa keragu-raguan tidak muncul pada siswa mulia yang terpelajar sehubungan dengan hal-hal yang tidak dinyatakan.”


Catatan Kaki
  1. Hal-hal yang tidak dinyatakan (abyākatavatthūni) adalah sepuluh persoalan yang tidak dinyatakan oleh Sang Buddha: apakah dunia adalah kekal atau tidak kekal, apakah dunia adalah terbatas atau tidak terbatas, apakah prinsip-kehidupan sama dengan jasmani atau berbeda, dan empat alternatif sehubungan dengan status Sang Tathāgata setelah kematian. ↩︎

  2. Na chambati, na kampati, na vedhati, na santāsaṃ āpajjati abyākatavatthūsu. Ce juga menuliskan na calati, yang tidak terdapat pada Be atau Ee. ↩︎