easter-japanese

(103) – (190) “… Di sini seseorang berdiam dengan merenungkan ketidakkekalan dalam telinga … hidung … lidah … badan … pikiran … dalam bentuk-bentuk … suara-suara … bau-bauan … rasa-rasa kecapan … [147] objek-objek sentuhan … fenomena-fenomena pikiran …

(191) – (238) “… dalam kesadaran-mata … kesadaran-telinga … kesadaran-hidung … kesadaran-lidah … kesadaran-badan … kesadaran-pikiran …

(239) – (286) “… dalam kontak-mata … kontak-telinga … kontak-hidung … kontak-lidah … kontak-badan … kontak-pikiran …

(287) – (334) “… dalam perasaan yang muncul dari kontak-mata … perasaan yang muncul dari kontak-telinga … perasaan yang muncul dari kontak-hidung … perasaan yang muncul dari kontak-lidah … perasaan yang muncul dari kontak-badan … perasaan yang muncul dari kontak-pikiran …

(335) – (382) “ … dalam persepsi bentuk-bentuk … persepsi suara-suara … persepsi bau-bauan … persepsi rasa-rasa kecapan … persepsi objek-objek sentuhan … persepsi fenomena-fenomena pikiran …

(383) – (430) “… dalam kehendak sehubungan dengan bentuk-bentuk … kehendak sehubungan dengan suara-suara … kehendak sehubungan dengan bau-bauan … kehendak sehubungan dengan rasa-rasa kecapan … kehendak sehubungan dengan objek-objek sentuhan … kehendak sehubungan dengan fenomena-fenomena pikiran …

(431) – (478) “… dalam ketagihan pada bentuk-bentuk … ketagihan pada suara-suara … ketagihan pada bau-bauan … ketagihan pada rasa-rasa kecapan … ketagihan pada objek-objek sentuhan … ketagihan pada fenomena-fenomena pikiran …

(479) – (526) “… dalam pemikiran tentang bentuk-bentuk … pemikiran tentang suara-suara … pemikiran tentang bau-bauan … pemikiran tentang rasa-rasa kecapan … pemikiran tentang objek-objek sentuhan … pemikiran tentang fenomena-fenomena pikiran …

(527) – (574) “… dalam pemeriksaan pada bentuk-bentuk … pemeriksaan pada suara-suara … pemeriksaan pada bau-bauan … pemeriksaan pada rasa-rasa kecapan … pemeriksaan pada objek-objek sentuhan … pemeriksaan pada fenomena-fenomena pikiran …

(575) – (614) “… Di sini seseorang berdiam dengan merenungkan ketidak-kekalan dalam kelompok bentuk … kelompok perasaan … kelompok persepsi … kelompok bentukan kehendak … kelompok kesadaran … berdiam dengan merenungkan penderitaan … berdiam dengan merenungkan ketiadaan-diri … berdiam dengan merenungkan lenyapnya … berdiam dengan merenungkan meluruhnya … berdiam dengan merenungkan berhentinya … berdiam dengan merenungkan pelepasan …” [148]