easter-japanese

“Para bhikkhu, dengan memiliki enam kualitas, seorang bhikkhu tidak mampu merealisasikan kesejukan yang tidak terlampaui. Apakah enam ini? (1) Di sini, seorang bhikkhu tidak menekan pikirannya pada saat seharusnya ditekan; (2) ia tidak mengerahkan pikirannya pada saat seharusnya dikerahkan; (3) ia tidak mendorong pikirannya pada saat seharusnya didorong; dan (4) ia tidak melihat pikirannya dengan keseimbangan pada saat seharusnya dilihat dengan keseimbangan. (5) Ia berwatak rendah dan (6) ia bersenang dalam eksistensi diri. Dengan memiliki keenam kualitas ini, seorang bhikkhu tidak mampu merealisasikan kesejukan yang tidak terlampaui.1

“Para bhikkhu, dengan memiliki enam kualitas, seorang bhikkhu mampu merealisasikan kesejukan yang tidak terlampaui. Apakah enam ini? (1) Di sini, seorang bhikkhu menekan pikirannya pada saat seharusnya ditekan; (2) ia mengerahkan pikirannya pada saat seharusnya dikerahkan; (3) ia mendorong pikirannya pada saat seharusnya didorong; dan (4) ia melihat pikirannya dengan keseimbangan pada saat seharusnya dilihat dengan keseimbangan. (5) Ia berwatak mulia dan (6) ia bersenang dalam nibbāna. Dengan memiliki keenam kualitas ini, seorang bhikkhu mampu merealisasikan kesejukan yang tidak terlampaui.”


Catatan Kaki
  1. Mp: “Pikiran harus ditekan (niggahetabbaṃ) oleh konsentrasi pada saat muncul kegelisahan; harus dikerahkan oleh kegigihan pada saat jatuh ke dalam kelambanan; harus didorong (paggahetabbaṃ) dengan konsentrasi pada saat kelesuan; dan harus dilihat (ajjhupekkhitabbaṃ) dengan faktor pencerahan keseimbangan ketika berlangsung secara seimbang.” Aspek-aspek pengembangan pikiran ini dibahas secara terperinci pada Vism 130-35, Ppn 4.51-64. ↩︎