easter-japanese

“Para bhikkhu, ada enam kekuatan seorang Tathāgata ini yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau menempati posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singa dalam kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.1 Apakah enam ini?

(1) “Di sini, para bhikkhu, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya yang mungkin sebagai mungkin dan yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin.2 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya yang mungkin sebagai mungkin dan yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin, ini adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau menempati posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singa dalam kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.

(2) “Kemudian, Tathāgata memahami sebagaimana adanya akibat dari pelaksanaan kamma masa lalu, masa depan, dan masa sekarang dalam hal kemungkinan-kemungkinan dan penyebab-penyebab.3 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya akibat dari pelaksanaan kamma … ini juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(3) “Kemudian, Tathāgata [418] memahami sebagaimana adanya kekotoran, pembersihan, dan keluar dari sehubungan dengan jhāna-jhāna, pembebasan-pembebasan, konsentrasi-konsentrasi, dan pencapaian-pencapaian meditatif.4 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana kekotoran, pembersihan, dan keluar dari sehubungan dengan jhāna-jhāna … ini juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(4) “Kemudian, Sang Tathāgata mengingat banyak kehidupan lampauNya, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran … [seperti pada 6:2 §4] … Demikianlah Beliau mengingat banyak kehidupan lampauNya dengan aspek dan ciri-cirinya. Karena Sang Tathāgata mengingat banyak kehidupan lampauNya … dengan aspek dan ciri-cirinya, ini juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(5) “Kemudian, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Sang Tathāgata melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali … [seperti pada 6:2 §5] … dan Beliau memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai dengan kamma mereka. Karena Sang Tathāgata … memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai dengan kamma mereka, ini juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(6) “Kemudian, dengan hancurnya noda-noda, Sang Tathāgata telah merealisasikan untuk diriNya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, Beliau berdiam di dalamnya. Karena Sang Tathāgata telah merealisasikan untuk diriNya sendiri … kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan … ini juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma. [419]

“Ini adalah ada enam kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau menempati posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singa dalam kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.

(1) “Jika, para bhikkhu, orang lain mendatangi Sang Tathāgata dan menanyaiNya sehubungan dengan pengetahuanNya sebagaimana adanya atas apa yang mungkin sebagai mungkin dan apa yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin, maka Sang Tathāgata, yang ditanyai dengan cara ini, akan menjawab mereka persis sesuai dengan pengetahuan ini yang Beliau pahami.

(2) “Jika orang lain mendatangi Sang Tathāgata dan menanyaiNya sehubungan dengan pengetahuanNya sebagaimana adanya atas akibat dari pelaksanaan kamma masa lalu, masa depan, dan masa sekarang dalam hal kemungkinan-kemungkinan dan penyebab-penyebab, maka Sang Tathāgata, yang ditanyai dengan cara ini, akan menjawab mereka persis sesuai dengan pengetahuan ini yang Beliau pahami.

(3) “Jika orang lain mendatangi Sang Tathāgata dan menanyaiNya sehubungan dengan pengetahuanNya sebagaimana adanya atas kekotoran, pembersihan, dan keluar dari sehubungan dengan jhāna-jhāna, pembebasan-pembebasan, konsentrasi-konsentrasi, dan pencapaian-pencapaian meditatif, maka Sang Tathāgata, yang ditanyai dengan cara ini, akan menjawab mereka persis sesuai dengan pengetahuan ini yang Beliau pahami.

(4) “Jika orang lain mendatangi Sang Tathāgata dan menanyaiNya sehubungan dengan pengetahuanNya sebagaimana adanya atas ingatan pada kehidupan masa lampau, maka [420] maka Sang Tathāgata, yang ditanyai dengan cara ini, akan menjawab mereka persis sesuai dengan pengetahuan ini yang Beliau pahami.5

(5) “Jika orang lain mendatangi Sang Tathāgata dan menanyaiNya sehubungan dengan pengetahuanNya sebagaimana adanya atas kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk, maka Sang Tathāgata, yang ditanyai dengan cara ini, akan menjawab mereka persis sesuai dengan pengetahuan ini yang Beliau pahami.

(6) “Jika orang lain mendatangi Sang Tathāgata dan menanyaiNya sehubungan dengan pengetahuanNya sebagaimana adanya atas kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, maka Sang Tathāgata, yang ditanyai dengan cara ini, akan menjawab mereka persis sesuai dengan pengetahuan ini yang Beliau pahami.

(1) “Aku katakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan sebagaimana adanya atas apa yang mungkin sebagai mungkin dan apa yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak memiliki konsentrasi.

(2) “Aku katakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan sebagaimana adanya atas akibat dari pelaksanaan kamma masa lalu, masa depan, dan masa sekarang dalam hal kemungkinan-kemungkinan dan penyebab-penyebab adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak memiliki konsentrasi.

(3) “Aku katakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan sebagaimana adanya atas kekotoran, pembersihan, dan keluar dari sehubungan dengan jhāna-jhāna, pembebasan-pembebasan, konsentrasi-konsentrasi, dan pencapaian-pencapaian meditatif adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak memiliki konsentrasi.

(4) “Aku katakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan sebagaimana adanya atas ingatan pada kehidupan masa lampau adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak memiliki konsentrasi.

(5) “Aku katakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan sebagaimana adanya atas kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak memiliki konsentrasi.

(6) “Aku katakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan sebagaimana adanya atas kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak memiliki konsentrasi.

“Demikianlah, para bhikkhu, konsentrasi adalah sang jalan; tanpa konsentrasi adalah jalan yang salah.” [421]


Catatan Kaki
  1. Mengherankan bahwa hanya enam kekuatan Tathāgata yang disebutkan di sini. Biasanya, sepuluh kekuatan Tathāgata dicantumkan (diidentifikasikan sebagai ñāṇabalāni, kekuatan-kekuatan pengetahuan). Dalam AN kesepuluh ini terdapat pada 10:21. Juga terdapat pada MN 12.9-20, I 69-71, dan dianalisis pada Vibh 335-44 (Be §§809-31). ↩︎

  2. Beberapa contoh dari apa yang mungkin (ṭhāna) dan apa yang tidak mungkin (aṭṭhāna) terdapat pada 1:268-95; MN 115.12-19, III 64-67; dan Vibh 335-38 (Be §809). ↩︎

  3. Thānaso hetuso. Mp menjelaskan apa yang mungkin (ṭhāna) sebagai kondisi (paccaya). Mengikuti Vibh 338-39 (Be §810), menganggap hal ini sebagai pengetahuan atas kondisi-kondisi bagi kamma untuk menghasilkan akibat sehubungan dengan empat faktor baik yang memperkuat atau pun melemahkan matangnya: alam (gati, tempat kelahiran kembali seseorang), perolehan (upadhi, jasmani dan batin seseorang), waktu (kāla), dan usaha (payoga). Penyebabnya (hetu) adalah kamma itu sendiri. ↩︎

  4. Empat jhāna banyak terdapat dalam Nikāya-nikāya. Delapan pembebasan (vimokkha) terdapat pada 8:66. Tiga jenis konsentrasi (samādhi) terdapat pada 8:63: konsentrasi dengan pemikiran dan pemeriksaan, tanpa pemikiran namun hanya dengan pemeriksaan, dan tanpa pemikiran dan tanpa pemeriksaan. Sembilan pencapaian meditatif (samapatti) adalah sama dengan sembilan keberdiaman bertahap (anupubbavihārā) pada 9:32. Kekotoran (saṃkilesa) adalah kualitas yang mengarah pada kemerosotan; pembersihan (vodāna) adalah kualitas yang mengarah pada keluhuran; dan keluar dari (vuṭṭhāna), menurut Vibh 342-43 (Be §828), adalah pembersihan dan keluarnya itu sendiri. “Pembersihan” di sini berarti bahwa kemahiran dalam jhāna-jhāna yang lebih rendah adalah landasan bagi jhāna berikutnya yang lebih tinggi; “keluarnya itu sendiri” berarti keluar dari jhāna. ↩︎

  5. Ce dan Be menunjukkan, dengan menggunakan titik-titik penghilangan, bahwa tiga bagian terakhir harus diperluas secara lengkap, seperti pada 6:2. Untuk mempermudah pembacaan, saya menyajikan bagian-bagian tanpa penghilangan frasa-frasa umum. ↩︎