easter-japanese

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Nādika di aula bata. Kemudian perumah tangga Dārukammika1 mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Apakah keluargamu memberikan pemberian-pemberian, perumah tangga?”

“Keluargaku memberikan pemberian-pemberian, Bhante. Dan pemberian-pemberian itu diberikan kepada para bhikkhu yang adalah para Arahant atau yang berada pada jalan menuju Kearahattaan, mereka yang adalah para penghuni hutan, para pengumpul dana makanan, dan pemakai jubah potongan kain.”2

“Karena, perumah tangga, engkau adalah seorang umat awam yang menikmati kenikmatan-kenikmatan indria, tinggal di rumah yang penuh dengan anak-anak, menggunakan kayu cendana dari Kāsi, mengenakan kalung bunga, wangi-wangian, dan salep, dan menerima emas dan perak, adalah sulit bagimu untuk mengetahui: ‘Mereka ini adalah para Arahant atau yang berada pada jalan menuju Kearahattaan.’

(1) “Jika, perumah tangga, seorang bhikkhu adalah seorang penghuni hutan gelisah, tinggi hati, pongah, banyak bicara, berbicara tanpa tujuan, berpikiran kacau, tanpa pemahaman jernih, tidak terkonsentrasi, dengan pikiran mengembara, dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang adalah seorang penghuni hutan tidak gelisah, tidak tinggi hati, tidak pongah, tidak banyak bicara dan tidak berbicara tanpa tujuan, melainkan memiliki perhatian yang ditegakkan, memahami dengan jernih, terkonsentrasi, dengan pikiran terpusat, dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.

(2) “Jika seorang bhikkhu yang menetap di pinggiran sebuah desa gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang menetap di pinggiran sebuah desa tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.

(3) “Jika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan tidak gelisah [392] … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.

(4) “Jika seorang bhikkhu yang menerima undangan-undangan makan gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang menerima undangan-undangan makan tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.

(5) “Jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah potongan kain gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah potongan kain tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.

(6) “Jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah yang diberikan oleh para perumah tangga gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah yang diberikan oleh para perumah tangga tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.

“Marilah, perumah tangga, berikanlah pemberian kepada Saṅgha. Ketika engkau memberikan pemberian kepada Saṅgha, maka pikiranmu akan menjadi yakin. Ketika pikiranmu yakin, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, engkau akan terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.”

“Bhante, mulai hari ini dan seterusnya aku akan memberikan pemberian kepada Saṅgha.”3


Catatan Kaki
  1. Namanya berarti “pedagang kayu api.” Mp mengatakan bahwa ia diberi nama itu karena ia mencari penghidupannya dengan menjual kayu api. ↩︎

  2. Ketiga kualitas yang ia sebutkan adalah praktik pertapaan (dhutaṅga). Di bawah hal ini dilawankan dengan praktik monastik bukan pertapaan: menetap di dekat desa, menerima undangan makan dari umat-umat awam untuk makan di rumah-rumah mereka, dan mengenakan jubah yang dipersiapkan oleh para perumah tangga. ↩︎

  3. Mp mengatakan bahwa beberapa waktu kemudian, lima ratus bhikkhu yang mengunjungi keluarga-keluarga kembali kepada kehidupan awam. Ketika ia mendengar hal ini ia berkata, “Apa hubungannya hal itu denganku?” dan keyakinannya tidak goyah. Adalah untuk mengantisipasi hal ini maka Sang Buddha berkata kepadanya: “Ketika engkau memberi pemberian kepada Saṅgha, maka pikiranmu akan menjadi yakin.” Tentang jasa istimewa dari pemberian kepada Saṅgha, baca MN 142.7-8, III 255-56. ↩︎