easter-japanese

“Para bhikkhu, dengan memiliki enam kualitas, seorang bhikkhu adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia. Apakah enam ini? Di sini, melalui pengendalian seorang bhikkhu telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengendalian; melalui penggunaan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penggunaan; melalui kesabaran dalam menahankan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan; melalui penghindaran ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghindaran; melalui penghalauan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghalauan; dan melalui pengembangan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengembangan.1

(1) “Dan apakah, para bhikkhu, noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengendalian yang telah ditinggalkan melalui pengendalian? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu berdiam dengan terkendali pada indria mata. Noda-noda [388] itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seorang yang tidak terkendali pada indria mata tidak muncul pada seorang yang terkendali pada indria mata. Setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu berdiam dengan terkendali pada indria telinga … indria hidung … indria lidah … indria badan … indria pikiran. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seorang yang tidak terkendali pada indria pikiran tidak muncul pada seorang yang terkendali pada indria pikiran. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang berdiam dengan tidak terkendali [pada hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang berdiam dengan terkendali.2 Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengendalian yang telah ditinggalkan melalui pengendalian.

(2) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penggunaan yang telah ditinggalkan melalui penggunaan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu menggunakan jubah hanya untuk mengusir dingin; untuk mengusir panas; untuk mengusir kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari, dan ular-ular; dan hanya untuk menutupi bagian tubuh yang pribadi. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia menggunakan dana makanan bukan untuk kenikmatan juga bukan untuk kemabukan juga bukan untuk keindahan dan kemenarikan fisik, melainkan hanya untuk menyokong dan memelihara tubuh ini, untuk menghindari bahaya, dan untuk membantu kehidupan spiritual, dengan pertimbangan: ‘Dengan demikian aku akan menghentikan perasaan lama dan tidak membangkitkan perasaan baru, dan aku akan sehat dan tanpa cela dan berdiam dengan nyaman.’ Setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu menggunakan tempat tinggal hanya untuk mengusir dingin; untuk mengusir panas; untuk mengusir kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari, dan ular-ular; dan hanya untuk perlindungan dari cuaca ganas dan untuk menikmati keterasingan. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia menggunakan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit hanya untuk mengusir perasaan-perasaan menyakitkan yang telah muncul dan untuk memelihara kesehatan. [389] Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak menggunakan [benda-benda ini] tidak muncul pada seseorang yang menggunakannya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penggunaan yang telah ditinggalkan melalui penggunaan.

(3) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan yang telah ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu dengan sabar menahankan dingin dan panas, lapar dan haus; kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari yang membakar, dan ular-ular; ucapan yang kasar dan menghina; ia menahankan perasaan jasmani yang muncul yang menyakitkan, menyiksa, tajam, menusuk, mengerikan, tidak menyenangkan, melemahkan vitalitasnya. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak dengan sabar menahankan [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang dengan sabar menahankannya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan yang telah ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan.

(4) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghindaran yang telah ditinggalkan melalui penghindaran? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu menghindari gajah liar, kuda liar, sapi liar, dan anjing liar; ia menghindari ular, tunggul, rumpun berduri, lubang, tebing curam, tempat sampah, dan lubang kakus. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia menghindari duduk di tempat-tempat duduk yang tidak selayaknya, dan menghindari mengembara di tempat menerima dana makanan yang tidak layak, dan menghindari bergaul dengan teman-teman jahat, agar teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana tidak mencurigainya telah melakukan perbuatan jahat. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak menghindari [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang menghindarinya. [390] Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghindaran yang telah ditinggalkan melalui penghindaran.

(5) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghalauan yang telah ditinggalkan melalui penghalauan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu tidak membiarkan pikiran indriawi yang telah muncul; ia meninggalkannya, menghalaunya, menghentikannya, dan melenyapkannya. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia tidak membiarkan pikiran berniat buruk yang telah muncul … pikiran mencelakai yang telah muncul … kondisi-kondisi tidak bermanfaat kapan pun munculnya; ia meninggalkannya, menghalaunya, menghentikannya, dan melenyapkannya. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak menghalau [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang menghalaunya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghalauan yang telah ditinggalkan melalui penghalauan.

(6) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengembangan yang telah ditinggalkan melalui pengembangan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu mengembangkan faktor pencerahan perhatian, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam kebebasan. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia mengembangkan faktor pencerahan pembedaan fenomena-fenomena … faktor pencerahan kegigihan … faktor pencerahan sukacita … faktor pencerahan ketenangan … faktor pencerahan konsentrasi … faktor pencerahan keseimbangan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam kebebasan. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak mengembangkan [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang mengembangkannya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengembangan yang telah ditinggalkan melalui pengembangan.

“Dengan memiliki keenam kualitas ini, seorang bhikkhu adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.” [391]


Catatan Kaki
  1. Dalam Pāli: āsavā saṃvarā pahātabbā, āsavā paṭisevaṇā pahātabbā, āsavā adhivāsanā pahātabbā, āsavā parivajjanā pahātabbā, āsavā vinodanā pahātabbā, āsavā bhāvanā pahātabbā. Enam ini, yang didahului oleh “noda-noda yang harus ditinggalkan melalui melihat” (āsavā dassanā pahātabbā), dijelaskan secara terperinci dalam Sabbāsava Sutta (MN 2), di mana penjelasannya sama dengan yang diberikan di sini. ↩︎

  2. Kalimat ini tidak ada dalam Be, tetapi muncul dalam Ce dan Ee yang mencantumkan paralelnya pada bagian tentang metode lain meninggalkan noda-noda. ↩︎