easter-japanese

“Para bhikkhu, ada enam hal yang tidak terlampaui ini. Apakah enam ini? (1) Penglihatan yang tidak terlampaui, (2) pendengaran yang tidak terlampaui, (3) perolehan yang tidak terlampaui, (4) latihan yang tidak terlampaui, (5) pelayanan yang tidak terlampaui, dan (6) pengingatan yang tidak terlampaui.1

(1) “Dan apakah, para bhikkhu, penglihatan yang tidak terlampaui itu? Di sini, seseorang pergi melihat permata-gajah, permata-kuda, permata-perhiasan, atau melihat berbagai jenis pemandangan; atau mereka pergi melihat seorang petapa atau brahmana berpandangan salah, berpraktik salah. Ada penglihatan demikian; Aku tidak menyangkal hal ini. Tetapi penglihatan ini adalah rendah, biasa, duniawi, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; penglihatan ini tidak mengarah pada kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan [326] nibbāna. Akan tetapi, ketika seseorang kokoh dalam keyakinan, kokoh dalam bakti, mantap, penuh kepercayaan, pergi melihat Sang Tathāgata atau seorang siswa Sang Tathāgata: penglihatan yang tidak terlampaui ini adalah demi pemurnian makhluk-makhluk, demi mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna. Ini disebut penglihatan yang tidak terlampaui. Demikianlah penglihatan yang tidak terlampaui.

(2) “Dan bagaimanakah pendengaran yang tidak terlampaui itu? Di sini, seseorang pergi mendengar suara tambur, suara kecapi, suara nyanyian, atau mendengar berbagai jenis suara; atau mereka pergi mendengar Dhamma dari seorang petapa atau brahmana berpandangan salah, berpraktik salah. Ada pendengaran demikian; Aku tidak menyangkal hal ini. Tetapi pendengaran ini adalah rendah, biasa, duniawi, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; pendengaran ini tidak mengarah pada kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan nibbāna. Akan tetapi, ketika seseorang kokoh dalam keyakinan, kokoh dalam bakti, mantap, penuh kepercayaan, pergi mendengar Sang Tathāgata atau seorang siswa Sang Tathāgata: pendengaran yang tidak terlampaui ini adalah demi pemurnian makhluk-makhluk, demi mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna. Ini disebut pendengaran yang tidak terlampaui. Demikianlah penglihatan yang tidak terlampaui dan pendengaran yang tidak terlampaui.

(3) “Dan bagaimanakah perolehan yang tidak terlampaui itu? Di sini, seseorang memperolah seorang putra, seorang istri, atau kekayaan; atau mereka memperoleh berbagai jenis [327] barang; atau mereka memperoleh keyakinan pada seorang petapa dan brahmana berpandangan salah, berpraktik salah. Ada perolehan demikian; Aku tidak menyangkal hal ini. Tetapi perolehan ini adalah rendah, biasa, duniawi, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; perolehan ini tidak mengarah pada kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan nibbāna. Akan tetapi, ketika seseorang kokoh dalam keyakinan, kokoh dalam bakti, mantap, penuh kepercayaan, mendapatkan keyakinan di dalam Sang Tathāgata atau seorang siswa Sang Tathāgata: perolehan yang tidak terlampaui ini adalah demi pemurnian makhluk-makhluk, demi mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna. Ini disebut perolehan yang tidak terlampaui. Demikianlah penglihatan yang tidak terlampaui, pendengaran yang tidak terlampaui dan perolehan yang tidak terlampaui.

(4) “Dan bagaimanakah latihan yang tidak terlampaui itu? Di sini, seseorang berlatih dalam keterampilan menunggang gajah, dalam keterampilan menunggang kuda, dalam keterampilan mengendarai kereta, dalam keterampilan memanah, dalam keterampilan berpedang; atau mereka berlatih dalam berbagai bidang keterampilan; atau mereka berlatih di bawah seorang petapa atau brahmana berpandangan salah, berpraktik salah. Ada latihan demikian; Aku tidak menyangkal hal ini. Tetapi latihan ini adalah rendah, biasa, duniawi, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; latihan ini tidak mengarah pada kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan nibbāna. Akan tetapi, ketika seseorang kokoh dalam keyakinan, kokoh dalam bakti, mantap, penuh kepercayaan, berlatih dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi dalam Dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata: latihan yang tidak terlampaui ini adalah demi pemurnian makhluk-makhluk, demi mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan [328] nibbāna. Ini disebut latihan yang tidak terlampaui. Demikianlah penglihatan yang tidak terlampaui, pendengaran yang tidak terlampaui, perolehan yang tidak terlampaui, dan latihan yang tidak terlampaui.

(5) “Dan bagaimanakah pelayanan yang tidak terlampaui itu? Di sini, seseorang melayani seorang khattiya, seorang brahmana, seorang perumah tangga; atau mereka melayani berbagai orang lainnya; atau mereka melayani seorang petapa atau brahmana berpandangan salah, berpraktik salah. Ada jenis pelayanan demikian; Aku tidak menyangkal hal ini. Tetapi jenis pelayanan ini adalah rendah, biasa, duniawi, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; jenis pelayanan ini tidak mengarah pada kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan nibbāna. Akan tetapi, ketika seseorang kokoh dalam keyakinan, kokoh dalam bakti, mantap, penuh kepercayaan, melayani Sang Tathāgata atau seorang siswa Sang Tathāgata: pelayanan yang tidak terlampaui ini adalah demi pemurnian makhluk-makhluk, demi mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna. Ini disebut pelayanan yang tidak terlampaui. Demikianlah penglihatan yang tidak terlampaui, pendengaran yang tidak terlampaui, perolehan yang tidak terlampaui, latihan yang tidak terlampaui, dan pelayanan yang tidak terlampaui.

(6) “Dan bagaimanakah pengingatan yang tidak terlampaui itu? Di sini, seseorang mengingat perolehan seorang putra, seorang istri, atau kekayaan; atau mereka mengingat berbagai jenis perolehan; atau mereka mengingat seorang petapa atau brahmana berpandangan salah, berpraktik salah. Ada jenis pengingatan demikian; Aku tidak menyangkal hal ini. Tetapi jenis pengingatan ini adalah rendah, biasa, duniawi, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; jenis pengingatan ini tidak mengarah pada kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan nibbāna. Akan tetapi, ketika seseorang [329] kokoh dalam keyakinan, kokoh dalam bakti, mantap, penuh kepercayaan, mengingat Sang Tathāgata atau seorang siswa Sang Tathāgata: pengingatan yang tidak terlampaui ini adalah demi pemurnian makhluk-makhluk, demi mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna. Ini disebut pengingatan yang tidak terlampaui.

“Ini, para bhikkhu, adalah keenam hal yang tidak terlampaui itu.”

Setelah memperoleh penglihatan terbaik, dan pendengaran yang tidak terlampaui, setelah mendapatkan perolehan yang tidak terlampaui, bersenang dalam latihan yang tidak terlampaui, dengan penuh perhatian dalam pelayanan, mereka mengembangkan pengingatan yang berhubungan dengan keterasingan, Yang aman, mengarah menuju tanpa-kematian.

Dengan bergembira dalam kewaspadaan, berhati-hati, terkendali oleh moralitas, pada waktunya mereka akan merealisasikan di mana penderitaan itu lenyap.


Catatan Kaki
  1. Dalam Pāli: dassanānuttariyaṃ, savanānuttariyaṃ, labhānuttariyaṃ, sikkhānuttariyaṃ, pāricariyānuttariyaṃ, anussatānuttariyaṃ↩︎