easter-japanese

(1) “Para bhikkhu, ‘bahaya’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria. (2) ‘Penderitaan’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria. (3) ‘Penyakit’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria. (4) ‘Bisul’ [311] adalah sebutan bagi kenikmatan indria. (5) ‘Ikatan’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria. (6) ‘Rawa’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria.

“Dan mengapakah, para bhikkhu, ‘bahaya’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria? Seseorang bergairah karena nafsu indria, terikat oleh keinginan dan nafsu, tidak terbebaskan dari bahaya yang berhubungan dengan kehidupan sekarang dan dari bahaya yang berhubungan dengan kehidupan mendatang; oleh karena itu ‘bahaya’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria.

“Dan mengapakah ‘penderitaan’ … ‘penyakit’ … ‘bisul’ … ‘ikatan’ … ‘rawa’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria? Seseorang bergairah karena nafsu indria, terikat oleh keinginan dan nafsu, tidak terbebaskan dari rawa yang berhubungan dengan kehidupan sekarang dan dari rawa yang berhubungan dengan kehidupan mendatang; oleh karena itu ‘rawa’ adalah sebutan bagi kenikmatan indria.”

Bahaya, penderitaan, dan penyakit, bisul, ikatan, dan rawa: hal-hal ini menggambarkan kenikmatan indria yang padanya kaum duniawi terikat.

Setelah melihat bahaya dalam kemelekatan sebagai asal-mula kelahiran dan kematian, dengan terbebaskan melalui ketidak-melekatan dalam padamnya kelahiran dan kematian, mereka yang berbahagia itu telah mencapai keamanan; mereka telah mencapai nibbāna dalam kehidupan ini. Setelah mengatasi segala permusuhan dan bahaya, mereka telah melampaui segala penderitaan.1


Catatan Kaki
  1. Delapan baris ini juga terdapat pada 3:36. Di sini seluruh tiga edisi membaca te khemappattā dalam pāda a dari syair terakhir. ↩︎