easter-japanese

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

“Yang Mulia!” Para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Para bhikkhu, dengan memiliki enam kualitas, seorang bhikkhu adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia. Apakah enam ini? (1) Di sini, setelah melihat suatu bentuk dengan mata, seorang bhikkhu tidak bergembira juga tidak bersedih, melainkan berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih.1 (2) Setelah mendengar suatu suara dengan telinga, seorang bhikkhu tidak bergembira juga tidak bersedih, melainkan berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih. (3) Setelah mencium suatu bau-bauan dengan hidung, seorang bhikkhu tidak bergembira juga tidak bersedih, melainkan berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih. (4) Setelah mengalami suatu rasa kecapan dengan lidah, seorang bhikkhu tidak bergembira juga tidak bersedih, melainkan berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih. (5) Setelah merasakan suatu objek sentuhan dengan badan, seorang bhikkhu tidak bergembira juga tidak bersedih, melainkan berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih. (6) Setelah mengenali suatu fenomena pikiran dengan pikiran, seorang bhikkhu tidak bergembira juga tidak bersedih, melainkan berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih. Dengan memiliki keenam kualitas ini, seorang bhikkhu adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.”

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Dengan gembira, para bhikkhu itu puas mendengar pernyataan Sang Bhagavā. [280]


Catatan Kaki
  1. Buku Kelompok Enam

    N’eva sumano hoti na dummano, upekkhako viharati sato sampajāno. Mp: “Tidak bergembira juga tidak bersedih: [dipenuhi] dengan kegembiraan yang disertai dengan nafsu sehubungan dengan objek yang disenangi. Juga [ia tidak] bersedih: [dipenuhi] dengan kesedihan yang disertai dengan penolakan sehubungan dengan objek yang tidak disenangi. Melainkan [ia] berdiam dengan seimbang, penuh perhatian, dan memahami dengan jernih: ia bukan seimbang karena ia telah jatuh ke dalam ‘keseimbangan ketidak-tahuan’ (aññāṇ’upekkhā) melalui sikap tidak peduli dalam hal objek yang netral; melainkan, dengan penuh perhatian dan memahami dengan jernih, ia mempertahankan netralitas sehubungan dengan objek. Dalam sutta ini, yang dibahas adalah keberdiaman konstan seorang Arahant.” ↩︎