easter-japanese

“Para bhikkhu, kelima kualitas ini mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih. Apakah lima ini?

(1) “Di sini, seorang bhikkhu yang masih berlatih memiliki banyak tugas dan kewajiban dan kompeten dalam berbagai pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal pertama yang mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih melewatkan hari dengan melakukan pekerjaan remeh, sehingga ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran [117] internal. Ini adalah hal ke dua yang mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih berhubungan erat dengan para perumah tangga dan kaum monastik, bersosialisasi dalam cara yang tidak pantas selayaknya para umat awam,1 sehingga ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke tiga yang mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih memasuki desa terlalu awal dan kembali terlalu terlambat di siang hari, sehingga ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke empat yang mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(5) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak mendengarkan sesuai kehendaknya, tanpa kesulitan atau kesusahan, pembicaraan yang berhubungan dengan kehidupan pertapaan yang mendukung terbukanya pikiran, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit, tentang kepuasan, tentang keterasingan, tentang ketidak-terlibatan dengan [orang-orang lain], tentang pembangkitan kegigihan, tentang perilaku bermoral, tentang konsentrasi, tentang kebijaksanaan, tentang kebebasan, tentang pengetahuan dan penglihatan pada kebebasan; sehingga ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke lima yang mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

“Kelima kualitas ini mengarah pada kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

“Para bhikkhu, kelima kualitas ini mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih. Apakah lima ini?

(1) “Di sini, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak memiliki banyak tugas dan kewajiban; walaupun ia kompeten dalam berbagai pekerjaan yang harus dilakukan, ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal pertama yang mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak melewatkan hari dengan melakukan pekerjaan remeh, sehingga ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke dua yang mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak berhubungan erat dengan para perumah tangga dan kaum monastik, tidak bersosialisasi dalam cara yang tidak pantas selayaknya para umat awam, sehingga ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. [118] Ini adalah hal ke tiga yang mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak memasuki desa terlalu awal dan tidak kembali terlalu terlambat di siang hari, sehingga ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke empat yang mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

(5) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih mendengarkan sesuai kehendaknya, tanpa kesulitan atau kesusahan, pembicaraan yang berhubungan dengan kehidupan pertapaan yang mendukung terbukanya pikiran, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit … tentang pengetahuan dan penglihatan pada kebebasan; sehingga ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke lima yang mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.

“Kelima kualitas ini mengarah pada ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.”


Catatan Kaki
  1. Ananulomikena gihisaṃsaggena. Tentang kelima jenis saṃsagga, baca p. 483, catatan 115. ↩︎