easter-japanese

“Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu hutan mempertimbangkan lima bahaya masa depan, cukuplah baginya untuk berdiam dengan waspada, teguh, [101] dan bersungguh-sungguh untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Apakah lima ini?

(1) “Di sini, seorang bhikkhu hutan merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku berdiam sendirian di dalam hutan. Tetapi sewaktu aku sedang menetap di sini, seekor ular mungkin menggigitku, seekor kalajengking mungkin menyengatku, atau seekor lipan mungkin menyengatku. Karena hal itu aku mungkin mengalami kematian, yang akan menjadi suatu halangan bagiku. Biarlah sekarang aku membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.’ Ini adalah bahaya masa depan pertama yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu hutan untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu hutan merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku berdiam sendirian di dalam hutan. Tetapi sewaktu aku sedang menetap di sini, aku mungkin tersandung dan terjatuh, atau makanan yang kumakan mungkin membahayakanku, atau empedu atau dahak atau angin tajam mungkin bergejolak dalam tubuhku. Karena hal itu aku mungkin mengalami kematian, yang akan menjadi suatu halangan bagiku. Biarlah sekarang aku membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.’ Ini adalah bahaya masa depan ke dua yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu hutan untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu hutan merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku berdiam sendirian di dalam hutan. Tetapi sewaktu aku sedang menetap di sini, aku mungkin bertemu dengan binatang-binatang buas, seperti singa, harimau, macan, beruang, atau hiena, dan binatang-binatang itu mungkin membunuhku. Karena hal itu aku mungkin mengalami kematian, [102] yang akan menjadi suatu halangan bagiku. Biarlah sekarang aku membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.’ Ini adalah bahaya masa depan ke tiga yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu hutan untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu hutan merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku berdiam sendirian di dalam hutan. Tetapi sewaktu aku sedang menetap di sini, aku mungkin bertemu dengan penjahat yang sedang melarikan diri dari suatu kejahatan atau yang sedang merencanakan suatu kejahatan dan mereka mungkin membunuhku. Karena hal itu aku mungkin mengalami kematian, yang akan menjadi suatu halangan bagiku. Biarlah sekarang aku membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.’ Ini adalah bahaya masa depan ke empat yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu hutan untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.

(5) “Kemudian, seorang bhikkhu hutan merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku berdiam sendirian di dalam hutan. Tetapi di dalam hutan ini terdapat makhluk-makhluk halus yang buas,1 dan mereka mungkin membunuhku. Karena hal itu aku mungkin mengalami kematian, yang akan menjadi suatu halangan bagiku. Biarlah sekarang aku membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.’ Ini adalah bahaya masa depan ke lima yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu hutan untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.

“Ini, para bhikkhu, adalah kelima bahaya masa depan itu yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu hutan untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.” [103]


Catatan Kaki
  1. Vāḷā amanussā, lit. “makhluk buas bukan manusia.” Mp mengemas “makhluk-makhluk bukan manusia itu sebagai yakkha yang kejam dan kasar, dan sebagainya” (kakkhaḷā duṭṭhā yakkhādayo amanussā). ↩︎