A ii 128
Cinta Kasih (1)
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih, [129]
demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih, luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva kumpulan Brahmā.1 Umur kehidupan para deva kumpulan Brahmā adalah satu kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada alam tujuan masa depan dan kelahiran kembali.
(2) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasihan, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasihan, luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva dengan cahaya gemerlap. Umur kehidupan para deva dengan cahaya gemerlap adalah dua kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada alam tujuan masa depan dan kelahiran kembali.
(3) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegembiraan altruistik, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegembiraan altruistik, luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva dengan keagungan gemilang. Umur kehidupan para deva dengan keagungan gemilang adalah empat kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada alam tujuan masa depan dan kelahiran kembali.
(4) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan keseimbangan, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan keseimbangan, luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva berbuah besar. Umur kehidupan para deva berbuah besar adalah lima ratus kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada alam tujuan masa depan dan kelahiran kembali.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.” [130]
Dalam sutta ini, cinta kasih dihubungkan dengan jhāna pertama, belas kasihan dengan jhāna ke dua, kegembiraan altruistik dengan jhāna ke tiga, dan keseimbangan dengan jhāna ke empat. Akan tetapi, menurut sistem Theravāda yang berkembang, masing-masing dari tiga meditasi tanpa batas yang pertama dapat mengarah pada seluruh tiga jhāna, kecuali yang ke empat; hanya keseimbangan tanpa batas yang dapat mengarah pada jhāna ke empat. Baca Vism 322,5-12, Ppn 9.111. ↩︎