easter-japanese

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di antara para penduduk Kosala bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu ketika Beliau tiba di pemukiman Kosala di Paṅkadhā. Kemudian Beliau menetap di dekat Paṅkadhā.

Pada saat itu Bhikkhu Kassapagotta adalah penduduk Paṅkadhā. Di sana Sang Bhagavā mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan. Kemudian, sewaktu Sang Bhagavā sedang mengajarkan … dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan, Bhikkhu Kassapagotta menjadi tidak sabar dan kesal, [dengan berpikir]: “Petapa ini terlalu keras.”1

Kemudian, setelah menetap di Paṅkadhā selama yang Beliau inginkan, Sang Bhagavā melakukan perjalanan menuju Rājagaha. Dengan mengembara, Sang Bhagavā akhirnya tiba di Rājagaha. [237] Di sana, di Rājagaha, Sang Bhagavā menetap di Gunung Puncak Hering. Kemudian, tidak lama setelah Sang Bhagavā pergi, Bhikkhu Kassapagotta merasa menyesal, [dengan berpikir]: “Adalah kemalangan dan kerugianku bahwa ketika Sang Bhagavā mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan, aku menjadi tidak sabar dan kesal, [dengan berpikir]: ‘Petapa ini terlalu keras.’ Biarlah aku sekarang pergi menghadap Sang Bhagavā dan mengakui pelanggaranku kepadaNya.”

Kemudian Bhikkhu Kassapagotta membersihkan tempat tinggalnya, membawa mangkuk dan jubahnya, dan melakukan perjalanan menuju Rājagaha. Akhirnya ia tiba di Rājagaha dan mendatangi Gunung Puncak Hering. Ia mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata:

“Bhante, pada saat Sang Bhagavā sedang menetap di pemukiman Kosala di Paṅkadhā. Di sana Sang Bhagavā mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan. Kemudian, sewaktu Beliau sedang mengajarkan … dan menggembirakan mereka, aku menjadi tidak sabar dan kesal, dengan berpikir: ‘Petapa ini terlalu keras.’ Kemudian, setelah menetap di Paṅkadhā selama yang Beliau inginkan, Sang Bhagavā melakukan perjalanan menuju Rājagaha. Tidak lama setelah Beliau pergi, aku merasa menyesal, dengan berpikir: ‘Adalah kemalangan dan kerugianku bahwa ketika Sang Bhagavā mengajarkan … dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan, aku menjadi tidak sabar dan kesal, dengan berpikir: “Petapa ini terlalu keras.” Biarlah aku sekarang pergi menghadap Sang Bhagavā dan mengakui pelanggaranku kepadaNya.’

“Bhante, aku telah melakukan pelanggaran [238] dalam hal bahwa, ketika Sang Bhagavā sedang mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan, aku secara begitu dungu, bodoh, dan tidak terampil menjadi tidak sabar dan kesal, dengan berpikir: ‘Petapa ini terlalu keras.’ Bhante, sudilah Sang Bhagava menerima pelanggaranku yang dilihat sebagai suatu pelanggaran demi pengendalian di masa depan.”

“Tentu saja, Kassapa, engkau telah melakukan pelanggaran dalam hal bahwa, ketika Aku sedang mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma yang berhubungan dengan aturan-aturan latihan, engkau secara begitu dungu, bodoh, dan tidak terampil menjadi tidak sabar dan kesal, dengan berpikir: ‘Petapa ini terlalu keras.’ Tetapi karena engkau melihat pelanggaranmu sebagai suatu pelanggaran dan memperbaikinya sesuai Dhamma, maka kami menerimanya. Karena adalah kemajuan dalam disiplin Yang Mulia bahwa seseorang melihat pelanggarannya sebagai suatu pelanggaran, memperbaikinya sesuai Dhamma, dan menjalankan pengendalian di masa depan.

(1) “Jika, Kassapa, seorang bhikkhu senior2 tidak ingin berlatih dan tidak memuji pelaksanaan latihan; jika ia tidak mendorong latihan para bhikkhu lain yang tidak ingin berlatih; dan jika ia tidak mengucapkan pujian yang asli, nyata, dan tepat waktu kepada para bhikkhu yang ingin berlatih, maka Aku tidak memuji bhikkhu senior demikian. Karena alasan apakah? Karena para bhikkhu lain, [dengan mendengar]: ‘Sang Guru memujinya,’ akan bergaul dengannya, dan mereka yang bergaul dengannya akan mengikuti teladannya. Jika mereka mengikuti teladannya, maka itu akan mengarah pada bahaya dan penderitaan mereka dalam waktu yang lama. Oleh karena itu Aku tidak memuji bhikkhu senior demikian.

(2) “Jika, Kassapa, seorang bhikkhu menengah …

(3) “Jika, Kassapa, seorang bhikkhu junior tidak ingin berlatih dan tidak memuji pelaksanaan latihan; jika ia tidak mendorong latihan para bhikkhu lain yang tidak ingin berlatih; dan jika ia tidak mengucapkan pujian yang asli, nyata, dan tepat waktu kepada para bhikkhu yang ingin berlatih, maka Aku tidak memuji bhikkhu junior demikian. Karena alasan apakah? Karena para bhikkhu lain, [dengan mendengar]: ‘Sang Guru memujinya,’ akan bergaul dengannya, dan mereka yang bergaul dengannya [239] akan mengikuti teladannya. Jika mereka mengikuti teladannya, maka itu akan mengarah pada bahaya dan penderitaan mereka dalam waktu yang lama. Oleh karena itu Aku tidak memuji bhikkhu junior demikian.

(1) “Jika, Kassapa, seorang bhikkhu senior ingin berlatih dan memuji pelaksanaan latihan; jika ia mendorong latihan para bhikkhu lain yang tidak ingin berlatih; dan jika ia mengucapkan pujian yang asli, nyata, dan tepat waktu kepada para bhikkhu yang ingin berlatih, maka Aku memuji bhikkhu senior demikian. Karena alasan apakah? Karena para bhikkhu lain, [dengan mendengar]: ‘Sang Guru memujinya,’ akan bergaul dengannya, dan mereka yang bergaul dengannya akan mengikuti teladannya. Jika mereka mengikuti teladannya, maka itu akan mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan mereka dalam waktu yang lama. Oleh karena itu Aku memuji bhikkhu senior demikian.

(2) “Jika, Kassapa, seorang bhikkhu menengah …

(3) “Jika, Kassapa, seorang bhikkhu junior ingin berlatih dan memuji pelaksanaan latihan; jika ia mendorong latihan para bhikkhu lain yang tidak ingin berlatih; dan jika ia mengucapkan pujian yang asli, nyata, dan tepat waktu kepada para bhikkhu yang ingin berlatih, maka Aku memuji bhikkhu junior demikian. Karena alasan apakah? Karena para bhikkhu lain, [dengan mendengar]: ‘Sang Guru memujinya,’ akan bergaul dengannya, dan mereka yang bergaul dengannya akan mengikuti teladannya. Jika mereka mengikuti teladannya, maka itu akan mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan mereka dalam waktu yang lama. Oleh karena itu Aku memuji bhikkhu junior demikian.”


Catatan Kaki
  1. Adhisallikhatev’āyaṃ samaṇo. Mp tidak membantu dengan adhisallikhati, mengemasnya dengan ativiya sallikkhitaṃ katvā saṇhaṃ saṇham katheti. DOP menuliskan “teramat sangat berhati-hati.” Ungkapan ini juga terdapat dalam konteks serupa pada MN I 449,12-13. ↩︎

  2. Sutta itu sendiri tidak menetapkan sebuah triad, tetapi saya mengasumsikan ini adalah perbedaan antara bhikkhu senior, menengah, dan junior yang membenarkan dimasukkannya sutta ini dalam Kelompok Tiga. ↩︎