easter-japanese

Seorang bhikkhu tertentu mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau: “Bhante, dikatakan: ‘Seorang yang masih berlatih, seorang yang masih berlatih.’ Dengan cara bagaimanakah seseorang disebut seorang yang masih berlatih?”

“Ia berlatih, Bhikkhu, oleh karena itu ia disebut seorang yang masih berlatih. Dan dalam apakah ia berlatih? Ia berlatih dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi; ia berlatih dalam pikiran yang lebih tinggi; ia berlatih dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Ia berlatih, Bhikkhu, oleh karena itu ia disebut seorang yang masih berlatih.”

Ketika ia yang masih berlatih melakukan latihan di sepanjang jalan yang lurus, pengetahuan hancurnya muncul terlebih dulu yang segera diikuti dengan pengetahuan akhir.1

Setelah itu, ketika belenggu-belenggu penjelmaan dihancurkan, bagi seorang yang terbebaskan melalui pengetahuan akhir, pengetahuan muncul: “Kebebasanku tak tergoyahkan.”2


Catatan Kaki
  1. Mp: “Pengetahuan hancurnya muncul pertama kali (khayasmiṃ pathamaṃ ñāṇam): pertama-tama pengetahuan sang jalan muncul, disebut pengetahuan hancurnya karena merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sang jalan, yang disebut hancurnya karena menghancurkan kekotoran. Segera diikuti dengan pengetahuan akhir (tato aññā anantarā): segera setelah pengetahuan jalan ke empat muncul, maka buah Kearahattaan muncul.” ↩︎

  2. Mp: “Pengetahuan muncul (ñāṇaṃ ve hoti): ini adalah pengetahuan peninjauan” (paccavekkhaṇañāṇa); baca Vism 676, Ppn 22.19-21. ↩︎