easter-japanese

“Para bhikkhu, si dungu dikarakteristikkan oleh perbuatannya; orang bijaksana dikarakteristikkan oleh perbuatannya. Kebijaksanaan bersinar dalam manifestasinya.1

“Para bhikkhu, seorang yang memiliki tiga kualitas harus dikenali sebagai seorang dungu. Apakah tiga ini? Perbuatan buruk melalui jasmani, perbuatan buruk melalui ucapan, dan perbuatan buruk melalui pikiran. Seorang yang memiliki ketiga kualitas ini harus dikenali sebagai seorang dungu. Seorang yang memiliki tiga kualitas harus dikenali sebagai seorang bijaksana. Apakah tiga ini? Perbuatan baik melalui jasmani, perbuatan baik melalui ucapan, dan perbuatan baik melalui pikiran. Seorang yang memiliki ketiga kualitas ini harus dikenali sebagai seorang bijaksana.

Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: ‘Kami akan menghindari ketiga kualitas yang dengan memilikinya maka seseorang dikenal sebagai seorang dungu, dan kami akan menjalankan dan mempraktikkan ketiga kualitas yang dengan memilikinya maka seseorang dikenal sebagai seorang bijaksana.’ Demikianlah kalian harus berlatih.”


Catatan Kaki
  1. Tulisan berbeda-beda pada berbagai edisi. Ce apadānasobhinī paññā, Be apadānasobhanī paññā, Ee apadāne sobhati paññā. Mp: “Maknanya adalah bahwa baik si dungu maupun si bijaksana masing-masing dikenali melalui perilakunya” (bālā ca paṇḍitā ca attano attano cariten’eva pākaṭā hontī ti attho). ↩︎