easter-japanese

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Campā di tepi Kolam Seroja Gaggarā. Kemudian perumah tangga Vajjiyamāhita meninggalkan Campā di tengah hari untuk menemui Sang Bhagavā. Kemudian ia berpikir: “Sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menemui Sang Bhagavā, yang sedang berada dalam keterasingan, juga bukan saat yang tepat untuk menemui para bhikkhu terhormat, yang juga sedang berada dalam keterasingan. Biarlah aku pergi ke taman para pengembara sekte lain.”

Kemudian perumah tangga Vajjiyamāhita pergi ke taman para pengembara sekte lain … [seluruhnya seperti pada 10:93] [190]

Kemudian perumah tangga Vajjiyamāhita mendatangi para pengembara itu dan saling bertukar sapa dengan mereka. Ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu sisi. Kemudian para pengembara itu berkata kepadanya:

“Benarkah, perumah tangga, seperti dikatakan, bahwa Petapa Gotama mengkritik semua praktik pertapaan keras dan bahwa Beliau secara tegas mencela dan menyalahkan mereka semua yang menjalani kehidupan yang kasar dan keras?”

“Tidak, Bhante, Sang Bhagavā tidak mengkritik semua praktik pertapaan keras dan tidak secara tegas mencela dan menyalahkan mereka semua yang menjalani kehidupan yang kasar dan keras. Sang Bhagavā mengkritik apa yang selayaknya dikritik dan memuji apa yang selayaknya dipuji. Dengan mengkritik apa yang selayaknya dikritik dan memuji apa yang selayaknya dipuji, Sang Bhagavā berbicara atas dasar perbedaan-perbedaan; Beliau tidak membicarakan hal-hal demikian secara sepihak.”1

Ketika hal ini dikatakan, seorang pengembara berkata kepada perumah tangga Vajjiyamāhita: “Tunggu dulu, perumah tangga! Petapa Gotama yang engkau puji itu adalah seorang penganut penghapusan yang menghindari membuat pernyataan pasti.”

“Aku akan membantah hal itu juga, Bhante. Sang Bhagavā telah dengan tegas menyatakan: ‘Ini bermanfaat’ dan: ‘Ini tidak bermanfaat.’ Dengan demikian, ketika Beliau menyatakan apa yang bermanfaat dan apa yang tidak bermanfaat, Sang Bhagavā membuat pernyataan pasti. Beliau bukan seorang penganut penghapusan yang menghindari membuat pernyataan pasti.”

Ketika hal ini dikatakan, para pengembara itu [191] duduk diam, kebingungan, menundukkan kepala, menatap ke bawah, muram, dan tidak mampu berkata-kata. Kemudian perumah tangga Vajjiyamāhita, setelah memahami bahwa para pengembara itu [duduk] diam … dan tidak mampu berkata-kata, bangkit dari duduknya dan mendatangi Sang Bhagavā. Ia bersujud kepada Sang Bhagavā, duduk di satu sisi, dan melaporkan kepada Sang Bhagavā keseluruhan percakapannya dengan para pengembara itu.

[Sang Bhagavā berkata:] “Bagus, bagus, perumah tangga! Dengan cara demikianlah para manusia kosong itu harus dari waktu ke waktu dibantah sepenuhnya dengan argumen yang logis.”

(1)-(2) “Aku tidak mengatakan, perumah tangga, bahwa segala jenis pertapaan keras harus dipraktikkan; juga Aku tidak mengatakan bahwa segala jenis pertapaan keras tidak boleh dipraktikkan. (3)-(4) Aku tidak mengatakan tentang segala bentuk pelaksanaan bahwa hal itu harus dilakukan; juga Aku tidak mengatakan tentang segala bentuk pelaksanaan bahwa hal itu tidak boleh dilakukan. (5)-(6) Aku tidak mengatakan bahwa seseorang harus berusaha dalam segala cara; juga Aku tidak mengatakan bahwa seseorang tidak boleh berusaha dalam cara apa pun. (7)-(8) Aku tidak mengatakan bahwa seseorang harus melakukan segala jenis pelepasan; juga Aku tidak mengatakan bahwa seseorang tidak boleh melakukan pelepasan apa pun. (9)-(10) Aku tidak mengatakan bahwa seseorang harus mencapai segala jenis kebebasan; juga Aku tidak mengatakan bahwa seseorang tidak boleh mencapai kebebasan apa pun.

(1)-(2) “Jika, perumah tangga, ketika seseorang melakukan pertapaan keras tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat bertambah dan kualitas-kualitas bermanfaat berkurang, maka, Aku katakan, ia tidak boleh mempraktikkan pertapaan keras demikian. Tetapi jika, ketika seseorang melakukan pertapaan keras tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat berkurang dan kualitas-kualitas bermanfaat [192] bertambah, maka, Aku katakan, ia harus mempraktikkan pertapaan keras demikian.

(3)-(4) “Jika, perumah tangga, ketika seseorang melakukan pelaksanaan tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat bertambah dan kualitas-kualitas bermanfaat berkurang, maka, Aku katakan, ia tidak boleh melakukan pelaksanaan demikian. Tetapi jika, ketika seseorang melakukan pelaksanaan tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat berkurang dan kualitas-kualitas bermanfaat bertambah, maka, Aku katakan, ia harus melakukan pelaksanaan demikian.

(5)-(6) “Jika, perumah tangga, ketika seseorang berusaha dalam cara tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat bertambah dan kualitas-kualitas bermanfaat berkurang, maka, Aku katakan, ia tidak boleh berusaha dengan cara demikian. Tetapi jika, ketika seseorang berusaha dalam cara tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat berkurang dan kualitas-kualitas bermanfaat bertambah, maka, Aku katakan, ia harus berusaha dengan cara demikian.

(7)-(8) “Jika, perumah tangga, ketika seseorang melepaskan sesuatu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat bertambah dan kualitas-kualitas bermanfaat berkurang, maka, Aku katakan, ia tidak boleh melakukan pelepasan demikian. Tetapi jika, ketika seseorang melepaskan sesuatu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat berkurang dan kualitas-kualitas bermanfaat bertambah, maka, Aku katakan, ia harus melakukan pelepasan demikian.

(9)-(10) “Jika, perumah tangga, ketika seseorang mencapai kebebasan tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat bertambah dan kualitas-kualitas bermanfaat berkurang, maka, Aku katakan, ia tidak boleh mencapai kebebasan demikian. Tetapi jika, ketika seseorang mencapai kebebasan tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat berkurang dan kualitas-kualitas bermanfaat bertambah, maka, Aku katakan, ia harus mencapai kebebasan demikian.”

Kemudian ketika perumah tangga Vajjiyamāhita telah diajari, didorong, diinspirasi, dan digembirakan oleh Sang Bhagavā dengan khotbah Dhamma, ia bangkit dari duduknya, bersujud kepada Sang Bhagavā, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Kemudian, tidak lama setelah perumah tangga Vajjiyamāhita pergi, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu, jika bhikkhu mana pun, bahkan seorang yang telah sejak lama memiliki sedikit debu di matanya sehubungan dengan Dhamma dan disiplin ini, akan sepenuhnya membantah para pengembara sekte lain dengan argumen yang logis, maka ia harus membantahnya persis seperti yang telah dilakukan oleh perumah tangga Vajjiyamāhita.” [193]


Catatan Kaki
  1. Vibhajjavādī bhagavā, na so bhagavā ettha ekaṃsavādī. Ungkapan vibhajjavādī, digunakan untuk menggambarkan Sang Buddha, kadang-kadang digunakan untuk memaknai bahwa Sang Buddha menganalisis hal-hal ke dalam komponen-komponennya. Tetapi penggunaan kata itu di sini (dan di tempat lain dalam Nikāya-nikāya) menunjukkan bahwa kata ini sesungguhnya bermakna bahwa Sang Buddha menarik perbedaan yang diperlukan untuk menghindari generalisasi yang mengabaikan ambiguitas yang penting. Baca juga tentang bagaimana penggunaan kata ini pada MN 99.4, II 197,10-18. ↩︎