easter-japanese

1

Yang Mulia Puṇṇiya mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Bhante, mengapakah kadang-kadang Sang Tathāgata condong untuk mengajarkan Dhamma dan kadang-kadang tidak condong untuk mengajar?”

(1) “Ketika, Puṇṇiya, seorang bhikkhu memiliki keyakinan tetapi tidak mendatangi Beliau, maka Sang Tathāgata tidak condong untuk mengajarkan Dhamma. (2) Tetapi ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan dan mendatangi Beliau, maka Sang Tathāgata condong untuk mengajar.

(3) “Ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan dan mendatangi Beliau, tetapi ia tidak memperhatikan Beliau … (4) Ketika ia memperhatikan Beliau tetapi tidak mengajukan pertanyaan … (5) Ketika ia mengajukan pertanyaan tetapi tidak mendengarkan Dhamma dengan menyimak … (6) Ketika ia mendengarkan Dhamma dengan menyimak, tetapi setelah mendengarnya, ia tidak mengingatnya … (7) Ketika, setelah mendengarnya, ia mengingatnya tetapi tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran yang telah ia ingat … (8) Ketika ia memeriksa makna dari ajaran-ajaran yang telah ia ingat tetapi tidak [155] memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma … (9) Ketika ia memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma, tetapi ia bukan seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik, seorang yang berbakat dalam memberikan khotbah yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna … (10) Ketika ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik, seorang yang berbakat dalam memberikan khotbah yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna, tetapi ia tidak mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan teman-temannya para bhikkhu, maka Sang Tathāgata tidak condong untuk mengajar Dhamma.

“Tetapi, Puṇṇiya, (1) ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan, (2) mendatangi [Sang Tathāgata], (3) memperhatikan [Sang Tathāgata], (4) mengajukan pertanyaan, dan (5) mendengarkan Dhamma dengan menyimak; dan (6) setelah mendengarkan Dhamma, ia mengingatnya, (7) memeriksa makna ajaran-ajaran yang telah ia ingat, dan (8) memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma; dan (9) ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik, seorang yang berbakat dalam memberikan khotbah yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna; dan (10) ia mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan teman-temannya para bhikkhu, maka Sang Tathāgata condong untuk mengajarkan Dhamma. Ketika, Puṇṇiya, seseorang memiliki kesepuluh kualitas ini, maka Sang Tathāgata sepenuhnya condong untuk mengajarkan Dhamma.”


Catatan Kaki
  1. Sebuah paralel yang diperluas dari 8:82↩︎