easter-japanese

“Para bhikkhu, dikatakan: ‘Titik awal ketidak-tahuan, para bhikkhu, tidak terlihat sedemikian bahwa sebelum ini tidak ada ketidak-tahuan dan setelahnya menjadi ada.’1 Namun, ketidak-tahuan masih terlihat memiliki kondisi khusus.

“Aku katakan, para bhikkhu, bahwa ketidak-tahuan memiliki makanan;2 bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi ketidak-tahuan? Ini harus dijawab: lima rintangan. Kelima rintangan ini juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi kelima rintangan ini? Ini harus dijawab: tiga jenis perbuatan salah. Ketiga jenis perbuatan salah ini juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi ketiga jenis perbuatan salah? Ini harus dijawab: ketiadaan pengendalian atas organ-organ indria. Ketiadaan pengendalian atas organ-organ indria ini juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi ketiadaan pengendalian atas organ-organ indria? Ini harus dijawab: kurangnya perhatian dan pemahaman jernih. Kurangnya perhatian dan pemahaman jernih ini juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi kurangnya perhatian dan pemahaman jernih? Ini harus dijawab: perhatian tidak seksama. Perhatian tidak seksama ini juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi perhatian tidak seksama? Ini harus dijawab: kurangnya keyakinan. Kurangnya keyakinan juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi kurangnya keyakinan? Ini harus dijawab: tidak mendengarkan Dhamma sejati. Tidak mendengarkan Dhamma sejati juga, Aku katakan, memiliki makanan, bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi tidak mendengarkan Dhamma sejati? Ini harus dijawab: tidak bergaul dengan orang-orang baik.3

“Demikianlah tidak bergaul dengan orang-orang baik, menjadi penuh, mengisi tidak mendengarkan Dhamma sejati. Tidak mendengarkan Dhamma sejati, menjadi penuh, mengisi kurangnya keyakinan. Kurangnya keyakinan, menjadi penuh, mengisi perhatian tidak seksama. Perhatian tidak seksama, menjadi penuh, mengisi kurangnya perhatian dan pemahaman jernih. Kurangnya perhatian dan pemahaman jernih, menjadi penuh, [114] mengisi ketiadaan pengendalian atas organ-organ indria. Ketiadaan pengendalian atas organ-organ indria, menjadi penuh, mengisi tiga jenis perbuatan salah. Ketiga jenis perbuatan salah, menjadi penuh, mengisi lima rintangan. Kelima rintangan, menjadi penuh, mengisi ketidak-tahuan. Demikianlah ada makanan bagi ketidak-tahuan, dan dengan cara inilah ketidak-tahuan menjadi penuh.

“Seperti halnya, ketika hujan deras turun dalam tetesan-tetesan besar di puncak gunung, dan air mengalir menuruni lereng dan mengisi celah, selokan, dan anak sungai; celah, selokan, dan anak sungai ini menjadi penuh, mengisi danau-danau; danau-danau, menjadi penuh, mengisi sungai-sungai kecil; sungai-sungai kecil, menjadi penuh, mengisi sungai-sungai besar; dan sungai-sungai besar, menjadi penuh, mengisi samudra raya; demikianlah ada makanan bagi samudra raya, dan dengan cara inilah samudra raya menjadi penuh. Demikian pula, tidak bergaul dengan orang-orang baik, menjadi penuh, mengisi tidak mendengarkan Dhamma sejati … Kelima rintangan, menjadi penuh, mengisi ketidak-tahuan. Demikianlah ada makanan bagi ketidak-tahuan, dan dengan cara inilah ketidak-tahuan menjadi penuh.

“Aku katakan, para bhikkhu, bahwa (1) pengetahuan sejati dan kebebasan memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi pengetahuan sejati dan kebebasan? Ini harus dijawab: (2) tujuh faktor pencerahan. Ketujuh faktor pencerahan juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi ketujuh faktor pencerahan? Ini harus dijawab: (3) empat penegakan perhatian. Keempat penegakan perhatian juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi keempat penegakan perhatian? Ini harus dijawab: (4) tiga jenis perbuatan baik. [115] Ketiga jenis perbuatan baik ini juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi ketiga jenis perbuatan baik ini? Ini harus dijawab: (5) pengendalian atas organ-organ indria. Pengendalian atas organ-organ indria juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi pengendalian atas organ-organ indria? Ini harus dijawab: (6) perhatian dan pemahaman jernih. Perhatian dan pemahaman jernih juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi perhatian dan pemahaman jernih? Ini harus dijawab: (7) pengamatan seksama. Pengamatan seksama juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi pengamatan seksama? Ini harus dijawab: (8) keyakinan. Keyakinan juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi keyakinan? Ini harus dijawab: (9) mendengarkan Dhamma sejati. Mendengarkan Dhamma sejati juga, Aku katakan, memiliki makanan; bukan tanpa makanan. Dan apakah makanan bagi mendengarkan Dhamma sejati? Ini harus dijawab: (10) bergaul dengan orang-orang baik.

“Demikianlah bergaul dengan orang-orang baik, menjadi penuh, mengisi mendengarkan Dhamma sejati. Mendengarkan Dhamma sejati, menjadi penuh, mengisi keyakinan. Keyakinan, menjadi penuh, mengisi pengamatan seksama. Pengamatan seksama, menjadi penuh, mengisi perhatian dan pemahaman jernih. Perhatian dan pemahaman jernih, menjadi penuh, mengisi pengendalian atas organ-organ indria. Pengendalian atas organ-organ indria, menjadi penuh, mengisi tiga jenis perbuatan baik. Ketiga jenis perbuatan baik, menjadi penuh, mengisi empat penegakan perhatian. Keempat penegakan perhatian, menjadi penuh, mengisi tujuh faktor pencerahan. Ketujuh faktor pencerahan, menjadi penuh, mengisi pengetahuan sejati dan kebebasan. Demikianlah ada makanan bagi pengetahuan sejati dan kebebasan, dan dengan cara inilah pengetahuan sejati dan kebebasan menjadi penuh.

“Seperti halnya, ketika hujan deras turun dalam tetesan-tetesan besar di puncak gunung, dan air mengalir menuruni lereng dan mengisi celah, selokan, dan anak sungai; celah, selokan, dan anak sungai ini menjadi penuh, mengisi danau-danau; danau-danau, menjadi penuh, mengisi sungai-sungai kecil; sungai-sungai kecil, menjadi penuh, mengisi sungai-sungai besar; dan sungai-sungai besar, menjadi penuh, [116] mengisi samudra raya; demikianlah ada makanan bagi samudra raya, dan dengan cara inilah samudra raya menjadi penuh. Demikian pula, bergaul dengan orang-orang baik, menjadi penuh, mengisi mendengarkan Dhamma sejati … Ketujuh faktor pencerahan, menjadi penuh, mengisi pengetahuan sejati dan kebebasan. Demikianlah ada makanan bagi pengetahuan sejati dan kebebasan, dan dengan cara inilah pengetahuan sejati dan kebebasan menjadi penuh.”


Catatan Kaki
  1. Saya membaca kalimat ini sebagai berikut: “Purimā bhikkhave koṭi na paññāyati avijjāya, ito pubbe avijjā nāhosi atha pacchā samabhavī” ti: evametaṃ bhikkhave vuccati. Tanda baca pada seluruh tiga edisi memberikan kesan bahwa bagian kalimat Pāli yang membentuk kutipan langsung adalah antara ito pubbe dan sambhavi. Saya rasa besar kemungkinan bahwa evametaṃ bhikkhave vuccati termasuk dalam kalimat secara keseluruhan, dari purimā hingga sambhavi, daripada hanya sebagian darinya, dan saya menerjemahkan sesuai itu. ↩︎

  2. Mp mengemas “memiliki makanan” (sāhāraṃ) sebagai “memiliki kondisi” (sapaccayaṃ). ↩︎

  3. Walaupun hanya ada sembilan hal pada bagian pertama sutta ini (rangkaian yang negatif), tetapi tampaknya dimasukkan ke dalam kelompok sepuluh karena ada sepuluh hal dalam bagian ke dua (rangkaian yang positif). Sutta berikutnya menggunakan skema yang sama tetapi dengan menambahkan ketagihan pada penjelmaan dalam bagian pertama. ↩︎