easter-japanese

“Para bhikkhu, ada sepuluh bahaya ini dalam memasuki istana-dalam seorang raja. Apakah sepuluh ini?

(1) “Di sini, sang raja sedang duduk bersama ratunya. Seorang bhikkhu masuk, dan apakah ratu tersenyum ketika ia melihat bhikkhu itu atau bhikkhu itu tersenyum ketika ia melihat sang ratu. Raja berpikir: ‘Pasti, ada sesuatu di antara mereka, atau sesuatu akan terjadi.’ Ini adalah bahaya pertama dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(2) “Kemudian, ketika sang raja sedang sibuk, terlibat dalam banyak pekerjaan, ia telah melakukan hubungan seksual dengan salah satu perempuan tetapi tidak mengingatnya, dan karena hubungan itu perempuan itu menjadi hamil. Raja berpikir: ‘Tidak ada orang [82] yang masuk ke sini kecuali bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah perbuatan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke dua dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(3) “Kemudian, sebuah permata telah hilang dalam istana-dalam sang raja. Raja berpikir: ‘Tidak ada orang yang masuk ke sini kecuali bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah pekerjaan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke tiga dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(4) “Kemudian, rapat-rapat rahasia di istana-dalam sang raja telah bocor ke luar.1 Raja berpikir: ‘Tidak ada orang yang masuk ke sini kecuali bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah pekerjaan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke empat dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(5) “Kemudian, di dalam istana-dalam sang raja seorang ayah merindukan putranya, atau seorang putra merindukan ayahnya.2 Mereka berpikir: ‘Tidak ada orang yang masuk ke sini kecuali bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah perbuatan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke lima dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(6) “Kemudian, raja mempromosikan seseorang. Mereka yang tidak senang dengan hal ini berpikir: ‘Raja berhubungan erat dengan bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah perbuatan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke enam dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(7) “Kemudian, raja menurunkan jabatan seseorang. Mereka yang tidak senang dengan hal ini berpikir: ‘Raja berhubungan erat dengan bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah perbuatan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke tujuh dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(8) “Kemudian, raja mengutus bala tentaranya pada waktu yang tidak tepat. Mereka yang tidak senang dengan hal ini berpikir: ‘Raja berhubungan erat dengan bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah perbuatan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke delapan dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(9) “Kemudian, setelah mengutus bala tentaranya pada waktu yang tidak tepat, raja memerintahkan mereka untuk kembali selagi masih dalam perjalanan. Mereka yang tidak senang dengan hal ini berpikir: [83] ‘Raja berhubungan erat dengan bhikkhu itu. Mungkinkah ini adalah perbuatan bhikkhu itu?’ Ini adalah bahaya ke delapan dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

(10) “Kemudian, di istana-dalam sang raja ada hentakan gajah-gajah,3 kuda-kuda, dan kereta-kereta, serta bentuk-bentuk yang menggoda, suara-suara, bau-bauan, rasa kecapan, dan objek-objek sentuhan yang tidak layak bagi seorang bhikkhu. Ini adalah bahaya ke sepuluh dalam memasuki istana-dalam seorang raja.

“Ini, para bhikkhu, kesepuluh bahaya itu dalam memasuki istana-dalam seorang raja.”


Catatan Kaki
  1. Ce guyhavantā harus dikoreksi menjadi guyhamantā, seperti pada Be dan Ee. Di sini guyhamantā hampir dipastikan bermakna “musyawarah-musyawarah rahasia,” bukan “mantra-mantra rahasia.” ↩︎

  2. Mp mengemas pattheti sebagai māretuṃ icchati, “ingin membunuh.” Saya tidak melihat bagaimana suatu keinginan untuk membunuh dapat diturunkan dari Pāli dan dengan demikian saya lebih suka menganggap pattheti dalam makna biasanya, sebagai hanya “berkeinginan, merindukan.” Dugaan saya sehubungan dengan relevansinya di sini adalah bahwa seseorang yang menjadi ayah dari seorang putra melalui salah seorang selir ingin menemui putranya, dan putra seorang selir yang mengetahui bahwa ia berayahkan seseorang yang bukan sang raja ingin bertemu dengan ayahnya yang sebenarnya, dan raja mencurigai bahwa bhikkhu itu menjadi perantara. ↩︎

  3. Ce dan Be membaca hatthisammaddaṃ; Ee menuliskan hatthisammadaṃ dalam teks, tetapi -sammaddaṃ dan -sambādhaṃ sebagai tulisan alternatif. Mp (Be) membaca hatthisambādhaṃ, yang dipecah menjadi hatthīhi sambādhaṃ (“ramai oleh gajah-gajah”). Mp (Ce) menerima tulisan ini juga, walaupun teksnya tampaknya rusak. Kedua edisi Mp mengenali alternatif hatthisammaddaṃ↩︎