A v 230
Ajita
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Pengembara Ajita mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika mereka telah mengakhiri ramah-tamah ini, ia duduk di satu sisi [230]
dan berkata kepada Sang Bhagavā:
“Guru Gotama, aku memiliki seorang teman petapa bernama Paṇḍita.2 Ia telah memikirkan lima ratus argumen3 yang dengannya mereka yang berasal dari sekte lain, ketika dibantah, mengetahui: ‘Kami telah dibantah.’”
Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Apakah kalian ingat, para bhikkhu, kasus Paṇḍita?”
“Sekaranglah waktunya, Sang Bhagavā! Sekaranglah waktunya, Yang Berbahagia! Setelah mendengarnya dari Sang Bhagavā, para bhikkhu akan mengingat apa pun yang dikatakan oleh Sang Bhagavā.”
“Kalau begitu, para bhikkhu, dengarkan dan perhatikanlah dengan seksama. Aku akan berbicara.”
“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Di sini, seseorang membantah dan menyanggah suatu doktrin yang bertentangan dengan Dhamma dengan doktrin yang bertentangan dengan Dhamma. Dengan cara ini, ia memberikan kesenangan pada kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma. Karena alasan ini, kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma itu menjadi riuh dan ramai, menyerukan: ‘Ia sungguh bijaksana, tuan! Ia sungguh bijaksana, tuan!’4
“Seseorang membantah dan menyanggah suatu doktrin yang selaras dengan Dhamma dengan doktrin yang bertentangan dengan Dhamma. Dengan cara ini, ia memberikan kesenangan pada kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma. Karena alasan ini, kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma itu menjadi riuh dan ramai, menyerukan: ‘Ia sungguh bijaksana, tuan! Ia sungguh bijaksana, tuan!’
“Seseorang membantah dan menyanggah suatu doktrin yang selaras dengan Dhamma dan doktrin yang bertentangan dengan Dhamma dengan doktrin yang bertentangan dengan Dhamma. Dengan cara ini, ia memberikan kesenangan pada kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma. Karena alasan ini, kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma itu menjadi riuh dan ramai, menyerukan: ‘Ia sungguh bijaksana, tuan! Ia sungguh bijaksana, tuan!’5
[“Seseorang membantah dan menyanggah suatu doktrin yang selaras dengan Dhamma dan doktrin yang bertentangan dengan Dhamma dengan doktrin yang selaras dengan Dhamma. Dengan cara ini, ia memberikan kesenangan pada kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma. Karena alasan ini, kumpulan yang bertentangan dengan Dhamma itu menjadi riuh dan ramai, menyerukan: ‘Ia sungguh bijaksana, tuan! Ia sungguh bijaksana, tuan!’
“Seseorang membantah dan menyanggah suatu doktrin yang selaras dengan Dhamma dengan doktrin yang selaras dengan Dhamma. Dengan cara ini, ia memberikan kesenangan pada kumpulan yang selaras dengan Dhamma. Karena alasan ini, kumpulan yang selaras dengan Dhamma itu menjadi riuh dan ramai, menyerukan: ‘Ia sungguh bijaksana, tuan! Ia sungguh bijaksana, tuan!’]6 [231]
“Para bhikkhu, apa yang bukan-Dhamma dan apa yang adalah Dhamma harus dipahami, dan apa yang berbahaya dan apa yang bermanfaat juga harus dipahami. Setelah memahami apa yang bukan-Dhamma dan apa yang adalah Dhamma, dan apa yang berbahaya dan apa yang bermanfaat, seseorang harus berlatih sesuai dengan Dhamma dan sesuai dengan apa yang bermanfaat …
[Sutta ini berlanjut persis seperti 10:114, diakhiri dengan:]
“Ketika dikatakan: ‘Para bhikkhu, apa yang bukan-Dhamma dan apa yang adalah Dhamma harus dipahami, dan apa yang berbahaya dan apa yang bermanfaat juga harus dipahami. Setelah memahami apa yang bukan-Dhamma dan apa yang adalah Dhamma, [232] dan apa yang berbahaya dan apa yang bermanfaat, seseorang harus berlatih sesuai dengan Dhamma dan sesuai dengan apa yang bermanfaat,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.”
Sebuah paralel China terdapat pada MĀ 188. Bagian pertama, T I 734a29-c24, kurang lebih bersesuaian dengan 10:116, tetapi memasukkan satu bagian teks yang mengulang MN 76.21, I 519,13-29, sebuah kisah satire tentang guru tertentu yang mengaku maha-tahu. Bagian sutta berikutnya, T I 734c25–735b25, paralel dengan 10:115. ↩︎
Paṇḍita. Kata ini bermakna “yang bijaksana, yang terpelajar.” Saya tidak yakin apakah ini adalah nama diri atau sebuah julukan. ↩︎
Cittaṭṭhānasatāni. Mp mengemas sebagai cittuppādasatāni. Bagi saya tampaknya tulisan cinta- pada tempat citta- adalah lebih sesuai dengan konteks. Naskah Burma yang dirujuk pada catatan dalam Ee sebenarnya tidak mencantumkan tulisan ini. ↩︎
Paṇḍito vata bho paṇḍito vata bho. Ini merujuk pada nama si petapa sesat. ↩︎
Tiga kasus pertama terdapat pada Ce, Be, dan Ee. Be berakhir sampai di sini, tetapi Ce menambahkan dua paragraf selanjutnya, dan Ee satu paragraf, yang hanya terdapat pada edisi itu. ↩︎
Kedua paragraf dalam tanda kurung siku terdapat dalam Ce tetapi tidak ada dalam Be atau Ee. Hal ini bagi saya tampaknya asing pada dunia pemikiran Nikāya-nikāya untuk saling mengadu dua doktrin yang selaras dengan Dhamma satu sama lain dalam suatu kontes yang bertujuan untuk membantah, dan juga tidak sesuai dengan suatu “kumpulan yang selaras dengan Dhamma” (dhammikā parisā) yang digambarkan sebagai “riuh dan ramai” (uccāsaddā mahāsaddā). Biasanya, ungkapan ini menggambarkan kumpulan para pengembara non-Buddhis (seperti pada 10:93, V 185,14) atau sekelompok perumah tangga nakal yang berisik (seperti pada 5:30, III 30,27). Pada satu kejadian ungkapan ini menggambarkan sekelompok bhikkhu (MN I 456,20-22), tetapi mereka segera diusir oleh Sang Buddha.
Pada tempat kedua paragraf ini dalam Ce, Ee mencantumkan satu paragraf sebagai berikut: “Seseorang membantah dan menyanggah suatu doktrin yang bertentangan dengan Dhamma dengan doktrin yang selaras dengan Dhamma. Dengan cara ini, [231] ia memberikan kesenangan pada kumpulan yang selaras dengan Dhamma. Karena alasan ini, kumpulan yang selaras dengan Dhamma itu menjadi riuh dan ramai, menyerukan: ‘Ia sungguh bijaksana, tuan! Ia sungguh bijaksana, tuan!’” Ini cukup wajar, bahkan memang diharapkan bahwa suatu doktrin yang selaras dengan Dhamma menang melawan doktrin yang bertentangan dengan Dhamma, tetapi sekali lagi tampaknya tidak cocok untuk suatu kumpulan yang sesuai dengan Dhamma dapat menjadi “riuh dan ramai.” ↩︎